"AKHIRNYA GUA BEBASSS.........HAHAHA" Teriak Galen menggelegar.
Tangannya terangkat ke atas sembari menghirup udara sebanyak-banyaknya. Dia lega dan sangat senang, penderitaanya selama seminggu penuh akhirnya berakhir. Tak ada lagi lembar soal yang membuat kepalanya pusing tujuh keliling, tak ada lagi belajar sebelum ujian, tak ada lagi acara contek mencontek. Semuannya sudah tidak ada yang ada sekarang hanya kelegaan dan kebahagiaan karena ujian telah usai. Seolah baru terbebas dari kejaran para mantan, Galen berjingkrak-jingkrak kesenangan sembari berteriak kegirangan. Dia tak peduli dengan tatapan orang-orang di sekitarnya yang terpenting adalah dia sedang bahagia.
"Sarap tuh temen kalian" Celetuk Evan.
Gavin dan Kenzo menoleh, menatap Evan dengan alis yang terangkat.
"Bukan temen gue" Balas Gavin dan Kenzo bersamaan. Setelah itu mereka pergi berlalu meninggalkan Evan dan Galen.
"Woy tungguin gue" Teriak Evan.
Mendengar teriakan Evan yang menggelegar barusan sontak membuat Galen berhenti berjingkrak-jingkrak. Dia menoleh ke samping kanannya di mana ketiga sahabatnya tadi berada. Tapi naas setelah dia menengok ketiga sahabatnya itu sudah pergi meninggalkannya.
"Dasar temen lucknut lo pada. Woy tungguin gue"
<><><>
Setelah aksi susul menyusul yang di lakukan Evan dan Galen tadi kini mereka berempat sedang berjalan beriringan. Niat awal ingin ke taman sekolah untuk sekedar nongkrong dan cuci mata urung terlaksana karena perkataan Galen yang membuat telinga sahabatnya panas.
"Wes......ada bebeb Kia samperin ahhhhh...."
Tanpa mempedulikan Gavin yang sudah penas mendengar ucapannya, dia melenggang dengan santainya menuju Kia yang sedang duduk sendirian di kantin sekolah.
Tanpa persetujuan pemilik kursi Galen dengan santainya duduk di sebelah Kia dengan satu tangannya sudah bertengger di pundak Kia."Bebeb Kia lagi apa nih kok sendirian aja" Ucapnya.
Jujur Kia sangat terkejut dengan kedatangan Galen yang tiba-tiba di tambah satu tangannya yang bertengger manis di pundaknya menambah keterkejutannya.
"Kamu apaan sih, dateng-dateng ngerengkul orang. Bikin kaget tahu" Geramnya. Tangganya berusaha menyingkirkan tangan Galen yang seenak jidat bertengger di pundaknya.
Galen nyengir, dia menurunkan tangannya dari pundak Kia kemudian meminta maaf atas kelancangannya.
"Ngomong-ngomong kok sendirian aja sih beb?"
Kia mengernyit, merasa aneh dengan panggilan Galen padanya. Seingatnya dia dan Galen baru kenal, baru berteman dan seingatnya pula dia tidak memiliki hubungan khusus dengan cowok ini tapi kenapa Galen memanggilnya dengan sebutan begitu. Apa dia ketularan gilanya Gavin sampai memanggilnya dengan sebutan itu. Dia inggin memprotes Galen tapi belum sempat dia membuka mulut suara orang lain sudah menyelanya.
"Minggir lo dari sini. Jangan godain cewek gue" Ucap Gavin. Tangannya kini menarik telingan Galen berniat untuk menariknya bangun dari kursi yang di dudukinya.
"Wadawww.... Iya-iya gue pindah gue pindah tapi ni tangan nggak usah jewer telingan gue segala kali"
Galen meronta, berusaha melepaskan jeweran Gavin di telingganya yng menurut dia ini sangat sakit.
"Woy Vin lepasin telinga gue sakit tahu"
"Bodoamat gue nggak peduli yang gue mau le cepetan berdiri"
"Mata lo rabun ato buta sih jelas-jelas gue udah berdiri tapi ni tangan masih aja di kuping gue"
"Oh...udah berdiri toh. Bilang dong dari tadi"
Tanpa merasa bersalah kini Gavin duduk di tempat yang tadi di duduki oleh Galen. Dia menatap Kia dengan senyuman manisnya, menghiraukan Galen yang sedang misuh-misuh tak jelas karena perlakuan Gavin tadi.
"Kampret di depan doi aja lo sok manis di belakang pait banget" Ucap Galen.
"Apa lo bilang tadi?" Tanya Gavin. Matanya mengipit menatap Galen dengan tajam.
"Noh kucingnya melinda kawin lari sama kucing tetangga" jawabnya asal.
Gavin berdecak. Bodoamat sama sahabatnya yang satu ini otaknya memang sudah tidak ada jadi kalau di tanggapi akan semakin ngelantur omongannya. Lebih baik dia fokus dengan apa yang ada di sampingnya sekarang.
"Ki...Anin mana kok lo sendirian aja?" Itu Kenzo. Dia celingukan ke kanan ke kiri berusaha mencari gadisnya.
"Oh....itu Anin lagi pesen makanan dia"
Tangannya menunjuk ke arah warung makanan yang tidak terlalu ramai pembeli. Di sana Anin sedang berdiri menunggu pesanannya di buat. Setelah tahu di mana gadisnya berada Kenzo pun langsung menyusul Anin.
Gavin masih memandang Kia dengan senyum yang mengembang tanpa berniat membuka suara sedangkan kedua sahabatnya sudah sibuk dengan ponselnya entah sedang apa mereka dia tidak leduli.
Risih dengan sikap Gavin yang terang-terangan sedang memandangnya Kia pun menoleh
"Bisa nggak. Nggak usah liatin aku kayak gitu" Ucapnya.
Gavin mengernyit, menatap Kia dengan heran. "Siapa juga yang liatin kamu PD"
Kia melongo, apa-apaan coba jawaban Gavin itu jelas-jelas dia sedang memperhatikannya.
"Ya terus kalo bukan liatin aku liatin siapa?"
"Ya suka-suka aku dong mau liatin siapa"
"Ya udah sih nggak usah pake nyolot"
Kia kesal, kenapa Gavin harus marah, dia kan bertanya baik-baik.
"Yee....nggak usah marah kali"
"Cih siapa juga yang marah"
"Ya kamu lah masa aku sih"
Benar-benar Gavin ini. Maunya apa sih. Kenapa dia sangat menyebalkan sekali.
"Bodoamat" Memilih untuk tidak melanjutkan perdebatan yang menurutnya tidak berguna dia memilih membuang muka melanjutkan kegiatannya yang tertunda karena di ganggu oleh Gavin cs.
"Yee....ngambek. jangan ngambek dong yang" Bujuk Gavin jari telunjuknya terjulur menusuk-nusuk pipi Kia yang menurutnya tidak terlalu tembam ini.
Kia bodoamat, dia malas menanggapi Gavin dengan segala kelakuannya yang menyebalkan itu. Toh kalau dia lelah juga akan diam sendiri.
Dugaan Kia terbukti. Belum genap tiga menit saat Gavin menjahilinya dia sudah menyerah. Dia lebih memilih diam dan menatap Kia seperti sebelumnya. Awalnya Kia ingin protes tapi dia urungkan, toh di larangpun Gavin akan tetap melakukannya. Jadi sia-sia menurutnya.
"Ki...ini pesenan kamu" Ucap Anin. Dia datang bersama Kenzo yang juga membawa nampan, mungkin pesanannya pikir Kia.
"Makasih ya Nin" Anin hanya mengangguk kenudian duduk di hadapan Kia berdampingan dengan Kenzo.
"Zo...lo nggak pesenin kita-kita makan gitu" Protes Evan.
Tanpa mau membalas ucapan Evan Kenzo langsung meletakan nampan yang di bawanya tadi di atas meja. Melihat itu sontak membuat Evan tersenyum sumringah. Temannya yang satu ini walau pendia dan seperti tidak peduli tapi aslinya sangat perhatian juga pikirnya.
"Thanks bro. Nggak nyangka lo perhatian banget ma kita-kita. Ya nggak Len"
"Yoi bro"
Kenzo mengeryit, jijik dia melihat sahabatnya ini.
"Gak usah ngeluarin tampang jijik gitu kali Zo. Seneng kan lo di bilang perhatian sama mereka"
Kini perkataan Gavin semakin menambah kejijiannya. Mereka bertiga aneh pikirnya. Melihat eksoresi dari Kenzo membuat ke tiga sahabatnya ino gencar meledek Kenzo bahkan Anin pun turut meledek kekasihnya ini. Jarang-jarangkan bisa menggoda Kenzo yang dinginya Naudzubillah ini.
Pling...
Di tengah ke senangannya Kia menengok ponselnya yang berbunyi. Di sana ada pesan masuk yang entah siapa pengirimnya.
+62818+++++++
Mau sampai kapan main kucing-kucingannya ila?