"Pawas, kau tau?! Aku besok ujian skripsi loh.."
"Loh bukannya tahun kemaren ya?
"Mana ada! Orang baru ngajuin proposalnya juga kemaren-kemaren"
"Ah! Gw tau, bilang aja lu emang gak lulus kemaren"
"Apaansih, sok tau banget . Gini-gini gw tuh gak blo'on banget. Ipk gw tinggi tau! 3,9. Nayris sempurna"
"Alah, masih gedean Ipk gw"
"Emang berapa? Paling beda nol koma"
"Empat"
"Wanjay, yang benul inul daratista!!!"
"Alay banget sih"
"Asli lu?! "
"Asli"
"Kok bisa?! "
"Ya gak tau, lucky aja kali gw. Jadi, kenapa lo bilang urusan sidang ke gw? "
"Yaelah, katanya ipknya gede. Tapi kepekaannya diragukan. Ya dateng dong lu ke kampus gw, bawa bunga kek, kasih bucket kek, apa kek"
"Emang lu siapanya gw? "
"Oh, jadi mau gini aja? Bibir tipis lu tuh ye! Kek silet kalo ngomong sama gw. Tajem... Amat"
"Haha, kita liat besok aja"
"Udahlah, gak usah. Gak mau gw jadinya. Bt duluan"
"Hahaha"
Hening
"Jadi marah nih? Maaf deh, maaf"
"Bomat Was, bomat"
"Hih.. Si kunti, dikit-dikit marah... Aja kerjaannya"
"Heh ikan paus, ya iyalah gw marah. Peka kek ah! "
"Haha, iya iya. Uh... Cup cup cup"
Diusapnya kepala Laikha dengan lembut seperti mengusap kepala bayi.
"Eh, Kha. Btw lu tadi ke kafe bawa mobil kan, lah sekarang mobil lu dimana? "
"Astagfirullah. Pawas!!! Mobil gw masih ditempat parkir!
"Ya Tuhan, Laikha! Lu canda?!"
"Astaga, serius Pawas! Ya Tuhan. Gw lupa kalo gw bawa mobil"
"Laikha- Laikha"
"Gimana dong was? "
"Santai, gw telpon si Galang aja deh buat bawa mobil lu"
"Tapi kuncinya di gw"
"Yaudah kita janjian aja sama dia. Biar dia yang urusin"
"Gak ah, ngerepotin. Gw naek gojek aja deh ke kafe tadi"
"Ngarang nih orang! Gw udah luangin waktu, malah cabut. Udah sama gw aja urusin"
***
Malam telah tiba, Laikha segera mempersiapkan diri untuk menghadapi sidang terakhirnya untuk mendapat gelar S.I.Kom.
***
Sidang telah tiba. Segalanya telah dia siapkan dan tentu saja hasilnya sangat memuaskan. Dia adalah satu diantara banyaknya mahasiswa yang dikatakan sempurna. Pintar, cantik, baik hati, dan rajin beribadah. Banyak pria yang mendekati baik secara langsung maupun melalui perantara, tapi semuanya mendapati jawaban yang sama "tidak".
Bukannya dia pemilih, tapi memang pada dasarnya hatinya sudah memilih pria lain, namun sayangnya pria itu tak cukup menyadari akan perasaannya pada dia. Pawas.
***
Ketika Laikha melangkahkan kaki keluar ruangan, puluhan orang telah menantinya dengan bucket yang menggemaskan. Satu persatu memberikannya selamat. Diujung pintu dia melihat seorang pria dengan kaos hitam dibalut kemeja merah kotak tak berkancing bersandar diantara pintu sambil melambaikan tangannya.
"Pawas! Kau datang? "
"Oh, tentu saja aku datang. Aku ingin tahu bagaimana si blo'on ini mengahadapi sidang"
"Pawas.... "
"Haha, aku bercanda. Tentu saja aku ingin memberimu hadiah atas sidangmu. Sebenarnya nanti sih harusnya pas kamu udah wisuda. Tapi berhubung aku orang sibuk jadi hari ini saja"
"Alah... So sibuk banget. Jadi lu mau langsung ke amrik lagi? "
"Not, gw masih di Indo. Cuman diluar kota. Kenapa? Lu mau ikut? Jadi bini gw dulu. Hahaha"
"Boleh"
"Haha, yaudah besok ke KUA ya, tapi sama Galang. Haha"
"Gak jelas. Oh iya jadi lu mau ngasih gw apa nih? Masa jauh-jauh cuman ngasih ucapan selamat aja. Haha"
"Ikut gw"
"Kemana? "
"Ada deh! Eh tapi lu kali ini bawa mobil kagak? Tar kek kemaren lagi! "
"Bawa mobil? Enggak tuh"
"Oke, let's go"
"Eh, bentar gw ketemu temen dulu ya. Ada urusan"
"Jangan lama ya! "
"Sip"
***
Aku tahu bahwa aku sudah berbohong. Aku hanya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku dan Pawas pergi bersama? Kapan lagi!. Sejujurnya aku selalu membawa mobil tiap ke kampus. ya, terkadang aku membawa motor tapi karena ini musim hujan, jadi aku selalu bawa mobil. Aku berlari kearah temanku yang sedang berkumpul.
"Aneu, lu bisa bawa mobil kan? Anterin mobil gw ke rumah ya, please.. "
"Lah, emang lu mau kemana? "
"Gw mau pergi, ya ya ya"
"Yaelah, bawa aja sih sama mobilnya"
"Gw pegi sama Pawas!!! "
"Serius?! "
Aku hanya mengangguk girang. Aneu adalah sahabat terbaikku, segalanya kuceritakan padanya kecuali beberapa hal yang memang kurasa tidak perlu seorangpun mengetahui itu.
"Yaudeh, tar gw bawa mobil lo kerumah. Untung aja hari ini gw dianter bebeb"
"Bebeb? Lu udah punya pacar baru? "
"Bukan hehe, bebeb grab"
"Serah lu Bambang. But thx ya! Bye! "
Aku berlari kembali. Pawas, aku selalu menanti hari ini. Hari dimana kamu mengajakku pergi, mungkin bagimu ini adalah hal biasa tapi bagiku yang menunggumu empat tahun, itu sungguh seperti mimpi. Perjalanan yang kau rencanakan sendiri. Sangat membuatku bahagia.
***
"Heh Kunti! Ngapain lo senyum-senyum gitu"
"Hehehe, kepo"
"Seneng banget keknya gw ajak jalan. Emang selama ini gak pernah ada cowok yang ngajak jalan apa?!"
"Ada dong"
"Oh, syukur deh ternyata lu masih laku"
"Enak aja, gini-gini juga gw memiliki aura positif yang membuat orang ingin dekat dan selalu merapat"
"Bac*t, hahaha"
"Taek ah! "
"Eh! Astagfirullah "
"Mancing-mancing emosi sih! "
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Kias
RomanceAku menikah dengan yang lain, pria yang di jodohkan denganku, tepat di ulang tahun mantan pacarku. Januari lalu. Kini aku hidup bersama pria 17 tahun lebih tua dariku. Akankah aku bisa melupakan dia dan memulai hidupku yang baru?