14 ; Pembalasan Calista

612 114 47
                                    

⚠️ ; typo's

◈━━━━━━━ ▣ ━━━━━━━◈

Pagi-pagi sekali Calista sudah pergi ke sekolah. Gerbang masih terbuka setengah, Calista mendorong gerbang tersebut sampai benar-benar terbuka dengan lebar. Sehabis itu Calista menepuk-nepuk kedua tangannya membersihkan debu yang mungkin saja lengket di kedua telapak tangannya.

Pagi begini masih sedikit siswa-siswi yang datang. Hal ini membuat Calista tenang karena terbebas dari keributan.

Calista naik kelantai dua tepat kelasnya berada. Menyusuri tangga dengan ekspresi andalannya, kalem dan tampak cool.

"Lo pergi sekolah emang pagi-pagi begini?"

Calista terlonjak ditempat. Kemudian memegang dadanya, mengelusnya pelan.

Calista berbalik. Tampaklah pemuda tampan yang akhir-akhir ini selalu merecokinya.

"Lo gak bisa gak ngagetin gue?" Tanya Calista kesal.

"Siapa yang ngagetin? Gak ada tuh" Jawabnya acuh. Calista menggeram jangan sampai moodnya hancur karena lelaki ini.

Calista memilih mengabaikan cowok tersebut dan lanjut berjalan menuju kelasnya. Namun, baru empat langkah Calista menjalankan kakinya, kembali ia berhenti. "Lo bisa gak sih gak ngikutin gue?" Tanya Calista berusaha sabar.

Pemuda tersebut terkekeh pelan, berjalan mendahului Calista serta berucap. "Kelas gue tuh yang paling ujung" Cowok itu menunjuk dengan dagunya. "Kalo lo kangen tinggal ketok aja pintunya. Ntar kalo ditanya lo jawab aja 'lagi nyari Arya ganteng' " Lanjutnya dan meninggalkan Calista yang terdiam malu.

***

Calista teringat kejadian memalukan tadi pagi. Ia memukul-mukul kepalanya yang tak bersalah sama sekali.

"Arya Arya Arya" Gumaman nama Arya tak henti-hentinya Calista lontarkan. Ternyata nama pemuda itu Arya. Dua minggu sudah Calista lalui namun ia baru tau nama cowok tersebut.

Calista mendengus kala mengingat ucapan lelaki itu.

"Siapa yang bakal kangen? Cihh" Decihnya.

Asik dengan dunianya, Calista sampai tidak dengar panggilan temannya yang berkali-kali telah terlontar.

"Calista..? Hellow?" Lambaian tangan di depan wajahnya membuat Calista dengan cepat tersadar.

"Eh, ada apa ya?" Tanya Calista bingung.

"Tuh didepan ada cowok nyariin lo"

"Oh oke. Makasih ya!" Setelah mengatakan itu, Calista bergegas keluar kelas dan menemui siapa gerangan yang menemuinya.

"Arion?" Panggil Calista. Arion yang sedang berfokus melihat kelantai bawah pun menoleh.

"Ayok kantin"

Calista mengangkat sebelah alisnya "Tumben"

Arion berdecak. "Ayo gih buruan" Arion menarik lengan Calista dan pergi membawanya kekantin.

"Rame ih. Gak suka gue" keluh Calista.

"Sekali-kali elah. Mojok mulu gak bosen apa?"

Arion dan Calista duduk di meja dekat tembok. Bersamaan dengan itu, tampak Arven dan Damara berjalan menuju kearah mereka. Calista memiliki firasat yang buruk akan ini.

"Boleh duduk disini?" Dan benar dugaan Calista. Arion melirik kearah Calista, namun yang dilirik malah membuang muka. Dengan berat hati Arion mengangguk menerima permintaan Damara.

"Kalian selalu berdua ya kemana-mana" Damara membuka percakapan.

"Rion, tadi udah pesan kan?" Tanya Calista mengalihkan pembicaraan.

"Udah" Jawab Arion seadanya. Damara mendesis melihat itu, tapi ia tutupi dengan seulas senyum.

Makanan telah datang. Mereka menikmati dalam diam.

"Arion. Itu.. ada yang nempel" Kata Damara sambil menunjuk kearah sudut bibir Arion.

Arion mencoba mengusapnya. "Udah?"

"Masih ada tuh" Kata Damara kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu Arion membersihkan bekas makanan yang menempel disudut bibir Arion. Tau sang musuh akan memasuki wilayahnya, dengan cepat Calista menyerobot kotak tissue dan mengelapnya di sudut bibir Arion dengan kasar.

"Lo kalo makan kayak bocah" Komentar Calista. Dengan kikuk Damara menarik kembali tangannya dan tersenyum tipis.

Calista tersenyum mengejek. Rasain lo.

"Arven. Pulang nanti kamu mau temenin aku ke mall kan?" Kali ini Damara bertanya kepada Arven.

Arven tampak berfikir. Belum menjawab, Calista sudah nyeletuk duluan. "Ven, hari ini gue bakal ngajarin lo materi minggu lalu buat UH. Harus hari ini karena besok gue gak bisa"

Arven mengangguk ragu, "Sorry, Dar. Gue gak bisa" Ucap Arven sedih.

Rasa kesal tiba-tiba menyeruak didalam diri Damara. Kemudian matanya perlahan melirik kearah Arion. Namun, lagi-lagi Calista berbicara mendahului Damara, "Rion, Lo gak lupa kan sama janji lo mau bikinin gue kue? Gue tunggu nanti malam ya. Selesai gue ngajarin Arven gue ke apartemen lo"

Setelah mengatakan itu, keadaan hening diantara mereka. Damara menggenggam sendoknya kuat, menatap tajam kearah Calista yang tengah tersenyum mengejek kearahnya.

Baru kali ini Damara merasa harga dirinya terinjak-injak. Apalagi oleh gadis didepannya saat ini.

◑ ━━━━━ ▣ ━━━━━ ◐

“Mamam noh mamam!”—Giacinta Calista

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Mamam noh mamam!”
—Giacinta Calista.

Calista & Arion | Mina • Mingyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang