Lanjut cerita ya..
Setelah kejadian itu kita jarang bertemu kembali, jarang berkabar juga.
Besoknya,dia tak mengabariku aku selalu menunggu notifnya. Bahkan semua panggilanku tak dijawab olehnya..
*
“ah kenapa sih” gumamku tapi tetap saja tidak ada pesan dari nya.Sepulang sekolah temanku Dandy menghampiri ku.
*
“lo pulang sama siapa?” tanya dia kepadaku
“hah gue?gue naik ojek” jawabku
“dasar boros, buruan bareng gue aja”
“gausah makasi Dan” tolakku kepada Dandy
“udah buruan, uang lo ditabung lagian searah juga kita” tawaran Dandy kepadaku
*
Tiba tiba Tuan datang dan memanggilku
“hei mau bareng aku atau dia?”
“hah?” apa Tuan akan marah melihat aku berbincang dengan Dandy? Aku menghampiri Tuan dan bergegas pulang dengannya.
*
“ditinggal sebentar udah dapet baru nih” kata Tuan dengan nada menyebalkan
“apa sih cuma nawarin aku juga nolak”
“oh iya semalem kamu dimana?” tanyaku kepada Tuan
“semalem? ketiduran hehe” jawab Tuan
“bohong.. biasanya aku telfon juga kebangun” jawabkuTuan terdiam..
Aku melanjutkan kata kataku“seumpama kamu bosan,bilang ke aku. jangan cari alesan buat meninggalkan. jangan jadikan bosan sebagai Raja yang menguasai rasa”
“kok kamu ngomongnya gitu sih?” tanya dia heran
“aku ngerasa beda aja gitu”
“biasanya ngobrol,kita telfon,kita bahas hal yang padahal itu nggak penting. Tapi sekarang? Bukan hubungin kamu aja aku mikir 2 kali”Tuan menghentikan motornya dipinggir jalan
“kenapa berhenti?” tanyaku
“aku tidak ingin berdebat diatas motor, turunlah bicarakan baik baik denganku” kata Tuan kepadaku sambil menarik tanganku untuk turun dari motor“kau beda!” sambil memukul pelan kearahnya
“beda gimana?” menarik dan menggenggam tanganku
“kalo bosen bilang aja jangan nyakitin aku gini terus, aku capek!”
“siapa yang bosan?” masih dengan menggenggam tanganku
“kau!”
“aku tidak bosan sayang, aku bingung apa kau tetap bertahan jika aku banyak kesibukan?” jawab dia menarik tanganku dan memelukku seraya berkata ;
“tenangkan dirimu”
“siapa yang bisa tenang? setiap bertemu kita hanya menyelesaikan masalah. dulu kita bahagia saja tapi sekarang? aku capek” keluhku
“sekarang bagaimana? kau sudah tau kesibukanku kan? apa kau mau menjadi wanita seperti yang lain? menuntut hadirnya pasangan tapi tak jelas masa depannya? dengerin aku,kalo kamu kayak gini terus gabisa ngertiin aku kamu bakalan ngerasa capek. ini aku beli buku buat kamu,tulis semua yang kamu rasain disitu setiap aku gaada kabar setiap aku bikin kamu sebel tulis aja disitu setiap ketemu kita buat puisi disitu” sambil memberikan buku notes berwarna merah muda bergambar Matcha latte.
“aku cuma takut kamu bosen, kamu ninggalin aku” jawabku kepadanya
“buang jauh jauh pikiran itu,kamu yang terakhir aku gamau main main lagi” jawab dia meyakinkanku
“wanita itu?”
“wanita yang menelfonku? dia adekku. besok aku ajak kamu kerumahku, aku kenalin” jawab dia sambil melihatkan foto keluarganya
“iyaa”
“lalu siapa lelaki yang bersamamu?” tanya balik dia
“dia Dandy, teman sekelasku”
“jangan cemburu”
“cemburu itu lemah” kata dia
“jadi?” tanya ku menatap matanya
“aku lemahlah!” sambil mengusap kepala ku*
“jangan juga pernah bosan” —tuan
“aku janji” —puanMaaf aku selalu selalu mempermasalahkan tentang pertemuan,maaf aku menjadi terjalan setiap langkahmu. Aku hanya takut kau bosan dan hilang seperti kisahku yang lalu. Aku hanya takut kau pergi tanpa pamit.
Semua jawabanmu memberi isyarat,bahwa pertemuan dan kebersamaan kita bukan hal yang salah. Namun hal yang perlu diberi kesempatan untuk saling memperbaiki
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan dan Puan
RomancePertemuan Tuan yang mengobati luka Puan menjadikan Puan menganggap Tuan adalah penghuni rumah barunya. Puan adalah rumah. Penikmat band Indie, senja dan kopi. Seperti luasnya lautan dan tingginya pegunungan, Puan mencintai Tuan.