.
.
.
"Maaf, one-chan. Huaaaaaaaaaaaaa!" Sungguh sudah setengah jam berlalu setelah Sakura di bawa paksa oleh anak itu menuju pondok, Sasuke mengikutinya dari belakang.Panti Asuhan Sosial, disinilah mereka. Termenung entah apa yang direnungkan tidak ada yang tau.
"Hiks, gomenasai!"
"Sssst.. sudah, ne-chan sudah tidak apa-apa, jangan menangis lagi, ok." Sakura merengkuh tubuh kecil itu, memenangkannya. Melihat kembali wajah lembap karena air lalu menghapus dengan jempol tangan.
"Kalau Kuro-kun terus menangis, luka Sakura-chan tidak akan sembuh-sembuh." Tiga orang di sana teralihkan perhatian pada wanita dengan membawa baskom berisi air panas dan juga handuk di dalamnya. Ia tersenyum, berjongkok menyamai tingginya dengan bocah bernama Kuro ini.
"Shizune senpai." Ia taruh baskom yang ia pegang, sekali lagi Kuro mendapatkan husapan pada kepalanya," Ja-jadi kalau Kuro tidak menangis lagi, luka ne-chan akan sembuh?" Pertanyaan bocah itu di jawab dengan anggukan halus.
"Jadi jangan menangis lagi, ok."
"Hm!" Kuro mengguk mantap.
"Pintar. Ah, senpai lupa membawa perban, apa Kuro-kun mau mengambilnya?" Shizune memiringkan kepala sambil memegang pipi kirinya.
"Kuro akan ambilkan, tapi dimana?"
"Ada di rak dekat api unggun, tolong ambilkan ya Kuro-kun." dengan cepat Kuro pergi dari sana tak lupa menutup pintu kamar.
"Jadi Sakura-chan. Apa yang terjadi lagi."
"Bukan hal yang penting. " Mendengar itu Shizune hanya menghela nafas pasrah. Apapun yang akan ia tanyakan pasti tidak akan mendapatkan jawaban dari pertanyaannya itu.
'tunggu dulu, lagi? Maksudnya dia pernah mengalami kejadian ini sebelumnya.' Iner Sasuke berucap, tak bisa di sangka seorang gadis mengalami kejadian seperti ini lebih dari sekali dan gadis itu pun tidak mengalami trauma malah wajahnya tetap datar seolah itu bukan apa-apa.
Dilihat dari wajah dan pakayan wanita bernama Shizune ini sepertinya seorang biarawati. Baju putih dan hitam yang ia pakai sudah sangat bisa di tebak.
Biarawati itu terlihat terbiasa mengobati, dari cara ia membasuh luka beberapa kali."Kuro udah dapatkan perbannya dan juga membawa obat anti kuman yang biasanya senpai pakai saat orang terluka. "
"Arigatou ne Kuro-kun. " mengambil obat anti septik dari tangan Kuro dan mengoleskannya pada lengan Sakura yang sudah ia basuh bersih, "Walaupun banyak serpihan kerikil dan debu untung saja tidak begitu dalam jadi mudah untuk membesarkan lengan Sakura-chan." Seraya membalut lengan Saku dengan perban.
"Selesai, berhati-hati lagi Sakura-chan. " tuturnya menghusap rambut Sakura layaknya seorang ibu.
Senyum tipis yang bisa gadis ini ukir.
"Sensei masih banyak pekerjaan, sebaiknya Sakura-chan pulang dan beristirahat." Shizune menoleh, " Saya titip Sakura-chan kepada anda, tuan."
"Eh?" sadar dari ketermenungan, Sasuke hanya berdeham entah jawabannya iya, tidak atau tidak mengerti. [Banyak ngelamun lu landak.]
"Tadi ada orang besar rambutnya orange, bilang katanya cari paman." Kuro angkat bicara seraya menunjuk luar panti.
Ah, ngomong-ngomong Sasuke merasa dirinya tua saat panggilan paman di tunjukan oleh dirinya.
"Panggil aku Sasuke-san saja." Sasuke berdiri. Kuro berfikir sebentar lalu ia menepuk tangannya, sepertinya ia mendapatkan sesuatu.
"Bagaimana Kuro panggil nii-chan saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blossom And Dark
Fanfiction"aku hanya alat penyayat, aku sebuah bencana, tak lebih."- Sakura. "Sebongkah batu hitam tak berbentuk, tidak ada yang menginginkan itu. tapi kalau orang itu percaya dan berusaha, batu itupun akan menjadi permata indah." - Sasuke. Sifat mereka sama...