04 Tujuan Pulang

31.9K 3.4K 434
                                    

Perasaan itu datang kembali, debaran aneh yang menusuk ulu hati. Ya Allah, bolehkah aku meminta untuk menghilangkan gundah yang terasa lara ini?

***

Mina mengunyah terlebih dahulu sisa makanan di dalam mulutnya, sebelum melontarkan jawaban, "Kenapa sih? Dari tadi kok aneh banget, sampai selesai masak dan sarapan begini masih juga nggak jelas."

"Nggak jadi deh." Maira menggeleng-gelengkan kepalanya masih sambil menyengir untuk menetralkan salah tingkahnya.

Sahabat Jabir bin Abdillah Radhiyallahu 'anhuma menceritakan, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah meminta istrinya untuk diambilkan lauk. Namun kata mereka, 'Kami tidak punya lauk apapun selain cuka.'

Beliau tetap minta diambilkan cuka, dan makan dengan lauk cuka dan mengatakan,

نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ ، نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ

"Sebaik-baik lauk adalah cuka... sebaik-baik lauk adalah cuka..." (HR. Muslim 2052)

An-Nawawi menjelaskan hadis di atas,

وَفِيهِ اِسْتِحْبَاب الْحَدِيث عَلَى الْأَكْل تَأْنِيسًا لِلْآكِلِينَ

"Dalam hadis ini terdapat anjuran untuk berbicara ketika makan, untuk membuat suasana akrab bagi orang-orang yang ikut makan." (Syarh Shahih Muslim, 7/14)

Imam Nawawi dalam kitabnya al-Adzkar,

بابُ استحباب الكَلامِ على الطَّعام. فيه حديث جابر الذي قدَّمناه في " باب مدح الطعام ".قال الإِمام أبو حامد الغزالي في " الإِحياء " من آداب الطعام أن يتحدَّثوا في حال أكله بالمعروف، ويتحدّثوا بحكايات الصالحين في الأطعمة وغيرها

"Dianjurkan berbicara ketika makan. Berkenaan dengan ini terdapat sebuah hadits yang dibawakan oleh Jabir radhiyallahu 'anhu sebagaimana yang telah kami kemukakan dalam sub "Bab memuji makanan". Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitab al-Ihya mengatakan bahwa termasuk etika makan ialah membicarakan hal-hal yang baik sambil makan, membicarakan kisah orang-orang yang shalih dalam makanan." (al-Adzkar, hlm. 234)

"Kenapa sih? Kalau ada yang mau dibicarakan bilang aja, jangan buat mama penasaran," ungkap Mina.

Maira menggaruk pipinya yang tiba-tiba terasa gatal. Ia memutuskan untuk kembali menyendok beberapa suapan ke dalam mulutnya seraya berpikir—membiarkan ungkapan Mina sebelumnya menggantung.

Setelah pulang dari kajian pembahasan "Pentingnya Dakwah Tauhid Kepada Keluarga" kemarin, hati Maira tidak bisa tenang. Ia merasa rindu, ingin bertemu dan mendekap papanya. Tetapi, bagaimana Maira menyampaikan hal itu kepada Mina?

"Ma." Maira kembali memanggil setelah memberanikan diri.

"Apa Maira?" respon Mina gemas.

"Papa," ucap Maira lirih—hampir tidak terdengar.

"Hem?" Mina menghentikan gerakannya mengunyah suapan terakhirnya. Kemudian setelah berhasil mengontrol diri, ia berusaha untuk biasa saja. "Kenapa?" lanjutnya bertanya sembari meraih gelas air putih di dekatnya.

"Maira itu hem.."

"Apa?"

"Em, Maira boleh nggak itu, em ketemu papa." Suara Maira semakin pelan di akhir perkataannya.

Man Anta? ✔ [SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang