Hari sabtu adalah hari dimana afenia akan seharian penuh dengan organisasi fotografinya, dia akan benar-benar tenggelam menumpahkan segala yang ingin dia keluarkan tanpa cekat.
Terlalu pagi mungkin untuk feni berada dirooftop gedung ini yang berbeda dari gedung sebelumnya.
Terkejut, satu saja yang bisa dia gambarkan saat dia telah sampai diatas rooftop, bediri seseorang yang feni lihat dari siluetnya adalah laki-laki.
"hei, kepagian?" satria, pemilik suara yang sudah feni hafal walaupun dia sangat jarang mendengar satria berbicara.
"eh, elu.. Ngga kok, gue pikir ga ada orang disini, jadi gue niatnya mau take a pict duluan sambil makan roti disini hehe"
Satria tersenyum.
"rotinya cuma satu?"
"iya, kan gue pikir gue bakal sendirian"
"kan sekarang berdua"
"tenang aja ntar gue bagi, elu kulit rotinya gue isi roti sama coklatnya"
Satria tertawa, ini kali pertamanya afenia melihat satria tertawa, biasanya dia hanya tersenyum dan tersenyum lebar saja.
"mau take a pict sekarang? Kalo gue si udah tadi" satria bertanya.
"eeemm, tunggu bentar yah sat, gue butuh sunrise buat ngegantungin mimpi-mimpi gue yang baru disetiap harinya"
Afenia berjalan menuju ujung rooftop untuk hasil fotonya agar lebih bagus. Dan mulai serius dengan sesekali mengecek hasilnya.
Dan saat dia membalikan badan, satria masih asik dengan kamera didepannya, diam-diam feni mengangkat kamera dan memfokuskan lensa yang tertuju pada laki-laki itu, sangat hati-hati.
Menahan nafasnya tanda dia ingin hasil yang sempurna.Klik, dapat.
"udah?" ucap satria tiba-tiba yang membuat feni terlonjak kaget.
"iya nih udah" feni duduk disebelah kiri satria, alasan pertama fenia bisa berlindung pada bayangan diri satria dan yang kedua akan lebih indah jika menatap satria melalui siluet sunrise pagi ini, karna matahari terbit berada disisi kanan satria.
"rotinya kok masih utuh?"
"kan yang punya baru dateng"
"nih gue bagi dua, semoga lu bisa kenyang sama roti porsi anak SD yaa"
"hahaha lucu banget"
"iya, bapak gue kan sule"
"hah? Beneran?" satria bertanya dengan wajah polos.
"hahahaha" giliran afenia yang tertawa "gue ga selawak dia kali sat hahaha, muka lu lucu banget pas kaget gitu" afenia tak hentinya tertawa, yang tanpa disadari satria pun ikut tertawa tentu saja bukan menertawakan dirinya, dia tertawa karna melihat afenia tertawa.
"eh itu udah pada dateng yang lainnya, gabung yuk" satria bangkit, dan mengulurkan tangan pada feni.
"maap-maap kata ni ya, bukannya gue kurang ajar nolak uluran tangan elu, tapi gue masih sanggup buat bangun sendiri karna gue ga gendut-gendut amat"
Lagi, satria tertawa. Tetapi satria tidak tersinggung saat feni menolak secara halus penawaran atau uluran tangannya, baginya feni tidak terlihat seperti menolak.
***
'jam lima' ucap afenia dalam hati.
Sudah cukup lelah dan kulitnya sudah terbakar sejak tadi siang, dia bahagia.Mengecek lagi hasil dari hobinya yang belakangan sangat menghabisi waktu santainya.
Sepi, biasanya jam-jam seperti ini saat dia pulang sudah ada dea dan ananta dikamar masing-masing dengan pintu terbuka.Feni mengecek rak sepatu yang berada dipojok lorong asramanya, memastikan mereka tidak sedang pergi kesuatu tempat tanpa mengajaknya. "sepatunya dea ada, nanta juga ada" ucapnya pada diri sendiri.
Yah benar saja, mereka sedang duduk beriringan dengan tangan membawa senjata milik mereka masing-masing ditempat ternyaman mereka setelah kamar, langit hari ini tidak ada jingga, tetapi masih sama luasnya.
"ciwiiiiiii" feni berteriak.
"ice cream gue mana fen?" Dea menengok kearah feni.
"ya diwarung lah, ya kali gue dagang ice cream diasrama"
"kan gue udah ngeWA lu kalo mau pulang beliin gue ice cream diwarung ceu kokom"
"hehe gue lupa, lagian gue kebelet banget jadi tadi buru-buru pengen langsung masuk kamar mandi, beli yuk ntar malem" ajak feni dengan wajah membujuk agar Dea dan Ananta tidak marah hanya karna ice cream.
Asrama mereka memang tidak seketat asrama-asrama pada umumnya, para penghuni asrama bebas membeli makanan diluar dan membawa teman dari luar asalkan bukan laki-laki.
Tidak ada selain afenia, dea dan ananta yang rajin nongkrong dirooftop asrama, berlama-lama memandangi langit seperti sekarang ini.
--
Formasi burung tanda senja akan berakhir
Tak ada yang berubah dimataku
Formasi itu selalu sama disetiap harinya
Terbang meliuk seperti mengikuti arah mata angin
Lalu kembali, saat tugasnya sudah selesai.
Menghiburku.
-Afenia R-
***See you next chapter :)
![](https://img.wattpad.com/cover/186022524-288-k593236.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Diam
RandomAfenia Rahma, hanya seorang gadis yang mampu menikmati setiap situasi kecuali jatuh cinta. Memiliki dua sahabat yang berfrekuensi sama adalah keberuntungan baginya. Lalu senja, lensa, dan satria adalah bagian dari kiasan yang mempunyai ribuan makna