❤Happy Reading❤
╦╦═╦╦═╦╦═╦╦═╦╦Matahari mulai menampakkan sinarnya melalui celah-celah kecil jendela di sebuah kamar minimalis. Liana mengerjap-ngerjap perlahan berusaha menetralkan cahaya yang masuk melalui mata indahnya.
"Liana! Bangun, nanti telat!" Ibunya berteriak nyaring menggema di seluruh penjuru rumah membuat Liana yang baru saja terbangundari tidurnya, seketika membulatkan mata lebar dan mendapati jam dinding telah menunjukkan pukul 07.00 pagi.
"Sialan!" umpat Liana dan berlari cepat menuju ke kamar mandi.
Tak butuh waktu lama, Liana telah siap dengan baju sekolahnya. Seperti biasa, dengan kaos kaki panjang, sepatu sneaker putih, rambut dikuncir kuda, serta tas ransel yang hanya bertengger di bahu kanannya. Liana pun bergegas pergi ke sekolah menggunakan motor matic kesayangannya.
"Tin... Tin... Tin...." Jakarta sedang macet hari ini, membuat Liana harus menunggu untuk dapat menyela diantara beberapa mobil. Matahari pagi itupun seakan mendukung ingin ikut serta membully Liana.
"Benar-benar sial!" Liana bernafas gusar, menarik nafas panjang dan mengembuskannya kasar. Dirinya bebar-benar kesal, kali ini dia pasti akan dihukum lagi oleh Pak Edan. Sebobrok dan sebarbar apapun Liana, dirinya sangat benci hukuman yang diberi Pak Edan. Bagaimana tidak? Hukumannya adalah membersihkan toilet.
***
"Argh! Kesel banget deh." Liana menghentak-hentakkan kakinya dan terus saja mengeluh di sepanjang koridor yang membuatnya menjadi pusat perhatian.
Liana lagi-lagi harus menerima hukuman dari Pak Edan. Guru itu memang tak punya toleransi, padahal 'kan jalanan macet. Dan yang paling sial diantara kesialannya di hari ini adalah, penobatannya menjadi 'Ratu Pembersih Toilet' di akun lambe turah sekolahnya.
"Na, jangan bikin malu deh," bisik Reon di telinga Liana dan justru mendapat delikan tajam.
Reon yang merasakan atmosfer yang seketika berubah semakin suram, akhirnya lebih memilih diam dan berkutat dengan pikirannya. Hingga tak lama kemudian, sebuah suara cempreng menggema seakan memecahkan kaca di setiap ruangan kelas.
"Liana! Reon! Ada yang baru nih." Liana dan Reon menutup telinga. Dan berbalik mendapati Nela yang kini berlari ke arah mereka.
"Gari ini, gue bakalan traktir kalian." Nela terlihat begitu senang sendiri. Reon dan Liana mengernyitkan dahi.
"Beneran. Sumpah deh."
Nela berusaha meyakinkan kedua temannya itu. Dengan menunjukkan tangan kanan memberi kode angka dua.
"C'mon c'mon lets go! lets go! "
Liana berdance sampai ke kantin. Membuatnya justru semakin aneh di mata siswa SMA Bagaskara. Sedangkan Reon yang melihat tingkah Liana, menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Bagaimana bisa perubahan mood cewek di depannya ini dapat berubah begitu cepat?
Di kantin sekolah. Terlihat begitu ramai dan penuh dengan kumpulan ratusan manusia, membuat tiga konco itu terdiam mematung.
"Ganti haulan! Ke kantin yang satu aja kuy!" Nela bersuara mengajak Liana dan Reon ke kantin sebelah yang justru terlihat sepi karena kantin itu khusus bagi siswa yang tak suka tempat yang ramai.
Liana justru memekik tertahan. Ia tak menyangka, Nela mau-mau saja makan di tempat super duper bersih itu. Bukan Liana tidak suka tempat bersih, masalahnya disana banyak sekali aturan. Makan tidak boleh bersuara, sepatu harus dilepas, dan makan memakai celemek. Benar-benar aturan yang sangat ketat.
Berkebalikan dengan Liana, Reon justru terlihat sangat bersemangat. Dengan wajah semringah, Reon berjalan ke kantin diikuti oleh Liana yang tampak lesu.
"Bruk"
Tiba-tiba Reon menghentikan langkahnya. Membuat Nela dan Liana menabrak punggung Reon.
"Awh...," ucap Nela dan Liana hampir bersamaan, sambil memegang bahunya yang menabrak Reon.
"Lo kenapa sih? Berhenti tiba-tiba, sakit tau!"
"Bukannya itu...," Reon berbicara dengan nada rendah membuat Nela dan Liana kebingungan.
"Lo kenapa sih?" tanya Liana
"Gak kok. Ayo cepetan masuk, laper banget nih." Usai mengatakan hal itu Reon beranjak masuk ke dalam kantin dan memesan makanan dan minuman. Sedangkan Nela dan Liana memilih duduk di salah satu meja yang kosong.
Tak lama kemudian, datanglah Reon membawa tiga celemek, "Nih, pake."
Reon memberikan dua celemek kepada Nela dan Liana. Sedangkan celemek yang satunya lagi telah dipakainya.
"Apa sih?" Liona menatap kesal Reon yang sedari tadi mengusiknya yang sedang menikmati makanan siangnya.
"Liat noh," jawab Reon menunjuk salah seorang diantara enam orang yang tengah duduk bersantai di meja kantin.
Liana mencari-cari seseorang yang ditunjuk oleh Reon. Seketika matanya membulat menemukan seseorang yang sangat familiar di matanya.
"Bukannya itu..."
***
Bukannya itu...
Siapa hayo?Jangan lupa vote and coment ya guys :)
KAMU SEDANG MEMBACA
LIANA (Who Are You?)
Novela Juvenil[ROMANTIS-COMEDY-TEKATEKI] IQ di atas rata-rata tapi bertingkah gila. Kalimat itu benar-benar cocok menjabarkan seorang Liana. Meraih segala bentuk kejuaraan di bidang matematika adalah salah satu buktinya. Akan tetapi, melantik anak dari kepala se...