Kaktus yang mengharapkan hujan
Padang pasir membeku
Titik selaras
Mengelukan cinta
Lalu
Menyerah pasrah
Dia tersadar akan sesuatu
Kamu, kemustahilan mungkin?"megang apaan tuh fen?" ananta, membawa mie ayam ditangan kanannya.
"ini ada lomba nulis, hadiahnya lumayan, lu minat?" feni menyodorkan brosur pada ananta
Warning!
Guys, gabung dan ikutan yuk! Kita lagi ngadain Event Kreasi Mahasiswa nih, yang punya bakat coret-coret kreatif/nulis boleh ngisi formulir yang tersedia dibelakang. Hadiahnya lumayaaan loh. Thank you!"gue si ga ada bakat, elu gih ikutan, si dea juga bisa nulis kan? Eh btw mana tuh anak?"
"ga tau ta, biasanya dia nyamperin gue tapi ga tau deh kemana, sama zaki kali diperpus"
Ananta menganggukan kepalanya sebelum kembali berbicara "emmm fen, abis lulus D3, udah kepikiran belum mau ngapain atau mau kemana, secara kan kampus kita belum ada strata"
"dari dulu gue pengen ke jogja sih ta, tapi belum tau deh, siapa tau orang tua gue ga setuju kan ga tau juga, elu mau apa setelah ini?"
Ananta meletakan sendok dan garpu "bandung, gue pengen kebandung fen. Kayanya gue udah jatuh cinta sama bandung sejak kita travelling kesana deh"
"jatuh cinta sama siomay, cimol, kupat tahu, baso cuanki, molen mini?"
Sebelum ananta menjawab, dea datang dengan semangkuk mie ayam tanpa ayam dengan tempe goreng yang dipotong-potong kecil diatasnya "makanan terussss yang diomongin"
"yeeh nyamber aja lu kaya tornado"
"de, lu abis selesai dari sini mau kemana? gue pengen kebandung, yaa walaupun ga muluk-muluk banget si mau masuk kekampus negeri atau swasta, tapi gue pengen banget lanjut disana"
"eeemmm, bandung good. lu kemana fen?"
"lu tau lah de"
"yogyakarta?" afenia tersenyum
"masih secinta itu yah sama jogja?"
"dengerin nih" "bau kota jogja, adalah bau kayu lama yang di vernis ulang, bau yang menyimpan sejarah panjang, tua, tetapi masih saja menciptakan energi- dan gue perlu energi itu. Salah satu kutipan novel yang judulnya satu kolong langit, keren kan"
Lalu afenia meminum sisa minumannya yang masih setengah "perpus dulu yah, nyari bahan buat tugas" lanjut feni."bae-bae botak lu perpus mulu"
"kampret lu ta"
"buruan abisin tuh mie ayam, keburu dilaletin"
"inget umur lu pada, ini bukan diasrama" dea melirik ananta dan feni bergantian
"hehehe siap Dea Oriana Teguh"
***
Afenia menyukai bau buku, seperti bau tanah saat turun hujan. apalagi buku-buku lama, dan perpustakaan menyimpan segala jenis bau buku-bukuan, afenia menyukai itu. Sering kali dia mengunjungi perpustakaan hanya untuk mencium baunya beberapa menit, menyimpan disegala indra adalah cara yang tepat untuk menikmatinya.
Sastra adalah mimpinya sewaktu kecil, diumur 10 tahun saat teman-temannya membuat rumah-rumahan menggunakan kain dan sarung, afenia kecil lebih suka menghabiskan waktunya dengan kumpulan kata-kata kiasan.Brrraaak
"aawwww" feni jatuh terduduk.
"sorry sorry, gue ga liat"
"iya iya ga papa gue juga ga liat"
Lengkung-lengkung warna yang tercipta pada lingkar imajinya menjadi buyar saat tiba-tiba ada seseorang yang mencuri langkahnya untuk meneruskan lukisan lengkung itu.
"oh my... elu fen, maaf banget ya elu sampe jatuh gini" afenia mendongakan kepalanya, 'dasar pencuri' hatinya mencibir.
"it's ok sat, gue lagi nglamun deh kayanya tadi, jadi disenggol dikit langsung jatoh deh hehe"
Feni bangkit.Satria tersenyum hampir bingung.
"anak sastra nyari buku mikro?" feni melirik rentetan buku yang berada tepat disamping nya, dan satu keterkejutan tercipta saat dia berada dilorong dimana hanya ada buku makro, mikro, dan tentang pemasaran yang ntah lah feni tidak mengerti lagi."gue.. lagi keliling aja si tadi, siapa tau ada buku Kahlil Gibran nyelip diantara makro mikro gitu" afenia menjawab dengan cengirannya. Dan itu berhasil membuat satria menahan tawanya.
"nemu?"
"ngga hehe"
"nih buku lu yang tadi jatuh" satria menyodorkan tangan mengembalikan buku milik afenia yang terjatuh.
"oh thanks" "nyari buku juga?"
"iyalah masa nyari nafkah"
"eh bisa ngelawak juga ternyata" Satria hanya membalas dengan tawa kecil yang masih terdengar oleh feni.
"gue, duluan ya sat. DL nih"
"oh yaa, silahkan" afenia hanya tersenyum dan mulai melangkahkan kakinya menuju meja kosong. Namun sebelum dirinya sampai dimeja yang kosong, afenia menolehkan kepalanya kebelakang. "satria, ya ampun" feni terlonjak, terkejut dengan keberadaan satria yang tepat dibelakangnya.
"lu-- eem ngapain?"
"eem itu, mau minta ID Line lu, boleh?"
"oohh itu, kenapa-harus ngagetin gini sih, kan-gue jadi agak merinding" feni membuka tas dan menulis rentetan huruf lalu memberi sepotong kertas yang berisi ID Linenya.
"hehe sorry, lu jadi pucat gitu " satria menerima potongan kertas yang diberikan afenia. "thanks, gue duluan yah"
Afenia memperhatikan satria yang melangkah pergi, melihat punggungnya yang semakin jauh. Meninggalkan seulas senyum yang tertahan walaupun sosoknya sudah menghilang.Satu jam...
Dua jam..."finish! mari pulang afenia, tubuhmu butuh pelukan hangat dari selimut dan bantal guling asrama" feni berbicara pada diri sendiri dengan kedua tangan yang sibuk membereskan tumpukan buku dan memasukan laptop kedalam tasnya.
SatriaAWijaya menambahkan anda sebagai teman dengan id line
"iya iya abang, eneng konfirm nih hehe" lagi, feni berbicara tanpa ada lawan bicara dihadapannya.
See yaaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Diam
AlteleAfenia Rahma, hanya seorang gadis yang mampu menikmati setiap situasi kecuali jatuh cinta. Memiliki dua sahabat yang berfrekuensi sama adalah keberuntungan baginya. Lalu senja, lensa, dan satria adalah bagian dari kiasan yang mempunyai ribuan makna