#12

60 3 0
                                    

Pada ketinggian empat meter diatas jalanan beraspal pekat, duduk bersandar pada tembok saka pembatas, menyibukkan diri dengan buku bersampul hitam ditangan, menikmati hembus angin yang menggoda anak rambut untuk menyentuh pipi yang dingin. 'Malam ini sepi, sepi tanpa ocehan ananta dan kerusuhan dea' mungkin itu arti dari menyibukkan diri afenia saat ini.

Setelah menuntaskan tugasnya dikampus afenia memutuskan untuk pulang kerumah orang tuanya, meninggalkan sementara kamar ternyaman keduanya. Terhitung sudah berapa puluh kali dia menarik nafas kasar, dan kali ini dengan menutup bukunya tiba-tiba
'Kenapa sih gue' ucap afenia dalam hati, ia menegakkan badan dan menurunkan kakinya, membiarkan tergantung begitu saja. Menatap langit malam yang tak pernah meninggalkannya, kecuali bintang.
Afenia berteori bahwa saat dia kecil, dia melihat bintang hampir setiap hari menggantung diatas langit menciptakan bintik cahaya mirip buah mangga yang sedang berbuah banyak diatas pohonnya. tetapi saat dia menjadi remaja bahkan dewasa bintang tidak pernah lagi muncul menemani langitnya.

"Kenapa gue ngerasa belum puas sama jawaban satria"

"Satria siapa ?"

"Astaghfirullah maaa, kaget tau. Untung afen pegangan kalo ngga udah loncat kebawah"
Afenia turun dari pembatas balkon

"Lagian kamu baru jam segini udah nongkrong aja disitu bukannya makan dulu"
Jawab maria, ibu afenia yang sudah hapal dengan kebiasaan anaknya.

"Iya iya, ini juga mau kebawah kok tadi"
Afenia berjalan melewati maria yang berdiri disamping pintu, tiba-tiba maria menahannya dan mendekat pada telinga afenia berbisik
"fen, satria siapa?"

Afenia diam dibuatnya, lalu melepaskan tangan maria yang memegangi lengan kirinya dan balik berbisik pada telinga maria

"cowok ganteng yang mama ngga kenal dan mama ngga boleh kepo" lalu pergi meninggalkan maria yang afen yakin dia mengikutinya

"Ih mama kan cuma nanya fen"

"Mama kan kalo nanya kaya ngintrogasi"

"Emang mama polisi"
"kamu nyari apaan sih?" Tanya maria yang sedari tadi mengikuti gerak-gerik afenia

"Ini ma, brosur yang afen dapet dari temen afen. Kok ngga ada yah"

"Brosur apa?"

"Universitas Negeri Yogyakarta, kan afen udah cerita waktu mama telefon kemaren"

"Coba cek ditas"

"Ngga ada, tuh kosong" afenia menunjukkan tas nya yang sudah kosong pada maria, dia diam sejenak dan mengingat kembali dimana dia letakkan brosur itu terakhir kali.

"Ketinggalan kali fen diasrama, coba kamu minta tolong dea atau ananta buat ngecek dikamar kamu" usul maria, afenia mengangguk dan meraih ponsel yang ia letakan diatas kasurnya. Lalu membuka perizinan aplikasi line untuk menghubungi dea.

Ting

Bunyi ponsel afenia pertanda masuknya pesan baru dari 'satria' ucapnya dalam hati yang berhasil membuat rasa penasarannya muncul

SatriaAWijaya :
Kalo lu nyari brosur Universitas Negeri Yogyakarta yang dipojok sebelah kanan atas terpampang nama lu, ada digue (dibaca:nemu)

"LAH-" afenia berdiri dari duduknya "ma kok brosurnya ada disatria sih?" Ucap afenia menunjukkan foto yang satria kirim

"Mana mama tau, satria siapa aja mama ga tau, orang mama kan ga boleh tau" jawab maria, afenia mendekat, menggandeng tangan maria dan tersenyum merayu

"Eeeeemmhh pundung nih critanya" "mama ngga boleh pundung, satria tuh bukan siapa-siapa afen ma, percaya deh sama afen"

"Iya iyaa, mama percaya. Yaudah makan dulu sana"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Filosofi DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang