thirteen- Terungkap

333 21 0
                                    

Bunga matahari pun tak mampu bersinar secerah mentari. Karna ia hanya sebatang bunga🌻
-lailiaf.h

❄❄❄❄❄

Empat remaja tengah tertidur dengan seragam sma didepan tv, dengan beralaskan karpet abu-abu berbulu.

Bryan menggeliat, ia menaruh tangan Fino yang berada diperutnya ke wajah Fino.

Posisinya sekarang berada disamping Fino dengan kakinya berada diatas kaki Fino, sedangkan Fino terlentang, disamping Fino terdapat Neina yang memunggungi Fino dan menghadap Delan. Sedangkan delan ia menghadap Neina dengan lengannya sendiri sebagai bantal.

Bryan menggelengkan kepalanya, ketika melihat posisi tidur teman-temannya. Ia melihat jam tangannya, menunjukkan angka delapan malam. Cukup lama juga ia tertidur padahal niat awalnya hanya merebahkan tubuhnya yang lelah.

Bryan beranjak dari tempatnya dan menuju dapur, ia mengambil gelas dan menuangkan air kedalamnya.

"Eh, den Bryan udah bangun?" tanya mbok sum basa-basi.

"Iya mbok."

"Aden laper? Mau makan?" mbok sum menawarinya sambil mengelap piring yang sehabis dicuci.

"Emm boleh mbok."

Mbok sum tersenyum. "Sebentar nyak den, saya ambilkan dulu."

Bryan mengangguk, ia menuju meja makan dan menunggu mbok sum menyiapkan makanan untuknya. Seperti biasa, rumah besar ini selalu sepi. Tak ada sentuhan hangat di dalamnya.

Pintu kamar utama terbuka, munculah seorang wanita dengan baju tidur yang sedang merapikan rambutnya.

"Eh, Bryan udah bangun?"

Bryan menganggukkan kepala, mbok sum datang membawa sepiring nasi lengkap dengan ayam dan tumis kacang panjang.

Bryan memang sedang lapar, untung saja perutnya tidak berbunyi.

"Ini den, den Bryan mau minum apa? Susu apa teh?"

"Air putih dingin aja mbok."

Setelah mengucapkan itu, tinggalah Bryan sendiri melahap makanannya. Bryan kira mama tiri Neina--Valen tadi hanya melewatinya saja, tapi sekarang malah duduk di depan Bryan.

Mendadak rasa lapar bryan berganti dengan rasa canggung, karna di depan nya terdapat valen.

"Bryan, saya ingin bertanya sesuatu, boleh?" Valen memulai pembicaraan, dan itu membuat bryan meletakkan sendok nya.

Lagi-lagi Bryan hanya mengangguk.

"Neina. saya yakin dia bercerita sesuatu pada kamu, karna kamu sahabatnya."

Bryan mengangguk kembali.


"Apa sifat Neina memang seperti ini?"

"Enggak tan." ucap Bryan bingung.

"Terus kenapa dia kayak gitu? Atau hanya sama saya dia bersifat kaya gitu?"

tired of lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang