9

88 3 0
                                    


Pagi datang kembali, membawa semangat baru untuk memulai aktifitas kembali, namun berbeda jika itu Kia, dia terbangun dengan segala kesedihan dan kesakitannya.

Dia terbangun dari tidurnya, duduk di sisi ranjang dengan mata yang masih tertutup. Ringisan kecil keluar dari mulutnya, merasakan ngilu dan sakit di beberapa bagian tubuhnya akibat kejadian kemarin. Kia yakin kalau sekarang tubuhnya banyak lebam akibat benturan benda keras. Setelah beberapa saat dia terdiam di sisi kasur untuk menghilangkan sedikit nyeri tubuhnya, Kia kemudian bangun, dia berjalan dengan pelan dan hati-hati untuk pergi ke kamar mandi.

....

Selesai dengan aktifitas bebersihnya, dia kemudian turun, bukan untuk menikmati sarapanya bersama keluarga, tapi dia turun untuk segera pergi ke sekolah. Dia sangat malas untuk bertemu dengan wanita gila itu.

Sesampainya di lantai bawah Kia langsung berjalan keluar rumah. Dia tak menghiraukan mereka yang menatapnya dari meja makan, hingga satu panggilan membuatnya harus berhenti.

" Kia, kamu gak mau makan dulu sayang ?" Tanya papanya lembut. Sejujurnya setelah kejadian kemarin malam Kia dan juga papanya sudah saling berdamai. Mereka bahkan berbicara dari hati ke hati, saling terbuka satu sama lain dan inilah hasilnya, hubungannya dengan sang papa sudah kembali normal seperti dulu saat keluargannya masih utuh, meski dia belum bisa sepenuhnya jujur akan kelakuan mama tirinya tapi itu sudah membuat Kia bahagia.

Bahkan luka di badanya sudah tak terasa akibat panggilan lembut dari sang papa. Dia senang bukan main, dia menoleh ke samping kanan untuk melihat wajah tampan papanya. Senyumnya masih tercetak jelas di wajah Kia, tapi itu tak bertahan lama karena dia melihat pemandangan yang sangat memuakkan di depannya di mana sang mama tiri tengah tersenyum hangat padanya. Kia sudah tahu pasti kalau itu adalah senyum palsu. Senyum yang selalu di berikan pada Kia saat sang papa ada di sisinya dan senyum itu membuat Kia semakin muak dengan wanita seperti dia.

" Maaf pa Kia gak bisa soalnya Kia buru-buru. Kia berangkat ya pa, Assalamualaikum " Salamnya.

Belum sempat papanya menjawab salam Kia, dia sudah berjalan terlebih dahulu. Katakanlah Jika Kia tidak tahu sopan santun, tapi masa bodoh dia muak melihat wajah wanita gila itu.

Dia berjalan menuju garasi, hari ini dia ingin menggunakan mobil. Entah apa yang terjadi padanya dia malas untuk sekedar mencari kendaraan di luar sana. Mungkin ini juga karena badannya yang terasa sakit makanya dia lebih memilih naik mobil saja. Sampai di garasi, dia masuk kedalam mobik kemudian melajukan mobilnya keluar garasi untuk pergi ke sekolah.

<><><>

" Pagi Kiki......" Sapa Fely pada Kia. Dia berhambur memeluk Kia dari belakang, menyalurkan rasa rindunya pada sahabatnya yang satunya ini. Lebay memang karena mereka juga baru bertemu kemarin, tapi inilah Fely si cewek cerewet nan lebay, baru juga kemarin mereka berpisah dan hari ini sudah merindu.

Mendapat pelukan yang mendadak dari belakang tubuhnya, Kia agak terkejut, dia juga meringis merasakan tubrukan antara tubuhnya dan tubuh Fely yang memang agak keras itu.

" Pagi juga Fel " Balas Kia lemah. Ketara sekali jika dia sedang menahan sakit di tubuhnya dan kesakitan itu di ketahui oleh sahabatnya.

" Lo kenapa Ki ? Lo sakit ?" Tanya Dara kawatir.

Melihat wajah Kia yang pucat dan nampak menahan sakit membuat Fely melepaskan pelukanya pada Kia. Dia memandang wajah Kia yang memang agak sedikit pucat dengan rasa kawatirnya.

" Kiki....lo kenapa ?" Tanya Fely lirih.

Dara mendekat ke arah Kia, dia berdiri di hadapan Kia kemudian memegang bahu Kia, menatapnya penuh tanya. Menuntut jawaban dari Kia.

SWETT & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang