Kunjungan

63 12 2
                                    

    2 hari telah berlalu

    Elyza kini dirawat di rumahnya, kakak - kakaknya sudah siap siaga untuk merawat adik mereka yang manis itu.

    "Kak, masa iya aku harus di rumah 3 hari? Bosen lah kak." Keluh Elyza sembari memainkan Iphone-nya sambil tiduran dikasur.

    "Kamu itu mau sembuh apa nggak sih dek? Mangkanya jangan suka berkelahi." Ucap kak Rafa sambil menatap tajam ke arah adiknya. Elyza mendengus cuek. 

    "Yah... lagian salahnya tuh cewek, mulutnya kagak mau diam. Kalau tuh mulut si cewek bisa diam, gue juga bisa diam kalik kak." Ucap Elyza kesal, melirik sekilas pada kakaknya yang masih pasang muka marah.

    "Ck, terserah lo deh dek. Capek Kakak, kamu sendiri di kamar bisa kan?  Kakak mau istirahat." Jawab Kak Rafa tak kalah sebal. Ia tak habis pikir, kenapa adik perempuan satu-satunya itu begitu susah untuk dibilangin.

    "Hemmm, iya bisa." Sahut Elyza cuek sambil melirik kak Rafa yang beranjak keluar kamarnya. sejenak, Elyza menyadari kalau dia barusan agak kelewatan. Ia pun menghela napas pasrah.

    "Eh kak," cicitnya pelan tepat sebelum kakaknya keluar kamar. Alhasil Rafa pun berhenti di ambang pintu tanpa menoleh.  "Maafin adek ya." lanjut Elyza. 

      Tanpa mengatakan apapun, Rafa melanjutkan langkahnya.Sayang, Elyza tidak dapat melihat senyum simpul yang terukir di bibir kakaknya itu. Sebenarnya, Rafa juga tidak ingin adik kesayangan nya celaka. Rafa bersikap seperti ini supaya tidak terjadi apa-apa pada adik kecil kesayangannya.

    "Kak Rafa kenapa dek?" Tanya kak Azka yang tiba-tiba muncul tepat saat kak Rafa sudah keluar kamar.

    "Hm, gara-gara adek mungkin kak." Jawab Elyza  dengan lesu. rasa bersalah tiba-tiba menggelayuti hatinya. Azka yang melihat ekspresi muram adik perempuannya itu dapat menyimpulkan sesuatu dari apa yang terjadi barusan.

    "Dek, kamu harus tahu kakak begitu karena dia tidak ingin kamu ada kenapa-kenapa. Bukan marah tapi kecewa aja kamu kayak gini cuman gara-gara bertengkar." Kata kak Azka menasehati. Tangannya mengelus lembut kepala adiknya yang terbalut perban putih.

    "Iya, adek salah. Maaf." ucap Elyza lirih sambil menunduk.

    "Ya udah kamu istirahat dulu ya dek, Kakak masih ada urusan dulu diluar." pamit kak Azka sambil mencuri kecupan di dahi adik kecilnya.

    "Hem iya." Jawab Elyza. kak Azka membantu adik manisnya itu membaringkan tubuh mungilnya di kasur. Tak lupa membenahi posisi selimut agar menutupi seluruh tubuh adiknya.

 "Udahan ya..., Nice dream little princess abang." katanya sambil mengecup pelan sisi kepala adiknya yang tidak tertutup perban.

    "Thanks abang." balas Elyza

    Elyza POV

    Aku mulai memejamkan mataku, tapi aku selalu takut ketika memejamkan nya. Selalu ada mimpi buruk didalam sana, aku takut mimpi itu kembali. Kak Azka sudah keluar dari kamar, aku bangkit dari tidurku. Aku berusaha berjalan ke meja belajarku, ingin sekali ku menuliskan sesuatu.

    "Sudah lama aku tidak menuliskannya, aku akan menulisnya sekarang." Ucapku sambil membuka buku Diary ku.

Dear diary..
Sudah lama aku tidak menceritakannya
Rasa takut itu kerap seringkali datang
Ini bagaikan jantung tertusuk belati
Deritanya  yang semakin terasa
Keluhan jiwa ini terus membara
Namun, mimpi itu selalu buruk.
Ketakutan terus mengikuti
Seakan aku telah membunuh seseorang
Sekarang ini hanya butuh penyembuh
Semoga ada penyembuh nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KAFELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang