AP- 14

1.2K 134 104
                                    

Jaebum mematung, lidahnya kelu saat mendengar ucapan Jinyoung barusan. Jaebum menggeleng dan semakin dalam menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher Jinyoung, menghirup wangi tubuh Jinyoung dan mengecupi leher jenjang tersebut.

"Kita tidak akan pernah berpisah. Aku mencintaimu Jinyoung dan akan aku buktikan bahwa anak yang dikandung Mark itu bukan anakku" ucapnya sedikit teredam namun masih terdengar oleh Jinyoung.

Jinyoung meronta meminta pria yang tingginya berbeda dua senti darinya ini untuk melepas pelukannya.

"Tidak oppa, keputusan ku sudah bulat kita akhiri saja semuanya" ucap Jinyoung lirih.

Jaebum melepaskan pelukannya dan menghadap Jinyoung menatap mata bulatnya yang berair.

"Tidak bisakah kau memberikanku satu kesempatan lagi untuk menebus semua kesalahanku padamu dimasa lalu Jinyoung? Aku akan mengakhiri semuanya dengan Mark" Jaebum menangis.

Pria itu berlutut di hadapan Jinyoung. Persetan dengan harga diri yang jelas ia tidak ingin kehilangan Jinyoung. Ia sangat menyesal telah menyakiti Jinyoung dan juga Yeji. Jaebum bersumpah dalam hati tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika sampai ia kehilangan Jinyoung.

"Maafkan aku Jinyoung, aku tidak bisa jadi suami dan ayah yang baik untukmu dan juga anak-anak kita. Aku malah menghancurkan keluarga kita dengan tindakan bodoh yang aku lakukan. Aku mengakui semua perbuatan ku salah dan aku sangat menyesal" Jaebum terisak.

Jinyoung menangis, menutup mulutnya. Dadanya semakin sesak melihat Jaebum berlutut dihadapannya kini meminta maaf dan dengan gentle mengakui semua perbuatannya. Selama bertahun-tahun ia tidak pernah melihat Jaebum berlutut kepada siapapun termasuk kedua orang tuanya. Bahkan pemandangan yang sangat langka ia temui adalah Jaebum yang menangis hingga terisak. Jinyoung tidak tau harus berbuat apa hatinya masih tidak bisa menerima semuanya. Hatinya masih terlalu sakit untuk menerima Jaebum kembali namun ia juga tidak rela jika harus kehilangan Jaebum.

Jaebum mendongak dan menatap Jinyoung dalam. Ketulusan begitu terpancar dari mata sipit nan tajam milik Jaebum. Jaebum tidak berbohong kali ini dan Jinyoung melihat itu dari sorot matanya.

"Aku mencintaimu Jinyoung. Aku mencintaimu dan anak-anak kita. Aku mohon, biarkan aku merasakan kasih sayang dari anak-anak kita terutama Yeji. Aku bahkan tidak tahu bagaimana rupa Yeji saat ia lahir ke dunia. Aku ingin melihat ketiga anakku tumbuh dewasa terlebih Yeji meskipun itu terlambat, aku ingin merasakan kebahagiaan itu ditemani dirimu, Jinyoung" ucapnya lirih. Jaebum genggam tangan Jinyoung erat.

"Aku ingin menua bersama mu hingga maut yang memisahkan kita. Hanya kita dan anak-anak kita  Jinyoung, tidak ada yang lainnya"

Sudah cukup, Jinyoung sudah tidak tahan. Ia mengaku kalah, kalah pada perasaannya sendiri. Jinyoung terlalu mencintai pria yang kini tengah berlutut dihadapannya. Rasa bencinya menguap begitu saja hilang entah kemana. Jinyoung berjanji akan memenangkan peperangan yang Mark proklamir kan. Demi anak-anak mereka, Jinyoung tidak akan menyerah. Ia tidak takut pada Mark karena ia tahu kemana pun Jaebum pergi pria itu akan tetap kembali padanya. Jinyoung adalah rumah Jaebum begitu pun sebaliknya.

"Berdiri oppa"

Jinyoung menuntun Jaebum untuk berdiri.

Cup

Jinyoung menangkup wajah Jaebum, mengecup bibir tipis milik suaminya.

"Berjanjilah padaku kau tidak akan melakukan kesalahan lagi. Aku juga ingin kau menemaniku melihat anak-anak kita beranjak dewasa hingga maut memisahkan kita, oppa" Jinyoung tersenyum disela isakannya.

"Aku janji, Jinyoung. Jika aku melakukan kesalahan lagi kau boleh melakukan apapun kepadaku bahkan membunuhku sekalipun. Langit dan bumi yang jadi saksinya Jinyoung, mulai sekarang aku akan mencoba jadi ayah dan suami yang baik untukmu dan anak-anak kita"

After Parting •JJP•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang