+62818+++++++Mau sampai kapan main kucing-kucingannya ila?
Dahi Kia mengeryit, bingung dengan maksud dari pesan tanpa nama itu dan lagi siapa coba orang ini. Seingatnya semua teman yang memiliki kontaknya tidak tahu panggilan masa kecilnya, jadi bisa Ia simpulkan jika yang mengirimi pesan tidak jelas ini adalah salah satu teman masa kecilnya.
Tapi, yang menjadi pertanyaannya siapa teman masa kecilnya yang mempunyai kontaknya. Seingatnya, dulu dia tidak mempunyai kontak temannya. Jangankan mempunyai kontak teman,teman saja dia tidak punya dulu. Jadi ini nomor siapa.
Mencoba menerka-nerka pemilik nomor itu akan sia-sia menurut Kia. Toh nomornya masih aktif jadi dia hanya perlu menghubungi nomor ini lagi untuk menanyakan siapa dia dan apa maksud dari pesan yang dia kirim. Baru saja jemarinya mengetikan satu kata ponselnya kembali berbunyi tanda pesan masuk. Dia bisa melihat jika pesan itu dikirim dengan nomor yang sama seperti sebelumnya.
+62818++++++
Kamu pasti bingung ini nomor siap ya kannn😊😊
Dahi Kia semakin mengeryit. Dari cara mengirim pesannya orang ini terlihat akrap dengan dirinya, tapi siapa.
Azkia
Ini siapa ya??.....maksud pesan kamu apa??
+62818+++++
Kamu nggak perlu tahu aku siapa Ila. Belum saatnya kamu tahu.
Dahi Kia semakin mengernyit. Dia pusing memikirkan maksud dari pesan itu. Niat hati ingin membalas lagi pesan misterius itu tapi sebuah tepukan di pundaknya membuat dia tersentak kaget. Dia menengok ke sebelah kanan tempat si pelaku penepukan berada. Dia Gavin, tengah menatap Kia dengan tatapan bingung.
"Kamu kenapa yang?" Tanyanya. Kening Kia mengernyit, dia menatap Gavin bingung.
"Maksud kamu?"
Gavin tersentak, dia menatap wajah Kia dalam dan intens. Kia yang merasa tidak nyaman di tatap Gavin seintens itupun menepuk wajah Gavin perlahan.
"Apaan sih nggak usah natap aku kayak gitu juga kali" Ucapnya sembari memalingkan wajah.
Bibir bawah Gavin maju beberapa mili menandakan jika dia sedang merajuk dengan perlakuan Kia terhadapnya. Tangannya terangkat, menyentuh tangan Kia yang masih bertengger manis di wajahnya.
"Harusnya yang bilang kayak gitu aku tau yang" Gavin merajuk, benar-benar merajuk dengan perlakuan Kia terhadap wajahnya. Dengan gemas dan dongkol Gavin menarik tangan Kia ke arah mulutnya untuk di beri pelajaran.
"Gavin....sakit kamu apain tanga aku" Pekik Kia kaget. Dengan cepat dia memalingkan wajahnya ke arah Gavin. Kini keduannya saling menatap dengan pandangan yang berbeda-beda.
"Akwu lagwi huwukuwum kwamuw"
Kia melongo,tidak tahu maksud dari ucapan Gavin karena suarannya teredam oleh tanggannya.
"Hihhh..." Kia terpekik dengan keras saat dengan sengaja Gavin memainkan jari-jarinnya di sela-sela mulut Gavin. Dia mengulum bahkan sesekai menghisap jari Kia seperti permen. Perlakuan Gavin yang seperti itu membuat tangan Kia yang satunya refleks menampar kepala Gavin kemudian mendorongnya sekuat tenaga agar tangannya terlepas dari mulut Gavin.
"Gavin lepas"
Kia semakin gusar, dorongannya pada kepala Gavin pun semakin cepat seiring dengan bertambah cepat dan intensnya kuluman Gavin.
"Gavin lepas ih..."
Kepala Gavin menggeleng, dia enggan melepas jari Kia dari mulutnya. Dia belum puas mengerjai gadisnya.
"Gah mwau"
"Kamu ngomong apasih...lepas"
Kia masih berusaha melepaskan tangannya dari mulut Gavin. Dia tahu ini sia-sia karena Gavin tidak akan melepaskannya dengan mudah sebelum dia puas.
"Gavin lep..."
"Adaww....."
Gerakan Kia berhenti. Dia mendongak menatap Kenzo yang sedang memasang wajah marah dengan satu tangan terkepal. Dia tahu pasti Kenzo yang memukul kepala Gavin hingga Gavin melepaskan kulumannya dari tangan Kia.
"Berisik lo" Ucapnya singkat kemudian berbalik menatap Anin yang tengah asik menyantap makanannya tanpa peduli dengan Gavin yang masih mengusap-usap kepalannya yang nyeri akibat pukulan Kenzo.
"Ganggu aja lo" Balas Gavin. Dia kesal karena keseruannya di ganggu.
Dia menoleh ke sekeliling meja mereka. Mendapati bahwa semua yang duduk di meja mereka menatapnya dengan pandangam yang tidak percaya bahkan seluruh penghuni kantinpun menetamnya tidak percaya jika seorang Gavin tengah menggoda seorang gadis.
"Tsk...ganggu" Ucapnya cuek. Dia berbalik menengok Iia yang ada di sebelahnya. Dapat dia lihat jika Gadis itu tengah mengusap jarinya dengan tisu. Terlihat jelas di mata Gavin raut wajah Kia yang tampak gugup dan malu mungkin kerena mereka jadi bahan tontonan.
Gavin menyeringai, dia baru mendapat sebuah ide untuk menjahili gadisnya. Dengan perlahan di dekatkannya wajahnya ke arah wajah Kia. Kia sendiri dia tidak tahu jika Gavin sedang memdekatkan wajah mereka hingga terkejut dengan sebuah kecupan dan hembusan nafas pelan di pipi dan telingganya. Dia menengok ke arah Gavin berada, berniat memarahi Gavin atas tindakannya. Tapi, rencana tinggallah rencana si pelaku sudah kabur terlebih dahulu. Menyisakan tawa menggelegar yang mulai memudar seiring menghilangnya tubuh tegap itu dari balik pintu kantin.
-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
Terdengar sebuah tawa yang menggelegar di sebuah lorong. Mengisi keheningan lorong itu karena di tinggal penduduk sekolah yang pergi entah kemana di jam istirahat ini.
Terlihat seorang pemuda tengah berlari kencang dengan tawa yang mengiringinya. Entah sosok apa yang mengejar orang itu tapi, jika di lihat dari raut wajahnya yang tampak bahagia sepertinya dia telah berhasil membuat seseorang marah di ujung lorong itu.
Dia terus berlari, entah akan di bawa kemana tubuh itu oleh kakinya yang jelas dia sangat bahagia. Hanya dengan membuat seseorang kesal dia sudah sebahagia ini entah ada apa dengan dirinya. Seingatnya belum pernah dia merasa sebahagia ini hanya karena seseorang atau dia hanya tidak ingat, entahlah dia tidak peduli.
Tawanya terhenti seiring dengan langkah kakinya yang kian melambat saat memasuki sebuah taman. Dia berjalan ke arah kursi taman kemudian merebahkan tubuhnya di sana. Matanya menatap dedaunan pohon yang menutupi pandangannya dari langit. Tangannya terangkat, senyumnya semakin mengembang saat bayangan seseorang melintas di pikirannya. Bayangan seorang gadis yang berhasil dia buat kesal di kantin tadi kembali hadir. Dia heran kenapa dia bisa suka dengan gadis itu bahkan sekarang dia mengaku jika gadis itu kekasihnya. Gila, dia benar-benar di buat gila oleh gadis itu. Padahal kalau di pikir-pikir lagi dia dan Kia baru bertemu satu bulan yang lalu tapi dia sudah tertarik dengan Kia. Saat dia tidak sengaja menabrak gadis itu di lorong sekolah dia merasa kalau dia pernah bertemu dengan Kia. Kala itu hatinya bergetar saat Kia berada di dekatnya seolah mereka punya ikatan batin yang kuat. Dia bertanya-tanya, apa Kia juga merasakan hal yang sama di pertemuan pertama mereka. Jika iya betapa bahagiannya dia, berarti perasaan meraka terhubung bukan. Memikirkan semua itu membuat Gavin semakin mengembangkan senyumnya, wajahnya memanas entah karena apa.
"Azkia iva kalila....kamu buat aku jadi gila sayang"