Ibu,
Kala malam hendak bersemayam
Semilir angin sibuk untuk melipir
Sekedar mampir menebar mantra
Agar si mimpi tetap terjagaKau patik tungku berjelaga asa
Bagi tungku, sejuk adalah api panas nan membara
Mengubah bulir-bulir peluh
Menetes lalu jatuh
Tuk menjadi bahagiamu yang utuhKala pagi merah kian meninggi
Hangat cahaya mentari menyoroti
Wajah mulai terlihat
Nampak lesu dan lelah
Namun menghantarkan lelap hebat
Menuju ruang yang lebih indahKau menatap air kian mendidih
Dengan hatimu yang ringkih
Pada setiap percik air, aroma bumbu yang berasal dari kalbu, sampai cahaya merah tungku yang diam diam makin memadam ;Doamu terselip,
tanpa kedip,Untuk aku,
Cahayamu yang masih malu untuk sekedar mengucap. "terima kasih. Ibu"Dari aku, Ibu
Maaf, aku masih malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Lara Dan Bahagia
ŞiirSebuah kumpulan sajak-sajak tentang cinta dan luka, bahagia dan lara, dan masih banyak lagi yang lainya. Kata-kata ini diambil dari curahan hati para penikmat kopi, dari mereka para hati yang pernah patah, dan dari mereka yang sedang ber-asmara dala...