👊Prolog.

5.2K 285 13
                                    

Ketukan kaki yang ramai dan juga orang-orang yang sibuk. Ditengah kerumunan terlihat seorang pria tampan dengan wajah lesu yang tidak sedikitpun mengurangi ketampanan wajah pria itu.

Kakinya melangkah maju, kepalanya sangat pusing hari ini. Bagaimana tidak, ibu dan ayahnya  menjodohkan dirinya kepada wanita yang ia tak kenal dan parahnya lagi mereka menjodohkan tanpa sepegetahuan dirinya. Setelah kejadian itu ia langsung keluar Mansion tanpa sepengetahuan orang lain, ia tidak ingin di ikuti oleh para pengawal yah bisa dibilang Bodyguard.

Sraak!!

Pria raven ini menghentikan langkahnya, ia tertengun, membalikkan tubuh pada gang kecil yang gelap, ia mendengar ada suara yang keluar dari tempat itu.

"Kita main ya cantik. "

"Pergi kau. "

Sasuke tertengun mendegar suara seorang pria menggema di lorong tersebut.

"Sialan! Beraninya kau menyentuh ku! "

Suara wanita, ya itu suara wanita. Wanita itu berteriak marah dan Sasuke tau bahwa wanita tersebut perlu bantuan, tetapi siapa?

Haruskah...

Bngh!!

Suara pukulan. Kali ini terdengar suara pukulan metanpa berfikir panjang lagi pria ini langsung berlari mendekati sumber suara, ia tak ingin dirinya terlambat saat ia mendengar suara pukulan dan teriakan yang keras semakin membuat pria ini gusar.

"Semoga wanita itu belum mati. " gumamnya, pikirannya mulai terbayang bagaimana wanita itu dipukul habis-habisan oleh pria bengsek disana.

Setelah sampai ia membelalakkan matanya. Ia sudah sangat terlambat, badannya kaku melihat seorang gadis bersurai pink dengan biji mata berwarna hijau zambrud menatapnya tajam, baju gadis itu sudah banyak sekali bercak darah wajah cantiknya ternodai oleh darah segar.

Tak mungkin gadis ini membunuh tiga pria sekaligus, tiga mayat itu berserakan dihadapan gadis tersebut. Bulu kuduk pria yang ingin menyelamatkan gadis ini tiba-tiba berdiri saat gadis itu menatapnya datar. Walaupun tatapan itu datar tanpa emosi sekali, tatapi tetap saja sangat menyeramkan di mata pria ini.

"Kau temannya? " tanya gadis itu menunjuk dengan pisau pria yang ada dihadapannya dan beberapa mayat yang terkapar di bawahnya. Pria itu mengeleng kuat membuat gadis itu tersenyum simpul. "Baguslah. Pegang nyawamu baik-baik. " gadis itu berbalik memunggungi pria itu, menjatuhkan pisau yang ia pegang tadi membuat dentunam menggema pada lorong.

Gadis itu berjalan menjauh, sebelum berjalan ia berjalan mengambil bangkai kepala dan membuangnya pada tempat sampah lebih tepatnya melempar kepala sehingga terbentur tambok dan memantul masuk pada tempat sampah.

###

BRAK!

"APA! AKU TIDAK SETUJU DENGAN INI!"

"Ayah dan ibu sudah menduga ini akan terjadi. "

"Ibu dan ayah sudah taukan aku sudah menyukai pria lain, tapi kenapa ibu dan ayah tetap saja menjodohkan ku dengan pria yang sama sekali tak aku kenal. " gadis merah berkacamata ini berdiri.

"Tapi kami mengenalnya. " Minato adalah kepala rumah tangga klan Uzumaki yang sekarang sedang mencoba menjelaskan sesuatu pada anak keduanya.

"Itukan ayah bukan aku! Jugaan walaupun begitu aku—"

"Tidak ada penolakan, ibu dan ayah sudah menyetujuinya. " wanita paruh baya  ini menyela kalimat sang Putri merahnya.

"Benar yang dikatakan Kushina. Kau tak boleh menolak ini. "

"Aku tetap tak setuju! "

"Tak apa, kami tak perlu persetujuan mu. Kami hanya perlu kau melaksanakannya."

"Ngrh! " gadis itu muak, muak dengan semua perkataan orang tuanya. Kakinya melangkah pergi dari tempat menuju sebuah ruangan yang di depannya tertulis "Don't disturb. " tatapi tetap saja ia melangkah masuk dan menutup kambali pintu dangan sentakan yang lumayan keras.

Ia berjalan lalu melempar tubuhnya pada kasur hitam.

"Apa kau tidak bisa membaca Karin?" Pemilik kamar berbicara dengan bertanya masih sibuk menatap layar laptop yang menyala terang.

"Diam, aku sedang tidak mood." Karin seketika melempar sebuah bantal pada gadis yang berstatus adiknya. Tak perlu menoleh, dengan sigap tangan itu terlentang menangkap bantal yang di lempar.

"Jika kau muak dengan ibu dan ayah, marahlah dengan mereka jangan kau lampiaskan kepada ku." Terdengar datar dan tidak peduli.

"Aku pusing Saki, kau jahat!" Karin kembali mengganggu sang adik dengan memeluknya dari belakang.

"Hm, terserah kau, tapi jangan menggangguku, Karin!" Tubuhnya bergerak ke kanan dan ke kiri sesuai dengan gerakan yang di buat oleh Karin.

"Bantu aku."

"Tidak."

"Jahat."

"Hm."

"Saki! "

"Ya."

Karin akhirnya melepaskan pelukan dari tubuh adiknya.

"Tidurlah, mungkin pusingmu akan hilang." Usul sang adik.

"Itu tidak membantu."

"Aku hanya memberi usul." Karin yang masih pada posisinya, tiba-tiba ia berdiri seraya suaranya yang melengking.

"Shut up!"

"Bagaimana jika kau yang menggantikan ku!" Wajahnya seketika bersinar.

"Hm?" Gadis yang masih asik menggosok kupingnya yang berdengung itu menaikan alisnya tak mengerti.

"Jadi kaulah yang akan di jodohkan oleh pria itu!"

"Apa! Tidak!" Spontan gadis berdurasi pink ini menolehkan kepalanya menatap Karin tak percaya.

"Bodoh, Aku tidak mau!"

"Ayolah Saki, bantu aku."

Tidak ingin ambil pusing, gadis pink ini berjalan menjauh dari saudara gilanya dan masuk menuju kamar mandi.

"Terimakasih tawarannya tapi aku tidak mau."

BEM!

"Tapi aku akan melakukannya." Gumam Karin dengan seringai andalannya.

TBC..

Blossom And DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang