Part 1

26.7K 2.2K 134
                                    











...



Dua bulan kemudian.

"Aku baru sadar, aku punya banyak sekali barang."

Haechan mengerang seraya mengangkat satu lagi kardus besar ke dalam apartemen barunya dan menaruhnya di samping belasan kardus lain yang ditumpuk di satu sisi ruang tamu. Sisi lain apartemennya dipenuhi perabotan.

"Aku yakin aku tidak butuh sebagian besar dari barang-barang ini. Aku jelas tidak tahu harus menaruhnya dimana." Ia menatap sekeliling apartemen barunya di pinggiran kota Seoul dengan ruang tamu dan dapur mungil yang digabung jadi satu. Satu kamar tidur, dan satu kamar mandi. Ini jauh lebih sederhana dibandingkan townhouse tiga lantai bergaya Regency yang dulu ia tinggali bersama ayahnya.

Tetapi, orang miskin tidak bisa pilih-pilih. Bukan berarti Haechan miskin. Ia punya sedikit uang peninggalan ibunya. Tapi gaya hidup nyaman yang ia jalani selama 25 tahun terakhir kini tinggal kenangan.

Semua aset ayahnya dibekukan sampai semua hutangnya dibereskan dan dibayar oleh para eksekutornya dan itu akan menyita waktu berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun. Mengingat kejatuhan finansial ayahnya sebelum meninggal, Haechan ragu akan ada yang tersisa dari harta sang ayah.

Rumah keluarga mereka adalah salah satu dari aset itu, dan meskipun Haechan bisa saja tetap tinggal disana sampai semuanya beres, ia tidak mau. Tidak tanpa ayahnya. Hiu-hiu bisnis sudah mengintai, siap menerkam aset-aset Seo Industries begitu para eksekutor memutuskan kapan dan dengan cara apa aset itu akan dijual untuk melunasi hutang-hutang.

Haechan menghabiskan semua uang pribadinya untuk membayar biaya pemakaman sang ayah sekaligus melunasi deposit apartemen barunya, serta untuk membeli beberapa perabotan yang ia rasa perlu untuk mengisi apartemen mungil ini. Ia tidak di ijinkan memindahkan apapun dari rumah lamanya kecuali barang-barang pribadi.

Ia sudah mengundurkan diri dari pekerjaan-pekerjaan sosial yang selama ini menyita waktunya—kematian ayahnya dan status estate keluarga yang di gantungkan membuat badan- badan amal itu menganggap nama keluarga Seo tak lagi layak untuk penggalangan dana mereka. Dan ia sudah mencari serta menemukan pekerjaan dengan gaji sungguhan. Ia perlu menghasilkan uang yang setidaknya cukup untuk membeli makan dan membayar sewa apartemen.

Ia mengambil alih hidupnya sendiri, dan anehnya itu terasa menyenangkan.

Renjun mengedikkan bahu. "Saat sedang berkemas-kemas kau pasti mengira kau memerlukannya."

Temannya itu tidak menambahkan apa yang mereka berdua ketahui; banyak isi kardus-kardus itu bukan barang-barang Haechan, melainkan barang pribadi ayahnya yang Haechan kemas dan diperbolehkan untuk dibawa dari rumah lama mereka. Barang-barang itu tidak berharga tapi memiliki makna bagi ayahnya, dan Haechan tidak tega meninggalkan semuanya begitu saja.

Dua bulan belakangan, ia menyimpan semua kardus itu di gudang sewaan saat tinggal bersama sahabatnya, Renjun, dan suaminya, Jaemin. Masa-masa itu memulihkan emosinya yang babak belur, tapi Haechan sadar ia tak bisa tinggal bersama mereka selamanya. Jadi, sekarang ia pindah ke apartemen ini.

Ia sudah mulai bisa melupakan shock melumpuhkan yang ia rasakan ketika menemukan tubuh sang ayah di ruang kerja, terkulai di meja, sudah tak bernyawa akibat serangan jantung parah. Semua paramedis yang berusaha menenangkan Haechan menyebut serangan itu  pasti membunuh ayahnya dalam sekejap. Kata-kata itu gagal menenangkannya setelah kehilangan sosok pria yang ia cintai dengan sepenuh hati.

Dalam beberapa cara, Haechan berharap dirinya masih mati rasa. Rasa duka akibat kepergian sang ayah tidak akan pernah pulih sepenuhnya, tentu saja, tapi kini perasaan tersiksa yang dalam dan melumpuhkan sering tiba-tiba menerpanya pada saat-saat yang paling tidak ia duga; saat mengantre di supermarket, berjalan-jalan di taman, berendam dikamar mandi.

 The Ruthless Billionaire [Markhyuck] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang