Laikha (1)

32 2 0
                                    

Seseorang dari sana menelpon. Seorang wanita. Sempat ku berharap dia adalah Kinanti tapi nyatanya bukan.

"laikha?"

"Yes!!! Laikha. Your friend! Do you forget about me?"

Laikha?.. sepertinya aku mengenal nama itu, tapi siapa dan dimana aku mengenalnya. Otakku terus berpikir mengingat dia. Ah... Mungkinkah teori aus berpengaruh padaku. Tapi aku tidak setua itu kawan...aku melamun terlalu lama hingga dia yang disana membentak ku.

"OMG maneh poho ke aku?!"
(OMG kamu lupa padaku)

Suara itu! Aku tahu!

"Ah!!! Laikha. Suganteh Saha! Meni pake bahasa Inggris atuh!"
(Ah!!! Laikha. Kirain siapa! Pake bahasa Inggris segala!)

"Eh sok Kitu. Bae atuh bebas, aku lagi pulang ke Indonesia. Let's meet with me!"
(Eh suka gitu. Gapapa dong bebas.)

"Hahahaha. Yuk!"

***


Laikha. Dia adalah teman kecilku yang sudah kuanggap seperti adikku. Sangat ceria, dan sangat cantik. Jika kau sulit untuk bercerita kepada orang lain maka laikha berbeda, dia sangat terbuka kepada siapapun dan dia adalah tempat terbaik untuk bercerita bagi siapapun.

***

Kafe ini sudah menjadi tempat kami bertemu di waktu senggang dulu. Masih tetap sama, semuanya terbuat dari kayu baik itu dinding, lantai, meja, kursi, gelas, piring, garpu dan sendok, hanya makanannya saja yang tidak terbuat dari kayu. Unik.

Arloji ku terus berdetak menunggu kedatangan Laikha. Memang anak ini dari dulu sampai sekarang selalu saja 'ngaret', sudah setengah jam lamanya aku menunggu.

"Pawas!!"

Akhirnya dia datang juga. Aku meliriknya acuh tak acuh.

"Pawas... Jangan marah. Kali ini bukan aku yang telat, tapi mobilku yang telat melaju".

"Apa sih? Kamu tuh gaje"

"Gaje?"

"Gak jelas! Puas!"

"Pawas ih kamu mah meni jahat ke akuteh! Ceurik sok akumah! Jauh-jauh aku dateng kesini, macet, panas, nahan lapar"
(Pawas kamu jahat sekali padaku! Aku nangis nih!")

"Bodo amat"

Laikha tak menjawab apapun. Kulihat dia dan aku terkejut, dia benar-benar menangis. Ada rasa geli karena tingkah nya yang lucu tapi ada juga rasa jengkel. Gemas.

"Kamu beneran nangis? Ya Allah, cengeng banget ih! Sini duduk! Bikin malu"

Di lap hidungnya dengan tangan. Sangat jorok.

"Sudah dong, malu dilihat banyak orang tahu!"

"Bodo amat!"

"Yaudah aku minta maaf"

"Oke, aku juga minta maaf karena telat. Tapi itu bukan karena kesalahanku, dijalan tadi macet sekali tahu!"

"Iya, iya..."

"Kamu udah pesen makanan?"

"Sudah"

"Buatku?"

"Sudah juga laikha ku"

"Pawas so sweet tapi menyebalkan"

"Tapi bikin kangen juga kan..."

"Iya"

"Ih, di iya-in dong! Dasar si polos!"

Suasana pun seperti biasa, sangat hangat. Dia bercerita tentang kisahnya selama menjadi mahasiswa. Banyak sekali pria yang menyatakan perasaan padanya tapi semuanya ia tolak. Ya, jujur saja Laikha dari dulu hingga saat ini masih sama, tetap cantik dan mungkin lebih cantik lagi karena dia kini telah menutup auratnya.

"Aku baru sadar kamu pake kerudung"

"Hahaha ih kemana aja? Semenjak aku masuk kuliah aku memutuskan untuk berhijab. Emang sih tingkah ku tidak berubah, tapi setidaknya aku ingin belajar menutup aurat tubuhku. Hehehe gimana cantik tak?"

"Oh... Jadi pengen keliatan cantik ya..."

"Ih! Gak gitu juga kali! Udah ah makan dulu! Selamat makan"

***

Tak ada makanan yang tersisa, hanya minuman yang tinggal setengahnya.

"Pawas, tatapanmu kosong?"

"Ah, tanpa sengaja Kinanti terlintas dipikiranku"

"Kinanti? Siapa dia? Pacarmu?"

Sial, aku keceplosan.

"Bukan. Dia mantanku"

"Apa kau masih menyukainya?"

Aku memang tak bisa berbohong pada Laikha. Ku ceritakan semua kisahku dengan Kinanti padanya. Sangat menenangkan. Ya, dia Laikha teman yang selalu ada disaat aku ingin bercerita.

Terlalu KiasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang