Ari merasakan hal yang aneh pada tubuhnya. Hidungnya mencium aroma harum dari bantal yang ada dikepalanya. Tubuhnya pun merasa nyaman diatas kasur empuk hingga ia enggan membuka matanya yang memang masih berat.
Udara dingin lagi-lagi membuatnya menarik selimut untuk kembali menyelubungi tubuh mungilnya. Ia merasakan seperti disurga saat ini.
Mungkin memang dia sedang disurga, atau ia ada dalam dunia mimpi? Mustahil ini mimpi jika wewangian ini begitu nyata menusuk hidungnya. Ia sengaja mengangkat sedikit kepalanya sebelum menjatuhkannya kembali keatas bantal yang sangat-sangat empuk itu.
Fakhri tak bisa menahan tawanya melihat wajah polos Ariana yang sepertinya sangat menikmati tidurnya. Walau masih pucat namun senyuman Ariana diketahuinya dari bibir gadis itu yang sedikit tertarik kesamping
" Hey.... Ari bangun dulu, Ari harus sholat Subuh" fakhry menarik selimut yang menutupi hampir sebagian kepala Ariana.
Gadis itu begitu menutupi dirinya. Hingga saat tidur nyenyak sekalipun, ia tak akan pernah lupa untuk menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Jika sedikit saja selimutnya tersingkap, tanpa sadar tangannya akan kembali membenahi kembali selimut itu hingga menyelubungi tubuhnya hingga hanya separuh kepala saja yang akan keluar.
Hal itu diketahui fakhry sejak hari pertama mereka menikah. Selama ini Ariana selalu tidur lebih awal dari Fakhry dan bangun juga lebih awal. Jadi fakhry lebih sering mengamati Ari saat gadis itu terlelap.
Dan satu lagi hal tak biasa dari Ariana. Gadis itu tak akan bergerak sedikitpun saat tertidur. Satu-satu tanda ia masih hidup adalah hembusan nafas teraturnya. Untung Fanny telah memberi tahukannya tentang hal yang satu itu. Kalau tidak mungkin ia telah nekat untuk membawa istrinya itu ke rumah sakit. Saat mendapati istrinya itu tetap pada posisi yang sama selama berjam-jam saat tidur.
" Ri, bangun dong. Nanti setelah subuh lanjutkan lagi tidurnya"
Fakhri terpesona dengan mata bening yang mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk. Dahi yang berkerut menandakan kenyamanan yang terganggu.
"Astagfirullahaladzim, Abang ngapain?" Ariana langsung bangun dari tidurnya saat melihat wajah fakhry yang begitu dekat dengan wajahnya
"Bangunin kamu,"
" Udah pagi?" Tanya Ariana sambil memundurkan sedikit tubuhnya agar sedikit berjarak dengan suami yang masih terus menatapnya intens
Rona merah telah mewarnai wajah putih Ariana. Ini adalah hari pertamanya bangun lebih lambat dari sang suami. Biasanya ia tidur lebih awal dan bangun lebih awal dari Fakhry agar ia bisa bisa menetralisir rasa malu. Tadi malam ia memang tidur lebih awal.
Setelah bang Fakhry mengajaknya sholat isya di masjid dekat bandara. Fakhry kembali membawanya menaiki taksi. Dan dari saat itu ia kemudian memejamkan mata untuk tidur hingga ia baru bangun pagi ini.
" Subuh dulu gih, udah hampir setengah enam. Setelah itu kalau arjnamu tidur lagi juga..."
"Inalillahi," Ariana langsung bengkit berdiri dari tempat tidur. Namun ia bingung "kamar mandi nya dimana bang?" Tanyanya bingung melihat tempat sekeliling yang asing untuknya
" Tuh, dibalik cermin" fakhry menunjuk sisi kanan yang terdapat sebuah cermin bulat.
Fakhry hanya bisa tersenyum melihat tingkah istrinya itu. Ia juga bersyukur saat istrinya tak perlu lagi diingatkan dengan kewajiban utama sebagai manusia. Walaupun hingga kini baik ia maupun Ari belum melakukan kewajiban sebagai pasangan halal. Namun ia dan istrinya selalu berusaha tepat waktu untuk menjalankan sholat tepat waktu.
@@@
" Dimana kita akan tinggal ?" Pertanyaan yang telah dari tadi ingin diungkapkan oleh Ariana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Cintaku
Romansaariana tak pernah menyangka ia akan menikah dengan teman sahabatnya, disaat ia telah bertunangan dengan pria yang di cintainya. selain pasangan hidup nya yang berubah, ia juga harus merubah hatinya untuk mempertahankan rumah tangga nya.