EXTRA CHAPTER

527 32 6
                                    

Semuanya yang berasal dari tanah, akan kembali lagi ke tanah.
-lailiaf.h

●●●●●●●

Neina, gadis dengan netra biru itu kini seluruh tubuhnya sudah terbalut kain putih. Tak ada lagi nafas yang menderu, tak ada lagi detakan jantung yang terdengar. Apalagi, tawa yang keluar dari mulut gadis itu.

Alto, mata laki-laki itu terlihat begitu sembab. Sudah tak ada lagi air mata yang keluar, lingkaran hitam tercetak jelas di bawah matanya. Matanya terpaku pada gundukan tanah yang masih basah itu. Adik kecilnya kini sudah tidur tenang di bawah sana.

Kini hanya tinggal ia kakeknya serta ayahnya bersama seorang wanita. "Alto, sudah waktunya pulang." peringat Mr.Given kepada Alto, agar cowok itu tak terlalu lama melamun disana.

Alto mengusap sebulir air matanya yang sempat jatuh lalu ikut beranjak dari tempat peristirahatan terakhir manusia itu.

Banyak yang Alto pikirkan, tentang apapun yang menimpanya kali ini. Berbagai pertanyaan berkeliling di kepalanya. Mengapa adiknya pergi terlalu cepat? Mengapa adiknya tak pernah memberitahu penyakitnya? Mengapa adiknya berlaku tak ada masalah padahal jelas sekali bahwa dari raut wajah dan berat badan Neina yang berubah drastis karna mengalami stress.

Dan semakin ia mencari tahu akar masalah itu semua, semakin besar perasaan bersalah yang Alto rasakan. Ia yang bodoh karna tak pernah memantau adiknya, ia yang bodoh karna terlalu percaya akan keadaan rumah yang baik-baik saja.

Alto melangkahkan kakinya menuju kamar adiknya. Ia ingin beristirahat disana. Aroma Neina dapat membuat Alto membangun imajinasinya sendiri bahwa Neina masih ada.

Entah disini Alto yang tidak peka atau mama tirinya yang pandai mengambil celah dan menutupinya. Nyatanya sampai sekarang Alto masih belum sadar akan orang asing yang berada di rumahnya yang menggantikan peran mamanya.

Alto menghempaskan tubuhnya di kasur berwarna putih itu. Aroma pewangi pakaian tercium dari bed cover berwarna ptih itu. Alto menatap sekeliling kamar Neina yang memang mengalami perubahan. Jika dulu di pojokkan kamar ada lemari tempat Neina menyimpan segala boneka maupun pernik-perniknya. Kini almari itu hanya bersi dua buah buku saja.

Kamar Neina, jadi terlihat lebih luas karna barang-barang yang sudah dihilangkan. Alto beranjak dari tidurnya, ia mendekati lemari Neina. Saat lemari itu dibuka semerbak pewangi pakaian yang berbau soft tercium hidung Alto.

Tangan Alto bergerak menyentuh tumpukan baju Neina. Dadanya kembali sesak mengingat kenyataan bahwa ia sudah tak memiliki seorang adik lagi.

Alto kembali menyusuri setiap sudut kamar Neina. setiap jemarinya menelisik barang milik Neina. Saat kakinya sampai di meja belajar Neina, matanya menemukan sebuah amplop putih yang menarik perhatian Alto untuk dibuka.

Surat panggilan orang tua kah?

Atau surat rekam medis penyakit Neina?

Tangan Alto bergerak mengambil amplop putih itu dan membukanya. dahinya semakin berkerut saat menyadari isinya bukan termasuk dari kedua pemikirannya.

Surat itu bukan tentang surat pemanggilan orang tua, bukan juga rekam medis yang berasal dari rumah sakit.

Surat dengan tulisan tangan yang tidak terlalu rapi, dan Alto yakin surat ini adalah tulisan tangan Neina. Alto mendudukkan diri nya di kursi belajar. Matanya mulai membaca tiap huruf yang tertulis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

tired of lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang