.
.
.Hanya perban, tidak ada penyangga tangan atau pun alat bantu lainnya. Tak ingin berlebihan, hanya goresan pada lengan tidak lebih. Tidak ada patah tulang, hanya luka ringan. Karin saja yang terlalu berlebihan, inilah mengapa Sakura tidak ingin memberikan informasi apapun tentang dirinya, maupun itu keadaan fisik atau ekonominya karena jika si merah tau jadinya akan seperti ini.
Tidak boleh beraktivitas.
Pengingat waktu pengganti perban dan obat.
Tidak ada acara kemanapun.
Harus ada pengantar ke toilet.
"Ini berlebihan, Karin." si pink memegang jidatnya, melihat daftar yang di buat khusus untuk dirinya, ini sungguh membuat kepalanya pusing.
Karin membolak-balik buku daftar tulis tangan yang ia buat sendiri, tidak ingin melewatkan satu saja larangan dan jadwal untuk si pink.
"Diam, Saki. Aku sibuk." bibir Karin mengerucut seraya membaca detail setiap kata yang tertera pada buku.
"Karin." tangan kanannya bergerak mengisyaratkan untuk tidak berisik.
"Karin." tak menghiraukan instruksi, Sakura terus saja memanggil sepupu wanitanya. Sudah yang ke lima kalinya Karin akhirnya menoleh, wajah itu mengkerut sekian detiknya mata Rubi itu berkaca-kaca.
"Aku sungguh menghawatirkan mu. Kenapa kamu jahat sekali, Saki...hiks." menghela nafas berat, terlalu terbawa perasaan sekali sepupu merahnya, yang terluka adalah Sakura bukan dirinya tapi yang menangis sesenggukan malah si merah.
Wajah itu tertunduk membiarkan air matanya jatuh, tubuhnya masih berdiri tegak dengan tangan yang lemas. Ia sakit hati.
Grep.
Sakura memeluk Karin dari belakang, ia tumpangi dagunya pada sisi bahu si merah. Melirik wajah yang masih asik menangis. Wajah Karin hampir merah seperti rambutnya, senggukan beberapa kali lolos dari bibir. Ia menangisi Sakura yang sakit.
"Hei." Tidak ada jawaban, Karin memalingkan wajahnya marah, "Wajahmu jelek jika menangis." Sakura membalik tubuh Karin menghadap dirinya.
Mencoba membuat kontak mata, tetapi diputus cepat oleh Karin. Merasa itu sia-sia Sakura memeluk tubuh itu lagi, mengelus pucuk kepala si merah yang semakin sesenggukan.
"Gomen." Perkataan Sakura semakin membuat Karin tenggelam dalam tangisnya.
"Aku ingin menangis...hiks.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blossom And Dark
Fanfiction"aku hanya alat penyayat, aku sebuah bencana, tak lebih."- Sakura. "Sebongkah batu hitam tak berbentuk, tidak ada yang menginginkan itu. tapi kalau orang itu percaya dan berusaha, batu itupun akan menjadi permata indah." - Sasuke. Sifat mereka sama...