prolog

547 39 9
                                    

Bahkan, saat cintamu dihadapkan badai, kau masih mampu bertahan.

Saat cintamu ditempa ombak besar, kau mampu menghadangnya.

Namun mengapa saat cintamu ditiup oleh semilir angin, kau goyah?

*

Seorang gadis dengan lebam disekujur tubuhnya menunduk lesu tanpa mampu bergerak. Kaki yang terikat dengan beban di perutnya. Ia tidak menangis, tidak pula bergerak, hanya diam sembari menunggu seseorang yang dinantinya datang.

Dengan harapan sebuah tangan mampu membawanya pulang. Namun hingga detik-detik hidupnya, ia tidak sekalipun datang dan menolongnya.

Ia hanya bisa menertawakan kepercayaan dirinya karena terlalu yakin dia akan datang.

Brak!

Akhirnya dia datang...

Sosok itu datang dengan mendobrak pintu gudang serta napas yang terengah setelah membunuh semua musuhnya. Wajahnya nampak begitu panik, mencari keberadaan wanitanya diantara kegelapan. Ia menemukannya dibawah lampu temaram, lalu menghampiri sang gadis cantik yang menangis melihat kedatangan.

"Ka-kau baik-baik saja?" Tanyanya.

Gadis itu menggeleng, memang nampak jelas luka di wajahnya. Bodoh!

Lelaki itu menangkupkan wajah cantik sang wanita. "A-ayo kita pergi."  Kemudian pria itu menarik tangan gadis malang itu.

Namun gadis itu menahannya.

"Pergi...." Lirihnya dengan aliran airmata disudut matanya.

"A-apa maksudmu?! Ayo kita pergi sama-sama!" Bersikeras sang lelaki membawa gadis itu pergi.

Gadis itu kembali menggeleng lalu membuka perlahan jaket lusuhnya.

Bip. Bip. Bip.

Lelaki itu terpaku dan tak percaya saat melihat sebuah bom waktu melingkar diperut gadis cantik itu. "Bedebah sialan! Bajingan!" Umpatnya kepada musuh-musuhnya yang memperalat wanitanya untuk mengancamnya.

Bom itu hanya tersisa waktu kurang dari 2 menit. Hingga gadis itu akhirnya putus asa, "Pergi..." Lirihnya.

Namun pria itu keukeuh, "Tidak. Tidak. Aku akan menyelamatkanmu." Pria itu bangun dan bermaksud ingin mencari gunting untuk memotong kabel tersebut.

Namun wanita itu menahannya, "Pergi." Isaknya.

"Tidak, tidak, aku tidak mau."

"Pergi!!" Teriaknya sembari mendorong tubuh lelaki itu. "Pergi!! Jangan korbankan dirimu demi aku! Pergi!! Pergi..." Ia menangis hingga terisak kencang tat kala detik-detik itu mengganggu pikirannya.

"AKU TIDAK AKAN PERGI!" Bentaknya pada akhirnya.

Wanita itu tertawa, "Untuk apa kau kemari jika hatimu masih untuk wanita itu?! Kau datang hanya karena kasihan kan padaku?! Tidak usah kau perduli padaku lagi!! Biarkan aku mati!!" Pekiknya dengan frustrasi.

Mendengar hal itu lelaki itu menganga tak percaya, "Apa maksudmu?! Siapa wanita itu?"

Gadis itu terkekeh sinis, ia tidak yakin apakah lelaki itu benar-benar tidak tahu atau berpura-pura tidak tahu. "Minyeon. Kau kenal dia kan?"

Lelaki itu terdiam, namun berusaha mengidahkannya. "Tak ada gunannya membahas wanita lain disaat genting seperti ini." Ia berjalan mencari alat pemotong

Merasa diacuhkan, wanita itu menggeram kesal. "Kau selingkuh, Park!" Pekiknya.

"Aku tidak selingkuh!"

POSSESSIVE II : HAPPY AND DYINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang