twenty six🐄

306 23 0
                                    

Sejauh apapun kamu lari dari kenyataan, nyatanya masalah yang kamu hindari akan semakin mengejar mu.
-lailiaf.h

°°°°

"Lo beneran mau pulang na?" Fino menatap Neina yang kini tengah mengeringkan rambut.

"Em... Iya, mo gimana lagi? Besok hari ulang tahunnya mama,"

"Lo kan bisa ngerayain di sini, sama gue."

"Iya sih, tapi biasanya kan kalo ultahnya mama gue bakal beresin kamar mama."

"Kamarnya nyokap lo kan di pake nyokap tiri lo."

"Oh iya," Neina mendudukkan tubuhnya di kasur.

"Yaudah terserah lo, ntar gue anterin. Gue mo panasin mobil dulu." ucap Fino seraya keluar dari kamar Neina.

Neina merebahkan tubuhnya di kasur, ia melihat langit-langit kamarnya. Pikiranya berkata untuk tetap tinggal di sini, tapi hatinya mengatakan untuk pulang.

Mungkin kali ini ia akan mengikuti kata hatinya, Neina merapikan beberapa pakaiannya dan memasukkan ke dalam paper bag.

Neina menghampiri Ana yang tengah menonton tv, "ma, Neina mau pulang."

"Kamu beneran mau pulang sekarang?" tanya Ana, ia berdiri seraya merapikan anak rambut Neina.

"Iya ma."

Ana tersenyum, "baiklah, tapi jika nanti ada apa-apa langsung telfon Fino atau mama ya?"

Neina menganggukkan kepalanya, Ana menarik Neina ke dalam pelukannya, mengusap rambut Neina dan mengecup singkat puncak kepalanya.

"Banyak orang yang sayang sama Neina," ucap Ana singkat.

Neina mengangguk menanggapi ucapan mama sahabatnya itu. Neina melepaskan pelukannya dan mencium punggung tangan Ana. "Neina pamit ma, makasih mama udah baik sama Neina."

setelah acara pamitan nya selesai, Neina menuju mobil yang sudah disiapkan oleh Fino.

sepanjang perjalanan hanya musik yang bersuara, Neina sedang malas berbicara sedangkan Fino yang fokus menyetir.

Tidak sampai lima menit, mereka sudah sampai di rumah Neina. Sebenarnya dengan berjalan kaki pun mereka tidak akan membutuhkan waktu lama, hanya saja mereka berdua yang malas berjalan.

"Udah sampe na." tegur Fino.

"Cepet banget ya fin," Neina turun dari mobil sambil menenteng paper bag.

"Iyalah, lo udah lupa jalan rumah lo?"

"Kagak lah." mereka berdua memasuki rumah yang bernuansa dingin itu. Selain efek dari Ac juga efek dari penghuninya yang tidak ada kehangatan.

Neina dan Fino melangkahkan kakinya menuju kamar Neina. Masih bersih walaupun sudah hampir seminggu tidak di tempati. Neina melemparkan paper bagnya ke kasur berbarengan dengan tubuhnya.

"Na, gue ajak anak-anak ke sini ya? Biar rame." Fino sudah duduk di sofa kamar Neina.

"Hm. gue mau turun, lo mau minum apa?"

tired of lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang