17 ; Cemburu?

701 120 29
                                    

⚠️ ; typo's

◑ ━━━━━ ▣ ━━━━━ ◐

Sudah seminggu ini Arion menghindari Calista, mengabaikan telepon dan pesan masuk dari gadis itu. Entah apa alasannya, ia juga sedikit bingung. Arion merasa aneh dengan dirinya sendiri.

Arion juga tau bahwa ada seorang laki-laki yang seminggu ini kerap kali pulang pergi bersama Calista. Dalam hatinya merasa lega ada yang menjaga Calisa disaat dirinya sedang merasa enggan untuk berdekatan dengan gadis itu.

Tetapi Arion juga merasa kehilangan dengan tidak adanya Calista. Mereka selalu nempel bila kemana-mana.

Menghembuskan nafas kasar Arion berjalan menuju kelasnya. Hari yang membosankan sepertinya akan menghinggapinya saat ini.

Ditengah perjalanan Arion tak sengaja melihat Damara dana Arven yang berada di pinggir lapangan sedang duduk berdua.

Arion menghentikan langkah kakinya, menatap kedua remaja tersebut dalam diam. Ia merasa dejavu, karena kebiasaan yang dilakukannya inilah ia bertemu dengan Calista.

Tak sadar Arion menyinggungkan senyum tipisnya.

Lama menatap Damara Arion pun tersadar akan satu hal. Lebih baik mereka, dirinya dan Calista mengungkapkan perasaan kepada orang yang mereka suka. Arion tidak akan tau hasilnya, namun ia akan mencobanya.

***

Jam kosong merupakan surganya para anak sekolahan. Tidak belajar, bebas dan bisa bersenang-senang sesukanya. Guru piket juga tidak masuk, sehingga membuat Calista melangkahkan kakinya menuju perpustakaan.

Kali ini Calista mengucir rambut  panjangnya bermodel ekor kuda.

Saat hendak masuk kedalam perpustakaan, tangannya dicekal oleh seseorang.

Calista terkejut dan berbalik. Jantungnya berdetak dengan cepat mengetahui siapa yang mencekal tangannya.

Setelah seminggu diabaikan dan sekarang seseorang itu berada didepannya membuat Calista gugup dan canggung secara bersamaan.

"Ikut gue" Ucapnya datar. Tanpa dikomando tubuh Calista mengikuti langkah Arion.

Calista menatap tangan mereka yang bergandengan. Ada perasaan aneh yang membuat hatinya berdesir, dan seketika Calista melebarkan kedua matanya, menggelengkan kepalanya kuat.

'Gak mungkin' Ucapnya dalam hati.

Arion membawanya ke gudang sekolah yang kotor dan sepi. Kedua remaja itu memasuki gudang dan Arion menutup pintunya dengan kasar.

Arion mendorong Calista hingga Calista terpojok di dinding gudang yang dingin.

Calista mulai berkeringat, kenapa menatap Arion saja sungguh susah. Alhasil Calista hanya menundukkan kepalanya menatap sepatu mereka.

"Apa sepatu itu lebih menarik dibanding gue?" Tanya Arion. Seketika Calista mendongak dan menatap manik mata Arion.

"Maaf" Ungkapan Arion membuat Calista mengernyit.

"Maaf udah ngehindari lo seminggu ini" Lanjutnya lagi.

Arion menunduk tak berniat menatap Calista. Dengan perlahan kedua tangan Calista berada di pipi Arion. Menangkapnya lembut kemudian mengelusnya. Arion mengangkat wajahnya dan bersitatap dengan Calista.

"Kenapa?" Tanya Calista lembut. Bibir Arion keluh untuk menjawab. Dia harus menjawab apa sekarang.

"Kenapa, Ar?" Tanya Calista lagi.

Memejamkan matanya Arion pun menjawab, "Gue gak tau pasti. Tapi gue merasa marah saat lo gak bisa bela diri lo di depan Arven"

Hati Calista terenyuh mendengarnya.

"Gue juga tau Damara tampar lo" Kata Arion sedih. Kemudian telapak tangannya yang besar bertengger di pipi kanan Calista.

"Masih sakit?" Tanyanya khawatir.

Calista tersenyum dan menggeleng. Tangannya membawa telapak tangan Arion menyentuh dadanya.

"Ini yang sakit saat lo ngehindari gue, Ar" Ucap Calista lirih.

Arion merasa bersalah sekarang. Dengan cepat ia memeluk Calista sambil menggumamkan kata maaf.

Jantung kedua remaja ini berdebar dengan tidak normal, debaran aneh yang entah sejak kapan muncul saat mereka bersama.

Arion melepaskan pelukannya. Menatap manik Calista dalam, lalu tangan kanannya yang bebas memegang tengkuk Calista, memajukan kepala gadis itu dan bibirnya dengan mulus bertemu dengan bibir merah Calista.

Betapa Arion merindukan bibir ini.

Calis, gue gak tau apa yang gue rasain sekarang. Mungkinkah gue suka sama lo?, Batin Arion.

Arion melumat bibir Calista dengan lembut, entah sejak kapan tangan Calista sudah dikalungkan di leher Arion.

Dengan jantung yang bertalu-talu Calista membatin, Arion, entah sejak kapan gue deg degan kalo deketan sama lo.

***

Calista berlari-lari di taman kota yang sepi ini. Jam menunjukkan pukul tujuh malam dan mereka berdua masih memakai seragam sekolah. Namun, dilapisi jaket sehingga tidak ada yang tahu mereka masih memakai seragam.

Senyum bahagia terukir dalam bibir Calista, Arion yang melihatnya pun terkekeh kecil.

"Girang amat lo" Katanya.

Calista menghentikan langkahnya. Kemudian berlari mendekat kearah Arion.

"Lagi seneng gue. Akhirnya bisa baikan juga sama lo" Ucapnya blak-blakan. Arion meringis, perasaan bersalah kembali menyeruak dalam dirinya.

"Gue kesepian tau, gak ada lo" Lanjut Calista.

"Gue rasa ada yang selalu nemenin lo deh"

"Siapa?" Tanya Calista bingung.

"Cowok yang sering anter jemput lo lah" Kata Arion ketus.

Calista mebeo, "Oh si Arya"

"Tau dah"

"Kenapa lo cemburu?" Tanya Calista senyum-senyum.

Arion melebarkan matanya. "Gue? Cemburu? Sama lo? Mimpi lo"

Setelah mengatakan itu, Arion pergi meninggalkan Calista yang mengendikkan bahunya.

"Gue kan cuma asal nebak ngapa dia nyolot gitu"

Dirasa Calista yang tertinggal jauh, Arion pun memegang dadanya yang bergemuruh.

"Anjir, emang keliatan banget apa ya gue cemburu. Tsk, cemburu? Sama si Arya-arya itu? Cihh jelas gantengan gue kemana-mana" Ucapnya pada diri sendiri.

◑ ━━━━━ ▣ ━━━━━ ◐

Calista & Arion | Mina • Mingyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang