Aku melihatnya diantara kilauan cahaya yang memantul diatas kepala. Wajahnya tampan membuat mata sedap untuk memandang.
Pawas
Aku melihatmu ketika aku masih kecil. Namun aku sudah ada rasa yang sepertinya aku pun tak mengerti apa maknanya. Kau adalah anak kerabat ayahku, setiap hari kau selalu mampir kerumahku.
Apa kau tahu? Setiap kali kau datang, aku selalu lari terburu-buru untuk pergi ke kamar. Berhias secantik mungkin berharap kau memandangku sebagai wanita, bukan bocah kecil biasa.
Bagai bulan dan bintang, selalu beriringan, saling melengkapi tapi selalu ada jarak diantaranya. Aku sebagai bintang yang terpesona dengan cahaya rembulan hanya dapat menikmati cahayamu dari jauh namun untuk mendekat itu, jadi hal yang mustahil. Mungkin bisa saja bulan dan bintang berjarak dekat, namun selama ini aku belum pernah melihat yang demikian.
Aku sudah tumbuh menjadi remaja yang cantik dengan hati yang sama seperti dulu, yang masih mengharapkanmu untuk melihatku sebagai apa yang pria lain lihat. Banyak sekali pria yang mendekat termasuk sahabatnya Galang, tapi kau tetap seperti itu menganggapku sebagai adikmu. Aku bahagia namun aku juga wanita yang ingin merasakan cinta yang kau balas dengan suka cita.
Tiba dimana aku yang masih seperti dulu dengan rasaku yang terus tumbuh membelenggu, rupanya kau sudah menetapkan siapa yang berhak mengisi hatimu. Tentu saja aku kecewa karena kau lebih memilih dirinya namun aku juga sadar jika aku bukanlah bagian darimu karenya aku tak pantas untuk kecewa. Mungkin.
Dengan segala rasa yang menyiksa, kini kabarmu sudah jauh pergi entah kemana. Kabar mengatakan kau menikah dengan gadis itu, kabar lain mengatakan jika kau pergi keluar negri. Apakau tahu kemungkinan mana yang sangat aku harapkan? Tentu saja yang kedua.
Nomormu tak bisa kuhubungi. Berbagai cara ku tempuh untuk menemukanmu. Meskipun kamu bukan milikku tapi hanya dengan melihatmu ada disisiku itu sudah membuatku senanv meski terkadang hatimu tidak menyatu dengan ragamu.
Tahun berganti. Aku bertemu dengan Galang dan berkat dia aku bisa menemukanmu.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam"
Ini suara Pawas!!! Betapa senangnya aku mendengar suaranya kembali setelah sekian lama.
"Apa ini Pawas?"
"Ya..."
Tuhan... aku bingung harus berkata apa. Aku malu untuk menyapa dahulu tapi hatiku terus menanyakan tentang dirimu. Sial.
Pawasku tetaplah Pawas yang ku kenal. Kau tahu betapa leganya setelah aku melihatnya dan betapa sakitnya aku, melihat hatinya yang hancur karena wanita itu. Jujur saja aku ingin mengatakan bahwa 'aku ada disini. Selalu menunggumu untuk bisa melihatku. Sekali saja'. Tapi tak mengapa, sudahlah untuk mendapatkan hati tentu harus dengan hati, entah sampai kapan aku akan terus menyukaimu, entah sampai kapan kau tidak menyadari perasaanku, dan entah kapan kita bisa menyatu.
Yah... kini kau ada dihadapnku mengulang kisah yang dulu, setidaknya itu yang bisa kubantu untuk mengurangi sedihmu. Pawas mungkin aku masih menyukaimu dan selalu seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Kias
RomanceAku menikah dengan yang lain, pria yang di jodohkan denganku, tepat di ulang tahun mantan pacarku. Januari lalu. Kini aku hidup bersama pria 17 tahun lebih tua dariku. Akankah aku bisa melupakan dia dan memulai hidupku yang baru?