41. marah

9.4K 951 59
                                    

Ibu Ratih telah beraktivitas seperti biasanya. Setelah mengikuti pola makan yang diatur oleh Ari, ia merasa badannya lebih fit dan sehat. Moodnya pun lebih stabil. Ia merasa lebih bisa mengontrol emosinya.

Setelah hampir dua bulanan dirumah dan hanya sesekali keluar. Ada rasa canggung dan tak nyaman dan malas bagi Bu Ratih untuk melakukan aktivitas diluar rumah. Jika saja Ariana hari ini datang, mungkin saat ini ia masih duduk santai didepan tv sambil membaca koran

"Hey, udah dong jangan cemberut gitu" tegur ayah yang duduk di seberang ibu

" Bukan cemberut yah, tapi lagi mikir. Pesan steak sapi atau salmon"

"Salmon saja, kemarinkan  makan daging. Jangan gara-gara sehari Ari tak datang, ibu melupakan diet " saran ayah. Pria tua itu meneguk air putih yang telah disediakan sebelum menyebutkan pesanannya pada pelayan yang sedang menunggu

" Dasar, kenapa setiap orang selalu mengikuti semua perintah dia. Sedangkan dia seenaknya mau datang mau tidaknya"  ujar ibu yang menghasilkan senyuman diwajah suaminya. Ibu Ratih jadi uring-uringan karena ketidak hadiran sang perawat

"Sudah lama ibu tak seperti ini. Biasanya ibu selalu acuh dengan orang lain"

Ibu melengos menatap wajah senang suaminya.

"Maaf, apa benar anda orang tua dari Fakhry?" Seorang pegawai hotel tempat mereka berada saat ini

" Fakhri siapa ya, karena begitu banyak nama Fakhry di Bandung raya ini" ujar ayah

" maksud saya, Fakhry suaminya ariana. Sebulan yang lalu saya pernah melihat ibu dan bapak bersama Ariana. Dan menurutnya anda berdua adalah mertuanya" jelas Hendry. Telah sebulan ini ia mencari keberadaan mantan calon istrinya itu

" Oh ya, ada perlu apa anda dengan kami?" Tanya ayah yang dihadiahi pelototan ibu

"Saya adalah kerabatnya dari Padang. Ada hal yang harus kami bicarakan" Hendry sedikit tak nyaman dengan tatapan si ibu. Ia merasa bersalah telah mengganggu pasutri yang sedang makan malam ini, namun hanya ini kesempatan nya untuk mencari keberadaan Ariana yang bagaikan hilang ditelan bumi.

"Ya, apa ada pesan untuk mereka? Kalau kamu tidak keberatan, kamu bisa menyampaikan kepada mereka" sebagai seorang yang telah pengalaman dengan kehidupan, ayah sangat ahli dalam mengendalikan emosinya.

"Sebenarnya bukan hal penting juga. Hanya ingin bersilaturahmi saja"  Hendry menyadari jika situasi sudah mulai tak kondusif lagi. Jadi ia memilih untuk undur diri saja.

Baik ibu maupun ayah, tak ada uang berbicara sedikitpun tentang hal tadi. mereka menikmati makan malam yang terasa hambar akibat satu fakta yang terkuak.

Pikiran ibu Ratih berkelana. ia merasa laki-laki tadi maksud adalah Fakhry anaknya dan Ariana pembantu nya itu. Ia berusaha menjaga emosi agar tak berdampak pada kesehatan nya. Ia tak ingin kembali dirawat akibat tekanan darahnya naik lagi

"Ayah sudah tau kalau Ari itu istri fakhry?" Tanya ibu

" Tidak" jawab ayah datar. Sebenarnya perasaannya pun turut bercampur aduk antara senang, lega, marah dan kesal. Namun ia harus tetap terkendali, karena tak ingin istrinya ikut lepas kontrol jika ia meluapkan pikirannya

😡😡😡

Fakhry masih ingin berlama-lama menatap istrinya. Ia yakin istrinya pasti menerima apa yang dilakukannya pada masa lalu. Namun ia tak yakin bisa memenuhi keinginan rumah idaman Ari.

" Seperti apa rumah yang Ari mau?" Tanya fakhry. Ia ikut duduk bersila di tengah ranjang berhadapan dengan Ari.

Kondisi Ari telah jauh lebih baik dari sore tadi. Saat ini ia menggunakan piyama kaus lengan panjang " Abang serius mau belikan Ari rumah?" Tanya Ari

"Itu kewajiban Abang yang harus Abang penuhi"

" Benarkah? Abang enggak akan marah dengan pilihan Ari?" Tanya Ari berbinar. Saat-saat seperti inilah yang ia sukai bersama Fakhry. Ia bisa bermanja-manja tanpa membuat suaminya marah. " Ari pengen rumah yang sederhana dan seminimalis mungkin. Juga halaman yang enggak besar dan letaknya di tengah perkampungan penduduk. Seperti rumah Abang yang di Padang. Pasti menyenangkan tinggal disana" Ari telah menerawang kembali ke kota tinggalnya dahulu

" Katanya mau rumah seperti rumah mas Zhaky. terlalu berbeda antara rumah mas Zhaky dengan rumah Abang yang di Padang "  Fakhry kembali membayangkan rumah sederhana yang dibelinya tiga tahun lalu. Sebuah rumah di jalan gajah Mada.

" Iya, Ari suka rumah bang Zhaky. Tapi cuma untuk dilihat-lihat aja kalau untuk tinggal disana, enggak deh"

" Kamu ajaib sayang. Ada gitu orang yang sukanya lihatin rumah mewah aja dan tinggal dirumah biasa aja"

" Ari tak mau pusing bang, semakin besar rumah semakin banyak yang harus dipikirkan, semakin menambah beban pikiran, dan semakin sibuk bekerja. Karen arak mungkin minta rumah gedongan tapi sofa nya cuma harga jutaan rupiah dan akan diganti kalau udah hancur banget dan tak bisa ganti kulit lagi"

" Apa ini cuma hiburan untuk Abang karena Abang tak sanggup beli rumah harga miliaran untuk Ari?" Tanya Fakhry menyelidik. Ia tahu istrinya itu orang sederhana yang lebih suka berpikir simpel dan logis namun ia juga tak ingin dikasihani oleh istrinya. Ia akan bekerja keras untuk kehidupan mereka

" Katanya Ari anugrah untuk Abang. Jadi saat ini syukuri aja apa yang kita punya. Malah sebenarnya Ari lebih suka apartemen ini. Kecil, nyaman, hangat dan privat banget, cuma sayangnya enggak ada halaman dan tetangganya pun jarang bertemu"

Fakhry langsung menengadahkan tangannya mengucap syukur " Alhamdulillah ya Allah,  Engkau berikan hamba istri yang adorable dan Sholehah banget"  setelah itu ia langsung memeluk Ari yang tertawa kecil menikmati kenyamanan ini "nanti akan Abang tunjukkan kemana uang Abang selama ini, Abang aja. Jujur pada Ari apa yang Abang lakukan terhadap itu semua"

"Kapan?"

"Nanti, setelah kita menyelesaikan masalah kita disini"

🤑🤑🤑

Ibu telah berdiri di teras depan menanti kehadiran Ariana. Sejak tadi malam sudah tak sabar untuk kehadiran wanita berhijab panjang itu.

Dan akhirnya Ari datang juga. Bahkan ini lebih dari sangkaannya, ia datang bersama Fakhry. Anaknya yang juga suami wanita berkulit putih itu.

"Assalamualaikum Bu, udah Saparan" tanya Fakhry hangat. Setelah menyalami ibunya dan membawa wanita tua itu keperluannya

" Udah, jangan peluk-peluk" ketus ibu, kesal dengan tingkah anaknya itu

"Assalamualaikum Bu, ibu sehat" tanya Ari

Melihat Ari telah berdiri di hadapannya. Entah kenapa kemarahan yang ditahannya dari kemarin akhirnya meledak. Ia menampar pipi kiri Ari hingga membuat wanita muda itu terhempas.

Kejadian itu terjadi begitu cepat. Baik Ari, Fakhry dan bahkan ibu Ratih sendiri merasa syok dengan apa yang dilakukannya

😱😱😱

D_1 Ramadhan
Semangat puasa

Nih udah mulai panas ya,
Aku cuma bilang makasih untuk semua dukungan view, vote dan komentar. Kalian terbaik.
Juga maaf, karena aku masih manusia biasa yang sering salah dan mengulangi kesalahan yang itu-itu lagi

Puasa bukan berarti harus menahan aktivitas juga kan, selamat menjalankan aktivitas. Aku juga mau kerja dulu

6 Mei 2019

Harapan CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang