Part 13

15.1K 1.4K 94
                                    












...




"Lepaskan celana dalamku." Ucap Mark.

"Huh?" Napas Haechan tersengal saat ia mengulurkan tangan ke bokser Mark, mengaitkan jari dikedua sisi celana pria itu sebelum perlahan menariknya turun. Dan mengingat bukti gairah Mark yang menonjol, itu tidak semudah yang ia kira.

Ia harus meregangkan dan menarik celananya sebelum berlutut di depan Mark sambil pelan-pelan melepaskannya, juga kaus kakinya.

Membayangkan posisi mereka berdua saat ini— Mark yang telanjang bulat dan sangat bergairah, ia sendiri hanya memakai bra, celana dalam, dan stoking— membuat gairah Haechan memuncak tak tertahankan.

Mark menarik napas tajam, lututnya hampir ambruk. Haechan kelihatan luar biasa seksi mengenakan bra, celana dalam dan stoking-nya, rambut lembutnya tergerai jatuh di bahu. Mark tidak bisa melepaskan pandangannya.

"Giliranku." Gumamnya lalu meraih kebelakang Haechan dan membuka branya. "Damn!" Ia berseru nyaris memuja saat menatap payudara Haechan yang kencang. "Aku menyukai ini..." Tangannya menangkup lalu menunduk untuk mencumbunya bergiliran.

Haechan mengerang, berpegangan erat di bahu Mark selagi gelombang kepuasan membasuhnya, gairah panas menyebar di dalam dirinya.

"Aku ingin merasakanmu..." Mark menegakkan tubuh sebelum membopong Haechan dan menggendongnya keluar kamar mandi menuju kamar tidurnya. Dengan hati-hati, ia menurunkan Haechan diranjang, berlutut disebelah wanita itu, lalu melepaskan celana dalamnya. Sekarang Haechan hanya memakai suspender dan stoking.

Mata Mark menggelap saat menatap wanita di hadapannya. "Kau wanita paling seksi—"

"Yang kau lihat hari ini?" Haechan bergurau, yakin bahwa Mark pernah berkencan dengan wanita yang jauh lebih seksi daripada dirinya.

Mark menelengkan kepala sambil memperhatikannya. "Kenapa kau selalu bilang begitu? Apa itu caramu membuatku menjauh?"

Haechan terbahak mendengar pernyataan konyol itu selagi mereka berdua tanpa sehelai baju pun. "Apa aku terkesan menyuruhmu menjauh?"

Mark tidak membalas senyumannya. "Kita berdua punya masa lalu, Haechan. Aku tak bisa mengulang masa lalu, begitupun kau. Tapi sekarang hanya ada kita berdua disini. Saat ini. Bersama-sama." Ia berbaring disebelah Haechan. Tangannya membelai pipi wanita itu. "Kecantikan ada di mata yang melihat, Haechan, dan kau adalah wanita tercantik yang membuatku merasa terhormat pernah bercinta denganmu."

Pipi Haechan terasa hangat, meskipun pada saat yang sama ia masih ragu. "Kurasa kita berdua setuju bahwa sebaiknya kita tidak bicara."

"Karena kau tidak mempercayaiku?"

"Mark—-"

"Tidak apa-apa." Ibu jarinya mengusap bibir bawah Haechan yang penuh. "Aku berniat menunjukkan padamu betapa cantiknya kau dimataku."

Dan kalau itu niat Mark, maka pria itu memenuhinya saat bercinta dengan lembut, penuh rasa hormat, dan liar. Mencengekeram dan membelai payudara Haechan hingga Haechan hilang akal, mengantarkannya sampai ke puncak berkali-kali. Haechan merasa sangat sensitif sampai-sampai sentuhan ringan Mark seolah membakar seluruh indranya dan membawanya ke puncak kepuasan sekali lagi.

Dan ia masih mendambakan lebih. Lebih banyak cinta dari Mark. Lebih banyak pria itu.

"Aku harus merasakanmu sekarang." Akhirnya Mark berkata parau, rambutnya berantakan karena Haechan cengkeram.

"Please..." Haechan mendorong tubuhnya naik, butuh merasakan Mark dari dalam, keinginannya agar Mark menyatukan diri mereka sebesar keinginan pria itu sendiri.

 The Ruthless Billionaire [Markhyuck] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang