21 ; Sesal

1K 128 44
                                    

⚠️ ; typo's

◈ ━━━━━━━ ▣ ━━━━━━━ ◈

Damara mendorong tubuh Arion menjauh, seperti tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka Damara memperbaiki pakaiannya yang sedikit mengenaskan karena Arion.

Di tatapnya Arion dengan pandangan sinis, "See, lo bukan tipe gue sama sekali" Ucap Damara sadis.

Arion membelakkan matanya, bukankah Damara menerima dirinya? Padahal mereka habis berciuman.

"Lo pasti berfikir kalo gue nerima lo ya" Kata Damara sambil terkekeh.

Damara menghembuskan nafasnya keatas sehingga poninya sebagian terbang.

"Lo bahkan sampe lupa sama seseorang karena keegoisan lo sendiri" Ucapan Damara seketika seperti palu godam yang menghantam Arion dengan sangat keras.

"Gue pulang dulu, permisi" Lanjut Damara lagi kemudian pergi meninggalkan Arion dengan rasa bersalah yang besar.

Tubuh Arion membeku, sepertinya aliran darahnya juga berhenti.

"Arion, apapun yang terjadi gue harap lo bakal datang buat jemput gue"

"Janji ya bakal jemput gue"

Perkataan Calista terngiang-ngiang dalam kepala Arion. Terus berputar bak radio yang rusak. Arion meremas rambutnya, menendang semua benda yang berada di dekatnya.

"Bego bego bego"

"Sumpah lo bego banget, Rion"

Arion terus menyalahkan dirinya, kemudian dirinya melihat jam yang melingkar ditangannya.

8.50 pm.

Calista pasti sedang menunggunya sekarang, dengan cepat Arion mengambil kunci mobil yang berada di meja bar dapurnya dan lari kesetanan untuk menjemput Calista.

Sepi.

Taman kota sepi tidak ada orang sama sekali.

Arion sudah berlari empat kali mengitari taman kota ini, namun tidak menemukan Calista sama sekali. Hujan masih sama seperti tadi, tidak berhenti atau sekedar menjadi gerimis.

Arion berlari dan berteriak seperti orang yang kesurupan. Arion benci dirinya sendiri, seharusnya ia sadar bahwa apapun yang terjadi Damara akan selalu menolaknya.

Arion berhenti di kursi tempat biasa ia dan Calista duduk di taman ini.

Arion menangis, setelah ini tidak akan ada Calista yang selalu tersenyum padanya, Calista yang manja, Calista yang bawel, dan Calista yang manis.

Arion kembali menjambak rambutnya berteriak frustasi, menyalahkan kebodohan dirinya.

Arion, ia akan kehilangan Calista. Seseorang yang mengisi hari-hari kosongnya.

***

Calista menatap jendela kelas dengan pandangan kosong, dua hari lagi pelaksanaan Ujian Nasional. Calista tidak tau apakah ia akan mendapat nilai sempurna atau tidak. Perubahan suasana hatinya sangat mempengaruhi mood belajarnya.

Ponsel Calista bergetar, satu pesan masuk dari Arya.

Arya Galak : Bu, ajarin dong Bu ga bisa materi matriks nih.

Calista tersenyum tipis membacanya. Kemudian jarinya dengan lihai mengetik balasan.

Me : Perpustakaan 5 menit harus udah sampe!

Setelah mengirimkan balasan kepada Arya, Calista bergegas membawa perlengkapan belajarnya.

"Cal, mau kemana?" Tanya salah seorang teman kelas Calista.

Calista & Arion | Mina • Mingyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang