#11

22 1 0
                                    

"Sejak bait pertama puisi lu ditulis"

"Kenapa ngga langsung duduk aja?"

"Kalo tadi gue langsung duduk gue yakin puisi lu cuma dua bait"

"Bagus deh, ada juga anak ekonomi selain ananta yang pengertian sama anak sastra"

Satria tertawa samar, dia meletakkan bangku kosong disisi kanan afenia membelakangi kaca memanjang lalu mendudukan diri.

"Siapa aja orang yang udah dapet puisi lu fen?"

"Maksudnya?"

"Yaa maksudnya, siapa aja orang-orang special yang lu bikinin puisi terus lu kasih keorangnya langsung"

"ngga pernah sih, puisi gue kan mahal" afenia tertawa

"Gaya lu"

"Eh bener tau, ngga picisan kaya roman huehehe"

"Iyaa iyaaaa" So.. ada tugas apa? Ngga baca buku, duduk dimeja tugas tapi malah bikin puisi" tanya satria

Perpustakaan kampus afenia memang besar, dibagi menjadi beberapa ruangan yang khusus, termasuk meja yang sekarang dia tempati. Jika mereka duduk dimeja khusus baca, mereka tidak bisa berbicara seleluasa sekarang, berbisikpun jika ada yang terganggu dan melaporkan kepada petugas perpustakaan maka terancam denda.

"Nah ini apaan... dua puluh lima tips cerdas menguasai ilmu akuntansi?" Satria mengerutkan dahi dan menunjukkan buku berstempel perpustakaan yang sedari tadi berada dimeja feni

"Eh buku siapa sih nih ngga dibalikin ke rak"

"Sebelum lu kesini buku ini dirak , gue yakin"

"Eeemmberarti sebelum lu kesini, buku ini temen gue bikin puisi sat"

"Bisaaa aja jawabnya heemmh" satria mengangkat kedua tangannya diatas kepala afenia gemas dan detik berikutnya afenia menyilangkan tangannya diatas kepala, memundurkan badan sampai menyentuh punggung bangku

"Eh eh eh ngapain lu ngapain lu"

Satria diam pada posisinya lalu, "Apaan orang gue mau gini-gini" satria mengacak-acak rambutnya sendiri sampai terlihat sedikit kacau.Afenia diam seketika dan,
"Sat" dia menunjuk wajah satria lalu tertawa sampai beberapa menit.
Satria hanya melihat afenia menertawakan dirinya, tangannya menyilang didepan dada menunggu tawa afen berhenti.

"Sorry sorry sat" ucap afen dengan sisa tawanya

"Udah fen udah, udah gue rapihin lagi kok nih" satria menunjukkan rambut dan merapikan dengan jari

"Ngga loh sat, gini. Gue tuh suka bingung sama lu tau ngga"

"Bingung kenapa?"

"Ya bingung aja. elu tuh kadang kaleeeem banget sampe gue ngerasa canggung sendiri buat ngobrol, kadang juga ajaib lu suka kelewatan gini"
Satria tertawa kecil, dia berfikir sejenak untuk menjawab kebingungan afenia yang mungkin dirinya juga merasa bingung.

Tiga tahun yang lalu saat adik perempuan satria masih ada dan menemani hidupnya, dia bukan sosok yang sekarang orang-orang mengenalnya. Diam. Bukan berarti tidak peduli, dia cukup malas untuk terlalu dekat dengan teman-temannya.

Yang terpenting dari itu, dia tidak ingin mengulang kesalahan yang paling dia benci sampai saat ini. Saat empat tahun lalu dia jatuh cinta dengan teman dekatnya sendiri, saat adiknya melarangnya berhubungan dengan perempuan itu, saat dia tidak mendengarkan permintaan adiknya untuk tidak menjalin hubungan dengan perempuan itu, dan saat perempuan yang berhasil membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali menghancurkannya.

Filosofi DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang