Setelah menerima pesan KakaoTalk dari Jaebum, Jinyoung tidak bisa tidur. Ia gelisah dan terus memikirkan Jaebum. Jinyoung mencoba memejamkan mata dan berhasil namun itu hanya beberapa jam hingga akhirnya ia kembali terbangun.
Jinyoung melirik jam diatas nakas dan ternyata masih pukul lima pagi. Rasa khawatirnya muncul saat kembali mengingat bahwa Jaebum akan datang menemuinya. Ia bingung dari mana Jaebum tahu keberadaannya padahal ia sengaja menghilangkan jejak agar tidak diketahui Jaebum.
Apa Jaebum memata-matainya?
Entahlah, Jackson melakukan tugasnya dengan baik sejauh ini tanpa sedikitpun membuat Jaebum menaruh curiga. Bahkan Jaebum pun berkata pada Daniel bahwa ia tidak akan menemukan Jinyoung dan itu akan terasa percuma berarti Jaebum tidak percaya dengan ucapan Daniel bukan.
Lalu, bagaimana Jaebum bisa mengetahuinya?
Ia kemudian teringat dengan Yeji dan Daniel. Jinyoung keluar kamar kemudian perlahan masuk ke dalam kamar Yeji. Ia berjalan menuju Yeji dan duduk disamping putrinya tersebut. Ia usap Surai kecoklatan milik putrinya itu dan mengecup keningnya lama menyalurkan kegelisahan dihatinya. Rasa takut mulai menghantuinya. Ia sungguh sangat takut jika Jaebum sudah mengetahui bahwa Yeji adalah anak kandung dirinya dan ia hendak mengambil Yeji dari sisinya. Sudah cukup ia berpisah dengan Daniel dan Hyunjin selama bertahun-tahun ia tidak ingin juga kehilangan putri bungsunya yang selama ini menemaninya dan memberikan kekuatan untuknya.
"Jangan tinggalkan mommy, baby. Mommy sangat menyayangimu. Mommy--" Jinyoung menjeda ucapannya. Air matanya perlahan jatuh menetes, dadanya sesak.
"--takut Daddy mu membawa mu pergi, mommy tidak mau kehilangan mu, baby"
Jinyoung terisak kemudian memeluk tubuh Yeji. Ia menangis, tubuhnya bergetar membuat Yeji yang merasakan sesuatu menimpa tubuhnya menggeliat dan membuka matanya perlahan.
"Mommy.." ia memanggil Jinyoung dengan suara serak khas bangun tidur.
Jinyoung bangun dan duduk kemudian menghapus air matanya. Yeji mengucek matanya dan bangun. Ia kemudian menatap mommynya khawatir. Tangannya terulur menghapus air mata yang tersisa dipipi mommy kesayangannya.
"Mommy kenapa menangis?"
Jinyoung menggeleng kemudian tersenyum. "Tidak. Mommy hanya bahagia bisa memiliki putri secantik dan sepintar dirimu, baby"
"Benarkah? Yeji juga bahagia bisa mempunyai ibu secantik dan sebaik mommy. Mommy ibu yang terbaik yang ada di dunia ini dan Yeji beruntung mempunyai mommy" Yeji tersenyum manis.
Jinyoung tersenyum kemudian menarik tubuh putrinya dan memeluknya erat. Ia menangis terisak membuat Yeji bingung dan bertanya ada apa dengan mommynya ini tidak seperti biasanya. Namun, gadis itu tidak memikirkan hal itu lalu mengelus punggung Jinyoung lembut.
"Baby, maukah kau berjanji pada mommy?"
Yeji mengangguk dalam pelukan Jinyoung. "Apa itu mommy?"
"Apa pun keadaan yang terjadi nanti Yeji harus janji tidak akan pernah pergi meninggalkan mommy sekalipun itu Daddy mu yang meminta ya?" Ucapnya lirih.
Yeji melepas pelukannya. Ia memberi jari kelingkingnya pada Jinyoung. "Aku janji"
Jinyoung kemudian menautkan jari kelingkingnya pada Yeji. Ia kemudian mengusap Surai kecoklatan putrinya itu.
"Hah.. baiklah mommy pegang janjimu. Sekarang lebih baik kau tidur lagi ini masih pukul lima pagi. Nanti pukul tujuh mommy akan membangunkan mu, ne"
"Ne, mommy"
Yeji kemudian kembali berbaring dan memejamkan matanya. Jinyoung mengelus-elus Surai kecoklatan milik Yeji membuat nya kembali ke alam mimpi. Jinyoung menarik selimut dan menutupi tubuh Yeji sampai menutupi tubuh putrinya itu. Ia bangkit kemudian keluar dari kamar Yeji menuju ke bawah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.