Yeji menyimpan alat untuk menyiram tanaman di samping kursi kecil yang berada di halaman belakangnya. Ya, pagi ini meskipun telat karena sudah mau memasuki siang hari, Yeji baru saja selesai menyiram tanaman kesayangannya dan juga kesayangan Jinyoung. Senyuman yang menampilkan deretan gigi putihnya terlihat tidak pernah pudar dari paras ayunya. Jangan lupakan binar di mata sipit gadis remaja tersebut seperti anak kucing minta untuk di pungut saat ini. Sungguh-sungguh menggemaskan.
"Akhirnya selesai juga hihi" gumamnya.
Gadis remaja itu berkacak pinggang sambil memperhatikan satu persatu tanaman dan bunga yang terlihat begitu segar setelah di siram.
"Terus hidup ya, aku menyayangi kalian semua" riangnya.
Ia kemudian menyimpan sapu yang tadi ia pakai untuk membersihkan daun-daun kering yang berjatuhan di samping pintu. Gadis remaja itu kemudian memutar kran air yang ada di sana dan mencuci tangannya. Setelah selesai gadis remaja itu berjalan menuju pintu kemudian membukanya. Saat ia masuk ke dalam dan menutup pintu tidak sengaja ia mendengar sebuah suara dari arah dapur.
Keningnya mengkerut saat mendengar suara yang teramat familiar baginya.
'Anhh.. ahh'
Yeji mematung mendengar suara rintihan sang ibu.
"Itukan suara mommy. Kenapa mommy merintih seperti itu? Apa Daddy menyiksa mommy? Aku harus melihatnya" gumamnya pelan.
Dengan langkah pelan karena takut ketahuan mengintip, Yeji menyembulkan kepalanya mengintip di balik tembok yang menjadi pembatas dapur dengan pintu belakang. Matanya membulat sempurna saat melihat Jaebum tengah berdiri membelakanginya tanpa mengenakan sehelai benang lalu pinggulnya bergerak cepat di hadapan sang ibu yang kini sepertinya tengah tertidur diatas meja makan dengan posisi mengangkang dan hanya terlihat kedua kakinya berada di sisi samping tubuh Jaebum.
Gadis itu kemudian menarik tubuhnya hingga bersandar ke dinding. Jantungnya berdetak kencang, semburat cantik menghiasi pipi chubby menggemaskan miliknya. Rasanya malu melihat Jaebum tanpa... Oke, Yeji memukul kepalanya sendiri memikirkan yang iya-iya tentang ayah kandungnya. Lantas, gadis remaja itu menelan ludah serta menggigit bibir bawahnya. Ia bergerak resah tidak nyaman saat kembali mendengar suara desahan Jinyoung yang jujur saja sangat kencang. Jika sedang bercinta memang Jinyoung itu sangat berisik namun justru itu yang membuat Jaebum semakin bersemangat menghujam istrinya itu hingga titik terdalam dan ternikmatnya.
"A- apa yang mommy dan Daddy lakukan saat ini adalah membuat adik bayi yang seperti oppa bilang? Aduh.. kalau memang iya Yeji harus pergi tidak mau mengganggu tapi bagaimana caranya" gumamnya pelan.
Rasanya gadis remaja itu ingin menangis saja kala mendengar kembali suara desahan Jinyoung terlebih kini sang ibu berteriak. Sepertinya Jinyoung sudah sampai pada pelepasannya. Hatinya merasa sedih mendengar teriakan Jinyoung yang seperti kesakitan namun gadis remaja itu tidak tahu saja jika rasanya sangat nikmat. Mata sipitnya berkaca-kaca hendak menangis, rasanya ia ingin menghampiri sang ibu lalu memeluknya dan menjauhkan sang ayah dari hadapan sang ibu.
Gadis remaja itu pun jatuh duduk berjongkok di bawah sambil menyenderkan tubuhnya ke dinding.
"A- apa membuat adik bayi sesakit itu? Hiks Yeji tidak mau menikah, Yeji takut sakit seperti mommy hiks" isaknya pelan.
Yeji menangis tidak sanggup kemudian berinisiatif menyumpel kedua telinganya dengan jari telunjuk. Jika sudah seperti ini tidak mungkin juga ia akan kabur karena pasti akan di ketahui oleh kedua orang tuanya. Gadis remaja itu pasrah duduk diatas lantai sambil menangis dan menyumpel kedua telinganya. Ia berharap agar apa yang kedua orang tuanya lakukan segera selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Parting •JJP•
Fiksi PenggemarKehidupan Jaebum dan Jinyoung setelah berpisah.