Hari itu saat kau memelukku dalam pilunya hati seperti selimut yang menghangatkan diri diantara rintikan hujan. Awalnya mungkin aku kecewa karena Pawas ternyata bukanlah orang yang ada disampingku. Tapi pikiran itu segera kusingkirkan, kini aku harus bahagia, denganmu aku akan memulai hidup baru.
Malam telah tiba, akhirnya aku bisa merasakan rumah sesungguhnya. Rumah yang akan menjadi saksi hidupku bersama Saiman. Pukul sembilan, kau duduk diluar bersandar ditemani laptop yang menyala, kau tipe pria yang bekerja keras dan itulah yang aku suka.
"Mas Saiman, masih diluar aja nih? Dingin loh! "
Dia berbalik dan tersenyum padaku.
"Aih, aih... Tumben nih nyapa duluan. Hahaha, sini dong. Nemplok dipintu kek cicak"
"Apasih, candanya gading tau"
Kulihat disampingnya gitar yang menganggur.
"Ah... Kau bisa main gitar Kinanti? "
"Bisa sih, tapi sedikit. "
"Mau kunyanyikan sebuah lagu sayang? "
"Dih apaansih, geli sayang sayang haha"
"Loh, kita kan suami istri, gimana sih. Kadi gimana mau gak aku nyanyiin lagu? "
"Emang bisa gitu?!"
"Dih ngejek"
Diapun mulai memainkan gitarnya dan diputarnya lagu
"Be Alright"
Justin BieberAku terkejut, dia bukan anak muda. Kukira dia akan menyanyikan lagu Iwan fals atau semacamnya. Tapi memang pada dasarnya suaranya begitu merdu dan aku hanyut dalam lagunya.
***
Across the ocean, across the sea
Starting to forget the way you look at me now
Over the mountains, across the sky
Need to see your face, I need to look in your eyesThrough the storm and through the clouds
Bumps on the road and upside down now
I know it's hard, babe, to sleep at night
Don't you worry
'Cause everything's gonna be alright, ai-ai-ai-aight
Be alright, ai-ai-ai-aightThrough the sorrow, and the fights
Don't you worry
'Cause everything's gonna be alright, ai-ai-ai-aight
Be alright, ai-ai-ai-aightAll alone, in my room
Waiting for your phone call to come soon
And for you, oh, I would walk a thousand miles
To be in your arms, holding my heartOh I
Oh I
I love you
And everything's gonna be alright, ai-ai-ai-aight
Be alright, ai-ai-ai-aight****
Tiba-tiba air mataku menetes, suaranya terlalu lembut, kini sepertinya aku semakin menyukaimu lebih dari awal kita menyatu. Kau tahu betul suasana hatiku, dan tanpa sadar akupun bernyanyi bersamamu hingga malam telah berlalu."Kin, kenapa kau menangis? "
Aku hanya menggelengkan kepala.
"Kemarilah, duduk disampingku lebih dekat, dan bernyanyilah dengan hatimu yang lebih dalam. Aku akan bersamamu hingga hatimu lebih baik"
Bukannya menyanyi, aku malah menangis dan terus menangis.
"Saiman, apakah aku bersalah meninggalkan Pawas? "
Dilihatnya aku. Mampus, aku terlalu mendalami lagu ini hingga tak sadar aku bertanya tentang ini padanya.
"Kau bertanya padaku? Tentang pria lain? "
Aku segera menjauh
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud"
Didekatinya aku, disimpannya gitar, dan dipeluknya aku.
Aku terkejut"Sudahlah, tak apa, aku tak tersinggung untuk saat ini"
"Saiman, aku minta maaf"
"Sudahlah, Bagus kau terus terang padaku. Dan , ah!... Tentang pertanyaanmu itu, kamu tidak bersalah. Aku yang harusnya minta maaf karena harus hadir diantara kalian berdua. Tapi jujur saja jika kau memintaku untuk melepaskanmu. Maaf aku tidak pernah melepaskan apa yang sudah menjadi milikku".
"Tidak Saiman, kau tidak bersalah. Jangan minta maaf. Aku bersukur karena kau menjadi pasangan hidupku yang ditakdirkan Tuhan. Dan tentu saja aku pun tidak akan pernah pergi dari sampingmu, hingga kapanpun kecuali jika Tuhan uang menakdirkan"
Dikecupnya keningku dengan lembut dan dibereskannya peralatan kantor beserta gitarnya.
"Nah, nona Kinanti. Apakah sudah galau-galau nya? Jika sudah kita pergi kekamar, sudah malam sekali. Nanti kau kesiangan bangun"
"Ya Tuhan, Saiman. Apakah kau menyindirku? Harusnya aku yang mengatakan itu padamu, maafkan aku"
"Hahaha, sudah. Ayok masuk"
Dirangkulnya aku dan jujur saja hingga saat ini dia tidak pernah mengecewakan aku sekalipun. Dan sekali lagu aku semakin bersyukur karena dialah yang menjadi imamku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Kias
RomanceAku menikah dengan yang lain, pria yang di jodohkan denganku, tepat di ulang tahun mantan pacarku. Januari lalu. Kini aku hidup bersama pria 17 tahun lebih tua dariku. Akankah aku bisa melupakan dia dan memulai hidupku yang baru?