.
.
.
Toko yang menyediakan coffee andalan dan cemilan lainnya terbuka resmi sepuluh tahun silam bersamaan dengan Hospital Tokyo yang di kelola seorang dokter muda bermarga Hyuga.
Sehari ini ia ingin mengambil cuti terlebih dahulu. Terlalu lelah jika di lanjutkan terus.Tring.
Tuut..
Baru saja ia menyantap roti isi, fokusnya teralihkan pada motif dan panggilan tak terjawab berulang kali.
"Kabuto?"
Tadinya tak ada niat untuk mengangkat ataupun melirik ponselnya, dering ponselnya semakin menjadi jadi saat orang yang sama menelfon dan mengirimkan pesan.
'Penting. nii-chan harus tau keadaan ini.' pesan yang sama dan dikirim berulangkali padanya. Hendak mematikan ponsel, sebuah pesan dari wanita tersayangnya membuat ia mengurungkan niat. Ia malah lebih tertarik pada satu pesan yang membuat seringainya mengembang.
Jarinya mengetik sebuah pesan, menjawab pesan sang wanita.
"Huh, aku tidak pernah diberikan ketenangan." Gumamnya, ia mendasah tetapi kilatan matanya sangat memancar sebuah kebahagiaan yang akan ia dapatkan sebentar lagi.
###
Brak!
Duk
Duk
"Saku-chan! Oi!" Merasa kesal tidak ada yang merespon panggilannya, ia mengambil batu lalu melayangkan pada jendela balkon atap.
Prank!
"Saku, aku tau kau ada di dalam, cepat keluar aku membawakan seikat bunga!"
Tak lama secercah kertas tertempel pada kaca jendela atas yang bertuliskan.
"Aku tidak memesan bunga, aku sibuk."
Ino berdecak pinggang. Cek! Tidak taukah bahwa dirinya dilanda rindu. Dasar wanita tembok.
Tak kehabisan akal ia melihat sekeliling halaman rumah Uzumaki.
Ah itu dia!
Ino berlari kecil untuk menggapai apa yang ia temukan.
Sakura yang fokus pada laptopnya, membaca beberapa pesan yang tiga hari yang lalu.
"Aku akan mengirimu semua senjata. Bunuh siapa saja yang menggangu-
Belum sempat ia menyelesaikan bacaannya ia dikejutkan oleh ketukan jendela lagi. Sakura menoleh, wetset!
"Ino, kau naik." Si pirang melambaikan tangannya di sebrang jendela.
"Cepat buka jendelanya atau aku akan memecahkan semua kaca ini."
Mau tidak mau Sakura membuka jendela. Sahabatnya kali ini memang tak habis pikir, ia menggunakan tangga untuk bisa naik menemui dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blossom And Dark
Fanfiction"aku hanya alat penyayat, aku sebuah bencana, tak lebih."- Sakura. "Sebongkah batu hitam tak berbentuk, tidak ada yang menginginkan itu. tapi kalau orang itu percaya dan berusaha, batu itupun akan menjadi permata indah." - Sasuke. Sifat mereka sama...