part IV

2.3K 175 5
                                    

"Nope."

Seketika perempatan siku muncul pada pelipis pria yang baru saja membantu gadis dari kepungan preman yang besarnya tiga kali lipat dari dirinya. Andai saja dirinya tidak sedang berlari menghindari masalah, akan dia pastikan ia pasti akan menendang gadis ini pada danau yang sedang mereka sebrangi.

Oh ayolah Sasuke, perlu kau tau pertolongan yang kau berikan kepada Sakura sangat-sangat tidak berguna sekali. Sasuke berlari dengan menggandeng-lebih tepatnya menyeret gadis yang sedang menahan kekesalan.

'Untuk apa dia menyeret ku?' batin Sakura.

Sasampai di perempatan jalan pun tidak segan-segan Sasuke semakin menarik Sakura hanya untuk belok, mungkin karena lari mereka tidak beraturan jadi terlihat sedikit rusuh.

Hosh

Hosh

Hosh

Merasa gerombolan pria bertubuh besar tidak lagi terlihat Sasuke berhenti, menarik nafas sebanyak-banyaknya untuk pasokan udara pada paru-paru yang semakin menipis. Sakura yang manjadi sebuah pelarian yang sangat tidak faedah, mencoba menenangkan deru nafas sembari berjalan melihat tempat yang entah dimana sekarang, di selimuti kegelapan hanya ada cahaya dari lampu pemukiman dan lampu taman yang redup, ia hanya bisa mendesah panjang.

Begitu bodohnyakah pria ini?

Mau bagaimana lagi ia harus istirahat, gelapnya malam semakin menyelimuti mereka berdua. Sial, Sakura mengumpat pelan mengingat motor beserta barang kesayangannya tertinggal di sana, Yasudahlah. Kursi taman itu saja yang dapat di tangkap oleh emerald-Sakura. Ia dudukkan dirinya para kursi taman.

"Hei." panggil Sakura yang masih mencoba mencari posisi nyaman," Akan aku pastikan kamu mati membeku jika kamu berdiri seperti patung seperti itu."

Pas, Sakura mendapatkan posisinya dan langsung menutup mata.

What? Kenapa dia bisa tidur dengan tenang dengan situasi seperti ini. Oh ayolah, yang terancam nyawanya ini dia kan kenapa dia tampak begitu sangat tenang?

Sasuke mendesah pasrah dan membenarkan ucapan Sakura. Ia mengambil posisi di sebelah gadis pink itu, mencari posisi nyaman. Mata kelamnya melirik kembali gadis di sampingnya. Gadis pink dengan pakaian tanpa lengan senada dengan warna rambut, kulit putih yang terlihat sangat dingin. Sasuke membuka jas yang ia pakai lalu menyelimuti tubuh gadis yang kadang-kadang merinding karena hawa dingin menyentuh kulitnya.

###

"Sui, sudah sebulan ini kau tidak terlihat. Kemana saja?" Karin menyilangkan kaki jenjangnya, mengambil segelas air dan meminumnya.

"Maaf sayang. Aku termakan pekerjaan hari ini sampai Minggu depan mungkin juga seperti ini." Pria biru bertaring ini bersuara melas.

"Kapan akan selesai?"

"Kurang tau. Tapi aku akan menyelesaikan ini dengan cepat, tunggu aku, ok."

Menghela nafas," baiklah, jaga kondisi mu, ya."

"Ok sayang, Bye bye." Sedikit ada kecup terlahir dari kekasih prianya. Karin terkekeh, saat ia sudah mengetahui keadaan sang kekasih terasa beban di kepalanya sedikit ringan.

Tetapi bagaimana dengan masalah perjodohan dirinya dengan pria yang sama sekali tidak diinginkan, Karin mengakui bahwa memang pria yang akan bertunangan dengannya itu tampan "Lebih tampan dari Sui, " gumam Karin, tapi setampan apapun pria itu jika kau tidak mencintainya hubungan kalian tidak akan bertahan baik.

Ah, untung saja ia sudah menyusun rencana untuk dirinya sendiri dan Sakura...

Sakura?

"Sakura? Oh ya, dimana anak itu?" Seketika Karin beranjak dari posisinya, semenjak ia bertemu dengan pria tunangan tidak resminya kenapa sakura juga ikut menghilang?

Dimana dia?

###

Disisi lain, gadis pink akhirnya menggeliat dalam tidur tidak teraturnya. Ia merasa tidurnya nyaman padahal ia tau bahwa ia senang tidur di kursi dengan keadaan duduk, tapi mengapa nyaman?

Endus, endus, Sakura mencium bau mint ciri khas seorang pria, bau ini sungguh ketara. Dengan barat hati Sakura membuka matanya ia lihat apa yang sedang terjadi dan ternyata ada sebuah jas hitam menutupi lengan dan tubuhnya pantas saja ia tidak begitu menggigil. Tangan lentiknya bergerak menyentuh apa yang sedang mengganjal pada kepalanya. Lembut, sedikit kasar dan eh-ada yang menonjol tidak segan-segan Sakura menarik keras tonjolan itu.

"Ngrrh!" Berat pada kepala Sakura mulai hilang bersamaan dengan erangan dari sang empu. Sasuke sontak memegang hidungnya yang baru saja di tarik keras. Kepalanya terasa berkunang-kunang karena bangun dengan keterkejutan, terasa darah mengalir seketika pada otaknya.

"Ouch!" Masih setia dengan hidung, Sasuke menatap tajam wanita yang santai merasa tidak bersalah sama sekali.

"Lebay," heh? Apa dia bilang, lebay? Dia memangil Uchiha Sasuke lebay? What the... [Jangan mengumpat Sas.]

Lupakan itu, anggap hanya angin lalu Sasuke," Sebaiknya kau pulang." Sasuke merogoh kantongnya dan mengambil smartphone miliknya.

Sakura menoleh, menatap pria yang sedang mengambil ponsel berusaha menelpon seseorang.

"Aku ada di daerah perbatasan Tokyo,"

"Saya akan kesana." Ucap pria di telfon tersebut. Sasuke memutuskan sambungan, " Sebaiknya kamu diam di-"
Tidak ada, orang yang dia ajak bicara itu sudah menghilang, padahal tadi ada di sampingnya.

Kepala Sasuke clingak-clinguk mencari keberadaan Sakura. Ketemu, gadis itu berdiri menatap jalan di depannya, tangan lentik itu menggenggam pagar kecil, kepalanya sedikit di dongakkan ke atas.

"Hei."

Sekali sapaan itu lagi-lagi dengan cepat mengubah mimik muka gadis tersebut.

Wajahnya kelewat datar, demi apa pun wajah itu mengalahkan wajah kakek. batin Sasuke saat terlintas wajah kakeknya yang sepanjang hari seperti tembok China.

Sasuke yang hanya mengikuti gadis ini melangkah dan berhenti pada kedai pinggir jalan. Tak henti ia mengamati gadis ini, si pink yang sedang berbicara kepada penjual dan terlihat Sakura merogoh saku roknya. Seutas senyum gadis itu berikan kepada penjual tersebut. Entah apa yang di belinya Sasuke tidak memperdulikan yang ia amati tadi sebuah lengkungan kecil pada bibir gadis itu walau kecil tapi dapat ia lihat jelas.

Sakura menoleh.

Hup!

Ia melempar sebuah Bento dan di tangkap oleh si bungsu Uchiha.

"Jika kau tak mau, kau bisa membuang itu." Perhatian yang sungguh kasar di dengar.

Walaupun Sasuke tidak pernah memakan makanan dari pinggir jalan tetapi ia masih di ajari apa itu sopan santun. Tak mungkin ia membuang bento tersebut, dan tidak bisa di pungkiri ia juga lapar.

Tiiin

"Pinky!" Dan ternyata Naruto. "Cepat naik aku ada urusan habis ini."

"Tidak, aku akan bersama dia." Sakura menunjuk pria yang menghadap berlawanan dengan dirinya, " Kau duluan saja, aku diam disini sebentar."

"Terserah kau sajalah, jaga diri mu." Sakura hanya menjawab dengan senyum miring.

"Tidak pergi?"

"Aku malas pulang."

Tbc.

Blossom And DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang