←satu→

23.5K 2.3K 226
                                    

Jungkook tidak bisa berhenti. Bahkan saat kakinya tersandung aral rintang sulur akar yang malang melintang di bawah kakinya.

Kakinya terus dipacu untuk berlari, tidak peduli seberapa banyak gores luka menoreh kulitnya yang halus.

Jungkook terus maju, mencoba abai pada bayangan besar gelap yang mencoba untuk menggapainya. Mata birunya yang berpendar dalam gelap terus mengikutinya, menatap tajam dan dalam, menghanyutkan.


Jungkook hanya harus berlari, tanpa perlu menoleh. Bahkan saat makhluk tersebut diam-diam membisikkan namanya. Pelan namun selalu menggema dalam ruang kepalanya.

Jungkook hanya perlu menghindar. Menjauh dari kejaran. Tidak perlu melawan.

Harusnya begitu.

Namun bisa apa saat kakinya melemah dan akhirnya tubuhnya jatuh. Tersungkur dengan wajah mencium rimbunan daun basah dan kerasnya akar.

Jungkook hanya perlu berlari. Ya! Namun kakinya dililit. Menarik pergelangan kakinya begitu kuat seolah sebuah perintah jika ia tidak diizinkan untuk bangun dan berlari. Lagi.

Dan bayangan gelap itu mendekat. Dengan mata biru yang berpendar dalam gelap. Indah namun mengerikan. Jungkook tak bisa melihat sosoknya, tolong.

Yang ia lakukan hanyalah melindungi kepalanya, menjerit saat bayangan gelap itu melesat ke arahnya.

Apakah ia mati?

.




.






.




.





×××

.



.



.




"Tidak!!!"

Yang Jungkook dapati saat membuka mata adalah plafon kamar flatnya yang sedikit bocor-dengan rembesan air dan jamur. Nafasnya berkejaran dengan keringat sebesar biji jagung di dahi. Tenggorokannya terasa kering dan panas. Jungkook mengerjapkan kedua matanya dengan jantung yang berdebar kuat.

Masih memproses mimpi yang terasa sangat nyata baginya, Jungkook merasakan kandung kemihnya terasa penuh. Dengan hati berdebar-debar dan tenggorokan yang haus, Jungkook memberanikan diri untuk menyibak selimut dan bangun.

Ruang kamarnya begitu gelap, hanya celah kecil dari jendela yang membuat cahaya bulan dapat masuk dan menerangi sedikit kamarnya. Mata Jungkook menyipit, karena cahaya lemah ada di hadapannya.

Apakah itu ponselnya yang masih ia isi ulang?

Jungkook pikir begitu, lalu ia memilih menggedikan bahu.

Telapak kakinya menapak karpet di atas ranjang, meraba perlahan mencari letak sandal tidurnya. Masih di tempatnya terakhir kali Jungkook meletakkan, dan pemuda itu memakainya dengan tenang.

Kamar mandi hanya tiga langkah dari tempatnya berdiri sekarang, namun Jungkook tiba-tiba merasa ragu. Ada sebuah sofa single di pojok, berdekatan dengan kamar mandi. Jungkook seperti merasakan kehadiran sesuatu di sana.

Possessive Demon - T.KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang