Sudah dua hari aku dirumah ibu mertua. Senang rasanya bisa berada diantara mereka, sekilas aku membayangkan bagaimana jika yang menjadi suamiku adalah Pawas, apakah aku akan sebahagia ini? Atau sebaliknya?. Ah... Pawas aku sungguh minta maaf padamu tapi aku pun tak sepenuhnya salah, jika dan hanya jika saja kau menghubungiku lebih cepat sedikit saja...
***
"Hayo!.. ngapain ngelamun?!"
"Siapa yang ngelamun? Ngawur!"
"Eleh.. malah ngeles. Orang tadi mas lihat kamu melamun, mana jelek lagi mukanya! lagi mikir apa?"
Aku diam tak menjawab pertanyaannya. Aku tak bisa mengatakan padanya bahwa aku sedang memikirkan Pawas. Dipegangnya tanganku oleh Saiman. Aku terkejut. Ditatapnya wajahku penuh teduh.
"Kin... I know you are thinking about him. But i hope you can accept me. I'm your husband right now"
Aku tertunduk
"Maafkan aku Saiman, aku tak bermaksud melukaimu atau meragukan pernikahan kita, hanya saja... entah kenapa selintas dia ada di pikiranku tapi jangan khawatir apapun yang terjadi aku sudah bahagia seperti ini, bersamamu.
Dipeluknya diriku oleh Saiman. Hangat sungguh sangat hangat dan nyaman, seperti ada sesuatu yang tiba-tiba menenangkan hati begitu saja. Aku tersadar, aku hanyalah seorang manusia yang hanya mempunyai sebuah rencana tapi yang bisa menentukan rencana hidupku hanyalah Dia, Tuhan sang pencipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Kias
RomanceAku menikah dengan yang lain, pria yang di jodohkan denganku, tepat di ulang tahun mantan pacarku. Januari lalu. Kini aku hidup bersama pria 17 tahun lebih tua dariku. Akankah aku bisa melupakan dia dan memulai hidupku yang baru?