Ari masih berbaring malas di atas tempat tidur. Mungkin karena hari pertama tamu bulanannya hadir, jadi ia malas untuk melakukan apa-apa.
Ya, Ari sedang PMS. Padahal tadi malam hingga subuh tadi ia masih berharap jika hasil testpack yang dicobanya kemarin salah. Namun, mungkin memang belum rezeki mereka untuk punya anak sekarang.
Ari ingin sekali bisa seperti suaminya yang bisa berlapang dada bahkan masih bisa menggodanya dengan candaan. padahal ia tahu kalau fakhry sama kecewa dengannya. Bahkan mungkin suaminya itu lebih menginginkan seorang anak daripada dia.
Dreet... Dreet...
"Assalamualaikum,ada apa pow?" Tanya Arj tanpa basa-basi pada sahabatnya itu
" Waalaikumsalam, tumben lesu? Ada apa? Mak mintuo buat masalah lagi?" Tanya Fanny memberondong
" Kamu pikir mintuo ku, murid SMA yang masih labil sampai sering buat masalah" kesal Ari
" Ya siapa Taulah, karena jarang kali si Ari bad mood jika bukan karena sesuatu yang tak tak tak mengenakkan"
"Jangan lebay deh pow. Lagi pms nih" kesal Ari. Terkadang Fanny sangat bisa memancing kekesalan
"Oh, trus masalahnya dimana? "
" Pow-pow, jangan sok cuek dan tak tahu apa-apa deh. Aku tau kok kamu pasti habis ditelpon Abang kan, untuk ngehibur aku" rengek Ari. Fanny yang mendengar dari sambungan telepon merasa takjub dengan Ari yang mulai manja. Selama ia mengenal Ari, ia tak pernah tahu jika seorang Ariana bisa manja juga
" Aku rasa, kamu hamil deh. Mood swing terlalu cepat, juga suaranya manja bang..."
"Hamil dari mana, ini darah baru aja keluar. Sedang banjir-banjir nya nih" Ari ingin menangis mendengar ledekan Fanny
" Astagfirullah Ri, tolong emosinya dikendalikan. Jangan sampai nangis sendiri. Si Abang masih besok pulangnya" pujuk Fanny
" Habisnya kamu tuh bikin sakit hati tau enggak. aku pengen banget hamil pow, tapi kamu malah buat sebagai becandaan"
"Eh Bu BK, emang cuma kamu aja yang pengen hamil. Aku juga pengen tau"
"Nikah dulu, baru mikir hamil. Maka.."
"Sekarang sesi konseling tentang kamu, jangan bawa-bawa calon imam saya buk. Back to topik. Emang kamu udah nikah berapa tahun, sampai belum hamil ngerubah mood segitunya" tanya Fanny mulai tegas
"Bukan gitu pow, akupun nggak tau kenapa aku ingin banget untuk hasilnya positif. Tapi ya itu,"
" Emang kalau hasilnya positif kamu mau apa? "
"Ya Alhamdulillah. Mempunyai anak kan salah satu tujuan pernikahan"
"Emang, tapi jangan lupakan tujuan utama pernikahan. Mengeratkan silaturahmi keluarga. Apa kau udah siap punya anak sedangkan status sebagai menantu saja masih abu-abu" suara Fanny mengalun lembut, membujuk dengan logika seperti yang selalu ari lakukan selama ini pada orang yang curhat kepadanya
" Mana tau dengan aku hamil bisa meluluhkan hati Mak mintuo ku itu. Sebenarnya ibu baik loh pow, cuma sifat ketus dan sok angkuh nya aja yang nutupin kepedulian"
"Ia dia baik, sangking baiknya minantu sendiri tak tau. Bagaimana bisa luluh coba" ledek Fanny
"Maksudnya aku bukan gitu"
"I'm understand. Apa yang ada di otak kamu. Tapi harusnya kamu bersyukur belum hamil saat ini. Allah itu maha bijaksana, ia akan memberi sesuatu sesuai dengan waktunya. Baik kamu dan bang Ari, insyaallah selalu Istiqomah dalam beragama. Jadi Allah tak ingin kalian melalaikan kewajiban yang satu karena kewajiban yang lainnya" ujar Fanny halus. Ia yang baru mulai berhijrah, merasa kurang pantas untuk memberikan masukan spiritual gini " bagaimana kewajiban mu sebagai anak, sebagai menantu telah kamu laksanakan dengan baik? Apa kamu yakin Mak mintuo Bakan luluh jika kalian punya anak sekarang, atau malah ia akan masuk rumah sakit lagi karena syok, Punya cucu dari menantu rahasianya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Cintaku
Любовные романыariana tak pernah menyangka ia akan menikah dengan teman sahabatnya, disaat ia telah bertunangan dengan pria yang di cintainya. selain pasangan hidup nya yang berubah, ia juga harus merubah hatinya untuk mempertahankan rumah tangga nya.