16

106 3 0
                                    


Minggu pagi, hari di mana semua umat manusia bermalas-malasan. Meninggalkan segala kesibukan yang akan menanti esok hari. Waktu yang sangat tepat untuk berkumpul bersama keluarga, kekasih, teman, ataupun sekedar bermalas-malasan di atas kasur. Semua itu di lakukan di hari minggu ini, tergantung dari setiap orang ingin melakukan apa.
Seperti sepasang anak adam dan hawa ini, mereka masih bergelung dengan nyamannya di bawah hangatnya selimut. Saling berpelukan seakan selimut saja belum cukup untuk menghangatkan keduannya. Tak peduli walau jam sudah menunjukan pukul delapan pagi, walaupun matahari sudah menjulang tinggi di atas sana mereka tetap nyaman dalam mimpinya, entah apa yang sedang mereka impikan.

Salah satu dari mereka berbalik memunggungi satu orang lagi yang masih setia memeluknya. Seolah tahu ada pergerakan dari orang yang di peluknya, orang itu menggeliat, menyamankan posisinya semakin mengeratkan pelukannya seolah tak mau kehilangan orang yang di peluknya.

Gyut!!!!!!nyutt!!!

Mengernyit orang yang sedang di peluk itu menggeliat, merasa tak nyaman karena ada sesuatu yang memegangnya. Awalnya hanya sentuhan tapi lama kelamaan berubah menjadi remasan-remasan kecil. Dia sadar, matanya melotot horor saat menyadari ada yang salah. Dia menatap ke bawah lebih tepatnya ke arah dadanya yang sedang di tenggeri sebuah tangan besar yang dengan kurang ajarnya tengah memainkannya. Entah sedang sadar atau mengigau, yang jelas pemilik tangan itu sungguh tidak sopan.

Dia bangun, menyingkirkan tangan nakal itu dari dadanya dengan kasar. Dia berbalik menengok siapa orang kurang ajar si pemilik tangan nakal itu. Setelah berbalik matanya membelalak, dia terkejut sekaligus marah. Bagaimana bisa seorang laki-laki yang jelas-jelas bukan siapa-siapanya ini bisa tidur satu ranjang dengannya dan lebih parahnya lagi, dengan seenak jidatnya orang ini tidur dengan memeluknya bahkan sempat mencari kesempatan dalam kesempitan. Benar-benar kurang ajar.

Saat masih fokus dengan kekesalannya dia tidak sadar kalau sebuah tangan sudah melingkar manis di pinggulnya. Dia semakin menatap horor laki-laki di hadapannya ini.

Nyut!!!!

"Gyaaaaaa......."

Plak!!!

"Awww....."

Cepat, kejadian itu terlalu cepat. Hingga membuatnya syok dan refleks dia berteriak dan menampar laki-laki di hadapannya ini. Dia semakin melotot horor pada laki-laki di hadapannya yang kini tengah sibuk mengusap pipinya yang memerah karena di tampar olehnya.

"Aduh....duh...yang kamu tuh kenapa sih suka nampar pipi aku" Ucapnya, tangannya masih sibuk mengelus pipinya yang memerah.

Sedangkan sang pelaku dengan tak merasa bersalahnya dia masih menatap garang laki-laki di depannya, bahkan tatapannya semakin tajam. Dia kesal, kesal se kesal-kesalnya dengan laki-laku di depannya ini. Bukan salahnya yang refleks menampar pipinya. Salahkan saja tangannya yang seenak jidatnya meremas pantatnya.

"Rasain siapa suruh punya tangan nggak di jaga"

"Nggak di jaga gi mana sih yang?"

"Stop panggil aku yang. Aku bukan pacar kamu"

"Kamu pacar aku kok"

"Siapa bilang?"

"Aku"

Berdecak kesal, gadis itu merasa kalau perdebatan ini tidak penting sekali. Malas berdebat dengan orang keras kepala seperti makluk di hadapannya.

"Lagian, kenapa kamu bisa tidur satu ranjang sama aku? Pakek pegang-pegang segala lagi" Tanyanya

"Pegang? Emang aku tadi pegang apa?" Tanyanya dengan pandangan bingung.

SWETT & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang