thirty🌿

334 29 0
                                    

Kita yang merencanakan tapi tetap Tuhan-lah yang mentakdirkan.
-lailiaf.h

>>>>>•<<<<<

Sabtu, 15 februari 2026

Hari kedua Neina dirawat.

Di ruangan tempat Neina dirawat, Fino, Delan maupun Bryan masih setia menunggui Neina yang masih belum juga sadar. Sebenarnya memang mereka sudah berbagi tugas jaga dengan Alto untuk menjaga Neina. Jadi mereka akan datang sepulang sekolah atau pagi hari saat mereka libur.

Mbok sum pun juga tak mungkin menunggui hingga dua puluh empat jam, jadi ketika Alto pulang mbok sum juga akan pulang untuk membereskan rumah. Alto juga tidak bisa lama-lama meninggalakn Neina, jadi saat ada waktu untuk pulang ia gunakan untuk membersihkan diri lalu kembali ke rumah sakit lagi.

Papa Neina? Frenky? Laki-laki itu masih dalam perjalanan menuju Indonesia, Frenky sebenarnya sedang ada proyek di Uzbekistan. Tapi baru saja menginjak kamar hotel, ia langsung dikejutkan dengan kabar anaknya yang masuk rumah sakit. Ia tidak bisa langsung kembali ke Indonesia karna jet pribadinya baru sampai beberapa jam lagi.

Pintu ruangan terbuka, disana terdapat. dua orang laki-laki dewasa. Seorang yang berpakaian casual adalah kepala sekolah sma garuda atau adik dari Frenky Golda. Dan satunya lagi berpakaian dengan kemeja ungu yang dimasukkan dalam celana hitam panjang adalah Bams, guru sma garuda.

"Pak kepsek? Pak Bams.." ucap Bryan seraya mendekati dua orang itu lalu mencium punggung tangan mereka.

"Bryan.." ucap kepala sekolah itu dengan ramah. "Alto mana?" tanyanya.

"Pulang pak, mandi." ucap Delan, ia juga langsung mencium kedua punggung tangan guru-guru tersebut.

Fino yang melihat kedatangan Bams, secara naluri ia tersenyum miring. Ia berhasil menyadarkan guru tersebut walaupun bukan atas tindakan tangannya.

"Fin!" panggil Bryan, dengan ogah-ogahan ia berjalan dan menyalimi
guru yang sangat bengis itu menurutnya. Sebenarnya ia tidak ada masalah dengan adanya kepala sekolah itu disana, ia sudah cukup mengenal kepala sekolah itu cukup lama. Yang menjadi malas itu karna di samping kepala sekolah ada Bams, guru yang sok disiplin!

"Kalo Mas Frenky? Dia sudah tahu kan anaknya masuk rumah sakit?" tanya pak kepsek seraya duduk di sofa.

"sudah pak, tapi om Frenky masih di pesawat." jawab Bryan sekenannya.

"Gimana keadaan Neina?" tanya pak Bams. Dari raut wajahnya ia terlihat menyesal tapi tidak terlalu kentara.

Bryan melihat ke arah Neina lalu tersenyum. "Neina belum sadar sejak di operasi kemarin."

Delan yang sedari tadi bermain handphone kini ikut melemparkan pandangannya ke arah Neina. Fino yang berada di samping brankar Neina, ia tidak hentinya memainkan jari Neina. sesekali merapikan rambut Neina.

Pintu ruangan kembali terbuka, menampilkan Alto yang sudah terlihat lebih segar.

"Fin, del! Lo pada makan dulu nih!" ucapnya seraya melihat ke dalam isi kresek, ia belum menyadari keberadaan dua orang dewasa disana.

tired of lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang