12 ; Gang dan Kucing

591 103 16
                                    

⚠️ ; typo

◈━━━━━━━ ▣ ━━━━━━━ ◈

Pelajaran matematika masih saja menjadi momok yang mengerikan bagi Arven. Ulangan tadi ia mengerjakannya dengan asal-asalan. Memejamkan mata sejenak, Arven tiba-tiba teringat akan Calista.

Sudut bibirnya tertarik kala mengingat bagaimana Calista mengajarinya dengan amat sabar dan lembut.

Dengan cepat Arven membuka ponselnya dan hendak mengirimi Calista sebuah pesan singkat. Ia teringat oleh perbuatannya yang membatalkan janji secara sepihak. Sebenarnya Arven merasa amat bersalah namun kondisi Damara adalah hal yang utama baginya.

Saat hendak mengetikkan pesan. Tiba-tiba saja ponsel yang dipegang Arven sudah berpindah tangan.

"Pinjem ven, mau googeling"

Arven berdecak.
"Cepat, Ra"

Arven memasuki perlengkapan sekolahnya secara brutal. Tak peduli bagaimana kondisi bukunya berdiri atau tidak didalam ranselnya.

Arven tak tahu bahwa yang Damara lakukan bukanlah googeling seperti yang dikatakannya tadi. Tetapi ia mengirim pesan singkat kepada Calista dan menyuruhnya datang kekelas mereka.

Setelah selesai, Calista mengembalikan ponsel milik Arven.

"Nyari apa sih?" Tanya Arven kepo.

"Manfaat lelaki buaya" Jawab Damara ketus. Arven yang mendengarnya tertawa gemas dan mengacak rambut Damara penuh sayang, sungguh sahabatnya ini terlalu tidak suka ditanya soal urusannya.

"Ven, nunggu sepuluh menit disini dulu ya. Gue pusing"

"Lo gak papa?"

"Hm. Pijetin aja kepala gue" Pinta Damara.

Arven mulai memijat kepala Damara dengan lembut. Menekan-nekan kepala Damara dengan kedua jemarinya yang besar.

"Udah enakan?" Tanyanya.

"Hm"

Arven menarik tangannya kembali.
"Yok lah pulang" Ajak Arven. Namun, Damara masih bergeming di tempatnya.

Saat inderanya mendengar suara tapak kaki. Damara pun sontak berdiri dan menarik tengkuk Arven.

Damara mencium Arven didepan Calista.

Ia sudah memperkirakan semua ini. Calista pikir siapa dia ingin merebut Arven dari Damara.

Damara melirik kearah Calista yang melihat kearah mereka. Seringai licik ia tampilkan disela-sela ciumannya.

Betapa indahnya melihat siratan luka di mata Calista. Damara rasanya ingin terbang melayang, menyakiti hati gadis itu menjadi sesuatu yang menyenangkan baginya.

Calista telah pergi meninggalkan mereka berdua dengan mata yang berkaca-kaca. Damara melepaskan tautan bibir mereka.

"Dara" Panggil Arven bergetar. Damara mendongak guna melihat Arven.

Arven tampak linglung. Namun kemudian, dengan satu sentakan Arven menarik tengkuk Damara dan menciumnya kembali.

Damara telah membangkitkan sisinya yang selama ini telah Arven tahan mati-matian. Mencium Damara adalah keinginan cowok bergigi kelinci itu dari dulu. Dan Arven tidak akan melewatkan kesempatan ini.

Damara ingetin gue kalo sampek kalap.

***

Jalanan ini terlihat asing bagi Calista. Entah dimana ia sekarang. Cowok yang memiliki paras ganteng yang menariknya tadi telah menurunkan ia di depan gang sempit yang kumuh.

"Ikutin gue" Perintah cowok itu. Calista meliriknya.

Karena tak ada pergerakan dari Calista, cowok tersebut menarik lengan Calista secara paksa.

Sekitar seratus meter mereka memasuki gang sempit yang kumuh ini.

Calista berhenti saat cowok itu juga berhenti. Dengan perlahan cowok tersebut melepas resleting ranselnya. Dan mengeluarkan stainless stell mangkuk gand dan makanan kucing. Dengan cekatan kedua tangannya menuangkan satu bungkus makanan kucing yang berlabel brand terkenal itu.

Calista memperhatikan perbuatan cowok tersebut dalam diam.

Saat sudah selesai. Cowok tersebut memanggil para kucing.
"Nis... Nis... Ckckck"

Tak beberapa lama datanglah segerombolan kucing liar mendekati mereka. Langsung menuju kepada makanan yang sudah terhidang.

Kucing-kucing liar tersebut tampak rakus memakan makanannya.

Cowok tampan yang belum diketahui namanya ini mengelus bulu-bulu kucing dengan sayang. Sudut bibirnya tertarik keatas tanda ia tersenyum. Hati Calista menghangatkan melihat pemandangan yang ada didepannya, tak sadar sudut bibir Calista juga ikut tertarik.

Lima belas menit berlalu dalam keheningan, makanan kucing sudah habis dan lelaki tampan itu mulai memasukkan mangkuk yang ia bawa tadi kedalam ransel hitamnya.

Bola matanya menatap Calista tanpa berkedip. Calista yang ditatap seperti itu menjadi salah tingkah.

"Ayok gue anterin" Ucapnya santai. Calista hendak menggeleng namun suara lelaki tampan itu menginterupsi. "Atau gue suruh kucing-kucing ini nyakar wajah lo?"

Seketika mata Calista membola dan dengan cepat ia menganggukkan kepalanya menyetujui perintah pemuda itu.

◑ ━━━━━ ▣ ━━━━━ ◐

Siapa sih itu?





[Gue kurang apa sih, Ven?]—; Calista

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Gue kurang apa sih, Ven?]
—; Calista.





Selamat hari Jumat.

Calista & Arion | Mina • Mingyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang