#6

38 3 0
                                    

SatriaAWijaya :
Memgirim stiker (lambai tangan)

AfeniaRahmaaa :
Mengirim stiker (lambai tangan)

SatriaAWijaya :
Besok minggu, mau ngajakin nyari sunrise bareng cewek rooftop *peace

AfeniaRahmaaa :
Unik juga cara ngajakin jalan cewek eeeehh hehe

SatriaAWijaya :
Jam setengah 5 gue udah disana

SatriaAWijaya :
Eiyaa, kalo mau bawa roti bawanya dua yah

AfeniaRahmaaa :
Mengirim stiker (annoying)

AfeniaRahmaaa :
Biar ga kaya porsi anak SD lagi ya?

SatriaAWijaya :
Iya ganti SMP dong hehe

AfeniaRahmaaa :
Muehehe
Oke, see you tomorrow

"tumben banget megang hp sambil senyam-senyum gitu, chatting sama siapa lu nong, biasanya juga tuh hp sampe bulukan dikamar dianggurin" Dea melongokan kepalanya memaksa melihat layar ponsel feni dan berhasil membuat feni menjatuhkan ponselnya karena terkejut.

"iiihhh dea, hp gue" teriak feni.

"kan gue cuma pengen tau aja lagi chattingan sama siapa, lebay banget lagian lu segala ditutupin gitu" jawab dea dengan mata yang sengaja disipitkan.

Afenia menatap dea lekat selama 10 detik, memberi celah untuk kata hatinya memilih sebuah pilihan, 'cerita ngga yaa sama dea, tapiii ah ntar dulu deh' .

"ini, grup baru alumni SD, biasa lah ada aja yang diomongin digrup sampe flashback ngaco gitu lah"
'maaf yah de, gue boong'

Dea hanya ber oh ria menanggapi jawaban feni "hari minggu, hunting foto yuk fen. Udah lama nih kita ga hunting, bosen tau gue, yaa semester akhir sih semester akhir, tapi ngehibur diri mah ga papa kali"

"eee kebetulan nih ya de, ee.. Gue, gue... udah janjian mau keluar hehe, lu ajak ananta aja yah, ananta juga udah agak ijo gitu diliatnya, kayanya dia sejenis lumut-lumutan deh, lembab dikit sama tugas langsung berubah"

"aihh ngaco lu!, dia bukan lumut-lumutan...
Tapi, jamur-jamuran diroti yang suka lu beli"
Mereka tertawa dengan rasa merdekanya.

Dug dug dug

"ngomongin orang tuh didepan orangnya!" ananta berteriak dari dalam kamarnya

"lah ini kan didepan ta, didepan kamar lu maksud gue" teriak afenia yang disambung tawa oleh dea .

"lagian keluar napa, jamuran beneran baru tau rasa lu ta" dea menyambung

"kurang ajar lu berdua, sini ga lu" tiba-tiba, ananta membuka pintu dengan tangan kiri membawa kaos kaki berwarna cokelat kulit yang di bagian tumitnya sudah mulai berubah menjadi warna cokelat silver queen.

"aahh ta ta, ga mau ta, please ta jangan kaos kaki itu taa"

"ngga bisa, sinii ngga!"

Ananta mengotot, membuat dea dan feni bertatap pandang dengan arti dalam kode morse jenis 'bahaya' , mereka berlarian didalam lorong-lorong asrama, tidak memperdulikan tatapan mencibir dari penghuni asrama lainnya karena mungkin tingkah mereka lebih mirip seperti anak-anak sekolah menengah pertama. Menyenangkan untuk mereka, dan hal seperti ini mungkin akan menjadi alasan mereka untuk saling merindu esok.

Tidak pernah habis untuk mereka menciptakan tawa, namun seringkali mereka berusaha menyadarkan akan suatu hal bahwa hidup bukanlah untuk tertawa yang berlebihan.
dan, selalu gagal.
Mungkin bukan sekarang untuk mereka menjadi dewasa yang sesungguhnya, yang mereka tau mereka sudah merasa cukup kuat dan tangguh selama menjalani hidup.

Filosofi DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang