22 ; Hanya Orang Asing [END]

619 72 25
                                    

Satu bulan sudah berlalu, puluhan panggilan dan ratusan pesan dari Arion tak pernah di gubris Calista. Cowok itu terlalu tidak tau malu untuk terus menganggu Calista. Calista benci setelah di buang oleh cowok itu sekarang cowok itu mengemis-ngemis padanya.

Arion selalu mengajaknya bertemu, menjelaskan apa yang perlu dijelaskan. Padahal bagi Calista semua sudah jelas, tidak ada lagi yang harus dijelaskan.

Calista selalu menghindari Arion di sekolah dengan selalu bersama Arya setiap hari. Arya juga selalu pasang badan apabila Arion berada dalam radius lima meter dari mereka.

Arion juga selalu datang kerumah Calista pasca pernyataan cinta mereka, dua minggu berturut-turut ia selalu menunggu Calista didepan rumahnya dari pulang sekolah sampai malam hari.

Calista tidak kasian, sama sekali tidak kasian dengan Arion.

Yang sudah di buang tidak akan pernah kembali, batin Calista.

Bagi Calista sekali di kecewakan maka tidak akan ada kesempatan kedua.

Calista tersadar dari lamunannya, ditatapnya sepatu pantofel hitam yang melekat indah di kakinya. Senyum terbit di bibir ranum Calista, sebentar lagi ia tamat. Kenangan indah semasa SMA berputar di otak Calista, begitupun kenangan bersama Arion, mulai dari pertama kali mereka ketemu sampai berakhir seperti sekarang ini. Perlahan senyum Calista memudar, ia menyesal bertemu dengan Arion namun kebersamaannya dengan Arion sangat sulit dilupakan.

Dibawah pohon beringin sekolah sangat sejuk. Calista sedang menunggu Arya yang lagi ada urusan dengan wali kelasnya.

Calista mengangkat wajahnya, tiba-tiba jantungnya berpacu dengan cepat dan terasa nyeri. Tubuhnya membeku dengan sendirinya, ingin kabur namun ia tidak bisa.

"Gue minta maaf" Ucapnya cepat.

Calista terbelak, bibirnya sedikit terbuka.

"Gue tau lo gak akan maafin gue, yang penting gue udah minta maaf dan bisa pergi dengan tenang" Ucapnya lagi kemudian menundukkan kepalanya.

Calista terdiam, memang ia belum bisa memaafkan perempuan yang ada di depannya ini.

"Jaga Arven, ya" Titip Damara, netranya berkaca-kaca. Suaranya sedikit bergetar.

"Tolong jaga Arven, gue sayang banget sama dia" Airmata perlahan jatuh dari pelupuk Damara.

Calista terenyuh melihatnya. Ia tidak merespon, tidak tau harus berkata-kata apa lagi.

"Gue pamit Cal, maafin gue" Setelah mengatakan itu Damara berbalik dan pergi meninggalkan Calista dengan perasaan yang tidak dapat di jelaskan.

Calista terbengong, mengapa Damara menyuruhnya menjaga Arven. Dan juga ia tidak pernah bertemu Arven lagi sejak kejadian itu.

"Hey" Teguran beserta tepukan di bahu itu menyadarkan Calista. Netranya menatap berandalan galak yang sedang menyunggingkan senyum manisnya ini.

"Ngelamun aja lo" Kata Arya.

Calista dengan cepat mengubah raut wajahnya, "Lama banget sih lo, gue hampir aja di culik sama penjaga nih pohon" Ucap Calista ketus.

Arya tertawa melihat Calista, merasa gemas dengan Calista ia pun menarik hidung cewek ayu itu dengan jari-jarinya yang panjang.

"Ayok pulang" Ajak Arya tak lupa ia menarik pergelangan tangan Calista.

Calista terdiam menatap tangan mereka.

Tangan ini hangatnya berbeda dengan Arion.

***

Calista & Arion | Mina • Mingyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang