12

92 4 0
                                    


Dua minggu telah berlalu setelah kejadian di UKS dan dua minggu itu juga menjadi minggu-minggu terberat bagi sang pelaku, siapa lagi kalau bukan Gavin.

Sudah sejak dua minggu terakhir ini hidupnya terasa hampa, penyemangat hidupnya sudah tiada, penghangat hatinya entah pergi kemana. Tubuhnya lemah lesu, seolah tak ada gairah hidup lagi. Sahabatnya pun heran dengan perubahan sikap dan moodnya. Mereka jengah melihat Gavin yang sekarang dan mereka merindukan sosok Gavin yang dulu sicuek namun atraktive. Sampai saat inipun mereka masih heran dengan perubahan sikapnya, sebesar itukah pengaruh seorang Azkia iva kalila dan sebesar itukah rasa suka sahabat mereka akan gadis itu.

Mereka pikir rasa suka yang di miliki Gavin hanya sekedar suka sekejap mata kerena mereka semua tahu rasa suka dan cintanya hanya untuk gadis kecil di masa lalunya, walaupun Gavin lupa akan wajah dan nama gadis kecil itu tapi mereka tahu dia sangat mencintai gadis kecil itu.

Hahhh....

Lagi dan lagi hanya helaan nafaslah yang bisa mereka keluarkan. Mereka lelah di diamkan oleh lelaki ini. Mereka tahu kalau Gavin itu cuek tapi tidak untuk orang terdekatnya dan sikap diamnya ini semakin membuat mereka geram.

Pletak...

Geram akan keterdiaman sahabatnya ini dengan sengaja Galen memukul kepala Gavin. Masa bodoh kalau sahabatnya ini akan marah atau mengamuk justru itulah yang dia inginkan. Tapi sayang harapan tinggallah harapan sudah tiga menit dia menunggu sahabatnya ini mengamuk tapi yang di tunggu -tunggu tetap diam di tempat seolah tak terjadi sesuatu.

" Lo tuh kenapa sih Vin!!! " Geram ketiganya.

Yang di panggil hanya menoleh sebentar kemudian dia mengubah posisinya menjadi bertopang dagu, pandangannya kosong memandang kedepan kemudian berkata.

" Gue kangen Kia "

Tiga kata, hanya tiga kata itulah yang selalu keluar dari mulut Gavin jika di tanya oleh sahabatnya dan tiga kata itulah yang memvuat mereka geram tapi penasaran secara bersamaan. Dalam hati mereka selalu bertanya ada apa dengan mereka berdua tapi memikirkan itu sangat sia-sia kerena tidak pernah menemukan jawabanya.

Mereka tahu kalau dua minggu terakhir ini Gavin berusaha untuk selalu dekat dengan Kia tapi tak dapat di pungkiri juga kalau Kia juga selalu menghindari Gavin dan itu membuat pertanyaan-pertanyaan di hati mereka bertambah banyak.

***

" Ki udah dong makan dulu yuk " Ajak Anin.

Mereka menggeram kesal, sudah sedari tadi mereka menyuruh Kia untuk berhenti belajar dan mengajaknya makan siang tapi apa daya yang di ajak sedari tadi hanya diam dan berusaha gokus ke buku yang di peganginya.

" Ki ayo makan dulu " Kini giliran fely yang membujuk, bukanya mengiyakan Kia hanya menatap mereka sekilas dan berkata.

" Kalian duluan aja "

Hanya itu yang sedari tadi menjawab ajakan mereka. Mereka hanya mampu mendesah pasrah dengan sikap sahabatnya ini. Bukan apa, mereka haya kawatir dengan kesehatan sahabatnya ini karena ujian akhir sebentar lagi akan di adakan dan mereka tidak ingin sahabatnya ini drop karena yang mereka tahu selama dua minggu ini Kia hanya sibuk belajar dan belajar tanpa mempedulikan kesehatanya.

" Beneran nih?" Tanya fely meyakinkan.

" Hemm..."

Ketiganya mendesah pasrah. Jujur mereka sudah tahu jawaban inilah yang akan mereka terima, tapi memang dasarnya mereka saja yang keras kepala. Mereka selalu membujuk Kia dan selali mendapat penolakan seperti ini dari Kia. Walaupun tidak rela tapi mereka tetap memilih meninggalkan Kia sendirian di dalam kelas.

Lima belas menit berlalu masih tak ada gerakan yang berarti dari Kia, dia hanya fokus membaca buku yang ada di genggamannya, hingga di rasa jika sahabatnya sidah pergi dari kelas Kia baru meletakan bukinya itu. Dia menghembuskan nafas lega setelahnya. Jujur dia merasa tak enak hati karena menolak ajakan sahabatnya dan selama dua minggu ini dia selalu cuek pada sahabatnya. Dia tahu ini salah tapi apa boleh buat. Dia menolak ajakan mereka bukan tanpa alasan, jistru karena ada lasanlah dia menolak. Dia hanya enggan bila bertemu dengan Gavin. Dia masih marah dan malu dengan dikap Gavin itu, karena dengan beraninya dia mencium Kia. Walau di UKS saat itu memang tidak ada orang tapi hal yang di lakukan Gavin itu keterlaluan menurutnya. Karena apapun alasanya seharusnya Gavin  tak berbuat seperti itu.

Tindakan Gavin dua minggu yang lalu itu membuat terauma yang selama ini dia kubur dalam-dalam tiba-tiba merangkak naik ke permukaan. Dia takut kalau masa kelamnya itu terulang kembali, dia takut dia tak sekuat yang Ia kira dan selama dua minggu penuh ini dia berusaha keras menghindari Gavin. Dia takut usahanya selama ini berujung sia-sia hanya karena seorang Gavin yang mencoba merangkak naik ke hatinya.

Jujur dia sudah lelah. Lelah akan bayang-bayang masa lalunya, lelah akan kehidupannya, dan lelah menghindar. Dia hanya ingin hidup dengan normal senirmal mungkin tapi kenapa, kenapa dia harus menjalani hidup yang sangat melelahkan ini. Bukan dia tak bersyukur akan ke adaanya saat ini tapi kalau boleh memilih dia lebih memilih hidup normal.

Memikirkan itu semua membuat bayang-bayang akan masa kecilnya berputar di pikiranya dan tanpa dia sadari dia tersenyum mengenang itu semua. Dia jadi merindukan itu semua. Dia selalu berharap kalau semua itu bisa terulang di saat ini. Dia ingin tertawa tanpa beban seperti dulu, dia ingin tersenyum dengan sangat tulus, dan dia ingin semua orang menerimanya  dengan tulus tanpa embel-embel imbalan. Dia hanya bisa berharap semoga senua itu bisa terjadi. Ya....semoga.

Hay-hay aku balik lagi....gimana episode kali ini bagus ? Gak nyambung ? Atau ngebosenin ?

Aku harap kalian bisa terhibur ya....sampai jumpa di next chapter.....

Vote&coment ya......

SWETT & SOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang