"Hyunjin, aunty mohon buka pintunya sayang. Daddy sangat mengkhawatirkanmu"
Mark masih terus mengetuk pintu kamar Hyunjin berharap anak itu mau menurutinya. Namun pada kenyataannya selepas kepergian Jaebum, Hyunjin tidak kunjung membuka pintu kamarnya. Ia masih terus bersabar dan berusaha membujuk agar Hyunjin mau keluar dari kamarnya.
"Hyunjin, aunty janji akan memberikan apa pun yang Hyunjin mau asal Hyunjin mau membuka pintunya dan keluar menemui aunty dan juga Daddy" bujuknya.
Namun nihil, tetap tidak ada tanggapan dari Hyunjin. Ketika Mark hendak kembali mengetuk pintu kamar Hyunjin, sebuah tangan menahan pergelangan tangannya yang mungil.
"Cukup Mark jangan kau ketuk lagi, Hyunjin tidak akan keluar. Dia sangat sulit untuk dibujuk. Lebih baik sekarang kau siapkan makan malam untuk kita, hm" ucap Jaebum lembut.
Mark mengangguk kemudian mengecup sekilas bibir Jaebum.
"Baiklah. Aku menunggumu dan Hyunjin dibawah"
Jaebum mengangguk kemudian gantian mengecup sekilas bibir Mark. Gadis itu kemudian pergi ke bawah menuju dapur. Jaebum pun kembali mengetuk pintu kamar Hyunjin.
Tok Tok Tok
"Hyunjin dengarkan Daddy. Apa Hyunjin ingin bertemu dengan Daniel Hyung dan juga mommy? Jika Hyunjin ingin bertemu mereka cepat buka pintunya" bujuk Jaebum.
Dan ternyata...
Cklek
Pintu kamar Hyunjin terbuka. Jaebum pun tersenyum, ternyata hanya itu cara yang ampuh untuk meluluhkan hati sang anak. Jaebum kemudian masuk perlahan dan menemukan Hyunjin yang tengah duduk diatas kasur dengan wajah cemberut dan pipi menggembung. Jaebum tersenyum melihat wajah Hyunjin yang begitu mirip dengan Jinyoung ketika ia sedang marah. Ingin sekali Jaebum mencubit pipi putranya itu tapi ia takut Hyunjin akan semakin marah padanya.
Jaebum menutup pintu kamar Hyunjin lalu menguncinya. Ia kemudian berjalan menuju Hyunjin dan duduk disampingnya.
"Hyunjin, Daddy minta maaf karena tadi Daddy sudah membentak Daniel dan dirimu. Daddy sungguh tidak berniat untuk melakukan itu padamu dan hyungmu. Daddy hanya takut kehilangan harta Daddy satu-satunya yang paling berharga yaitu kalian berdua. Sekali lagi Daddy minta maaf, Daddy sangat menyesal karena Daddy juga telah menyakiti dirimu. Apakah Hyunjin mau memaafkan Daddy?" Tutur Jaebum penuh ketulusan. Dengan lembut ia berusaha menjelaskan dan membuat Hyunjin mau memaafkannya.
Hyunjin tidak menghiraukan ucapan Jaebum. Ia malah terdiam membuat Jaebum menghela nafas berat. Perlahan Jaebum hendak memegang pergelangan tangan Hyunjin yang terlihat memar akibat cengkeramannya tadi namun segera ditepis oleh Hyunjin.
Jaebum yang mendapat penolakan dari Hyunjin tidak menyerah dan kembali meraih pergelangan tangan sang putra. Sempat memberontak namun akhirnya Jaebum berhasil memengang pergelangan tangan Hyunjin.
"Shh.."
Hyunjin mengerang saat Jaebum tidak sengaja memegang bagian memar ditangannya. Jaebum yang mendengar desis kesakitan Hyunjin refleks melonggarkan pegangannya.
"Apakah ini sakit sekali? Tunggu sebentar, Daddy akan mengompres tanganmu"
Hyunjin hanya diam tanpa berbicara sepatah kata pun. Sementara Jaebum membuka pintu kamar Hyunjin dan berlari menuju dapur untuk membawa handuk beserta es batu untuk mengompres tangan Hyunjin yang memar. Beberapa menit kemudian Jaebum kembali membawa sebuah wadah kecil berisi es batu serta handuk kecil. Ia kemudian menutup pintu dan menguncinya kembali.
Jaebum kemudian menghampiri Hyunjin dan mulai mengompres tangan Hyunjin yang memar secara perlahan.
"Shh.. sakit sekali" Hyunjin meringis dan menggeliat saat dinginnya es menyentuh luka memarnya.