SYUKRON ABI

5.3K 251 10
                                    


Tanpa bertanya lagi, gadis itu mengikuti Hasna yang berjalan menuju arah belakang ruang kelas tempat santriwati Baiturahim berada. Berjalan lurus hingga sampai di ujung bangunan.

“Belok ke kanan apa kiri, ya?” tanya Hasna pada gadis yang sama bingungnya.

“Kiri aja, lah!” jawab Rum dengan mengarahkan tangannya ke area kebun buah-buahan.

Hasna tak menolak saran temannya. Kedua gadis itu melewati barisan pohon pisang, nangka juga rambutan. Setelah seratus meter berjalan, mereka berhenti di depan pohon jeruk yang cukup besar. Di depannya ada beberapa batu-batu ukuran sedang yang bisa dijadikan alas duduk.

“Aman!”

Setelah membersihkan atas batu itu dengan tisu, keduanya duduk dan mulai membuka nasi kotak.

“Neng, mau sampai kapan kamu gini? Kucing-kucingan sama Ajengan. Niat Kyai baik banget. Gak maksa juga ‘kan. Cuma disuruh taaruf. Gak pake dijodohkan. Bantu kamu move on jugalah.”

Hasna menghentikan aktivitas menyuap makanan mendengar ceramah temannya, menoleh sekilas. Tersenyum tipis dan berkata, “Risihlah Rum melihat kekecewaan Abi dan pria-pria yang kutolak. Meski aku masih inget dia, bukan berarti belum move on, udah ikhlas, kok, emang gak jodoh. Cuma belum ada yang sreg aja.”

“Lah, taaruf itu kan jalan buat bertemu calon yang sreg. Kita kan gak pake pacar-pacaran,” tukas Rum sambil meletakkan sendok plastik di dalam kotak nasi, membuka air mineral, lalu perlahan meminumnya dengan sedotan.

“Iya, sih, tapi tetep aja aku gak suka.” 

Lepas minum air mineral, Rumaisa melanjutkan kembali suapan nasi yang sempat tertunda.

“Emang kamu mau yang kayak gimana?” tanyanya kembali setelah makanan ditelan.

“Kayak Abi,” jawab Hasna sekenanya tanpa menoleh pada teman yang sedang ternganga.

“Ish!”

Rum menempelkan telapak tangan kirinya pada kening Hasna yang tengah tersenyum jail. Gemas gadis berhijab hijau itu mencolek pinggang teman kecilnya.

“Apa aku mesti ngeruqyah kamu. Sini!”

Rum menarik tangan Hasna. Namun sebelum mulai Hasna menepisnya.

“Eh, emang aku kesurupan!”

Giliran Rum tertawa cukup keras.
Di tengah asyiknya bercanda tawa, terdengar suara seseorang yang sangat dikenal dari arah belakang. “Assalamulaikum, afwan, Ukhty Hasna dan Ukhty Rum dipanggil Ajengan.” Kedua gadis itu menoleh pada sumber suara. Lelaki muda bersorban putih itu tersenyum tipis dan mengangguk sopan.

Pria itu mencarinya dengan modal informasi dari ustazah Syarifah. Guru wanita itu memberitahu arah jalan kepergian Rum dan Hasna yang dilihat salah satu santriwatinya.

Untung saja, para lelaki diiizinkan memasuki area putri hari ini karena sedang digelarnya acara besar. Untuk mempercepat pencarian, dia sendiri yang menelusuri arah jalan kepergian.

“Waalaikumsalam, baik, Ustaz. Afwan merepotkan!“ jawab Hasna pada lelaki yang menyapa mereka.

Rum menyikut lengan temannya cukup kencang hingga Hasna meringis kesakitan.

“Afwan, Ukhty, ada apa?“ tanya pria muda itu dengan raut panik.

“Oh, eh, gakpapa!” kilah Hasna dengan ekspresi dibuat sepolos mungkin.

Kedua gadis itu terpaksa mengikuti langkah mudir ikhwan tsanawiyah pesantren Baiturahim menuju aula di samping masjid pesantren Darut Taqwa. Setelah keluar kebun, mereka harus melewati kelas-kelas belajar santri putri, lapangan futsal, ruang para ustazah, lalu kantor mudir.

CALON MANTU KYAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang