Ser.......
Suara gemercik air shower mengalun indah di telinga, nyanyian dan gumaman dari pemiliknya pun menjadi perpaduan yang sempurna. Menandakan jika sang pemilik suara tengah bahagia di bawah guyuran air itu.
Lama simponi kamar mandi itu terdengar hingga gemercik suara air itu menghilang menyisakan gumaman serta senandung sang pemilik suara. Sampai di depan cermin kamarnya dia memandang pantulan dirinya di depan cermin. Dia tersenyum carming sambil menguar rambutnya kebelakang seolah mengagumi ketampanannya sendiri.
Tak butuh waktu lama dia mengagumi diri sendiri, kini dia berjalan menuju lemari. Memilih pakaian yang akan di kenakannya, memadu padankannya agar sesuai dan cocok bila di pakainya. Lebay memang jika seorang lelaki melakukan hal tersebut tapi apa salahnya, laki-laki juga harus tampil tampan dan mempesona di depan wanitanya bukan. Terhitung lima belas menit sudah dia berkutat dengan beragam pilihan pakaiannya hingga kini pakaian itu sudah melekat sempurna di tubuhnya, dia berjalan kembali menuju cermin tadi kemudian merapikan dan menata rambutnya seperti biasa, memakai parfum kesukaannya kemudian menatap pantulan dirinya di cermin lagi. Meneliti apakan ada sesuatu yang kurang dari penampilannya. Hingga dering ponsel mengalihkan fokusnya.
" hem...." Jawab nya.
"...."
" Iya....iya ini baru mau otw "
"..."
" Iya....yaudah gue tutup gue mau otw "
Setelah panggilan tertutup dia kemudian meraih kunci mobilnya berjalan keluar kamar menuju garasi di iringi senandung cerianya. Sesampainya di garasi dia segera masuk kedalam mobil dan menjalankan mobilnya menuju tempat tujuannya.
***
Suara ketukam sepatu dan gesekan kantung pelastik mengiringi langkah seorang remaja laki-laki memasuki halaman rumah berlantai dua itu. Langkahnya terhenti saat mencapai pintu masuk rumah tersebut. Dia mencoba meraih bel rumah tersebut namun sia-sia karena kedua tangannya sedang sibuk menggenggam kantong plastik. Dia tersiam sejenak memikirkan cara agar pemilik rumah itu mau membuka pintu rumahnya tanpa dia harus susah-susah menekan bel rumah.
' Apa gue tendang aja ya ni pintu ' Batinnya.
Dia berpikir, kalau dia menendang pintu ini dia rasa kurang sopan. Tapi kalau dia harus menekan bel itu terlalu menyusahkannya. Dia binggung, benar benar binggung harus memilih yang mana.
' Bodo amat lah gue tendang aja ni pintu ' Batinnya frustasi.
Laki-laki itu sudah menganggkat kakinya bersiap untuk menendang pintu agar si pemilik rumah mendengar, tapi belum sempat kakinya menyentuh pintu kayu itu, pintu rumah itu sudah menampilkan sosok yang dia nanti-nanti, sosok yang dia rindukan selama tiga minggu ini dan sosok yang selalu ada di pikirannya.
Sedangkan sosok itu terbelalak kaget saat mendapati orang yang paling tidak di harapkan berdiri di depan pintu sahabatnya, dia tidak menyangka kalau dia akan di hadapkan dengan sosok yang selama ini dia hindari.
" G...gavin...." Ucapnya gugup
Dia tidak bisa menutupi kegugupan dan keterkejutannya. Sedangkan Gavin sedang tersenyum sumringah mendapati gadisnya membukakan pintu. Perhatian sekali bukan.
" Kamu perhatian banget sih yang bukain aku pintu....tau aja aku udah dateng " Ucapnya
Kia bergidik ngeri, kenapa cowok yang di luaran sana cuek dan terkesan dingin ini bisa jadi orang yang sangat berbeda kalau di depannya. Itu sangat aneh.
" Ish....kok diem aja sih yang nggak mau kasih aku pelukan gitu buat ngelepas rindu ?" Tannyanya.
Alisnya naik turun menggoda Kia dan itu seukses membuat Kia kelas. Dia mencebikkan bibirnya samb menatap tajam Gavin.