..."Aku setuju, kau harus pergi dan mengenakan pakaian." Ia mengangguk singkat. Mark dikenal punya kendali diri yang kuat, tapi ia tetap punya batas. Dan Haechan yang hanya mengenakan handuk adalah batas terakhirnya.
"Terima kasih banyak, tapi aku tidak perlu izinmu untuk melakukan apapun!"
Rahang Mark yang terkatup rapat berdenyut. "Makan malam akan tiba sebentar lagi."
"Aku sudah bilang aku tidak lapar."
Mark menyipitkan mata. "Apa ayahmu punya garis batas yang tidak bisa dilanggar?"
"Oh, ya." Haechan mengenang, bibirnya berkerut sedih.
"Dan aku yakin kau sadar kau sudah dekat dengan garis itu?"
"Ya...." Haechan menatap waspada.
"Garis batasku sudah kau lewati," Mark memberitahu dengan tenang.
"Apa kau bermaksud menakutiku?"
Keberanian paslu yang sangat menganggumkan. Sayangnya, nadi yang berdenyut cepat di leher Haechan mengungkapkan kenyataan yang ada; wanita itu sepenuhnya sadar betapa dirinya nyaris melewati batas Mark. Dan harus membayar konsekuensi dari hal itu.
Bibir Mark terkatup. "Kau—-." Ucapannya terpotong bunyi bel pintu. "Itu pasti Lucas, mengantarkan makan malam kita."
Mata Haechan membelalak. "Wow, kau pasti pelanggan tetap restoran itu sampai-sampai mereka mengantar pesananmu begitu cepat."
Makan malam mereka disiapkan dan di antarkan oleh para staf Grand Kitchen's, salah satu restoran paling eksklusif dan bergengsi di Seoul. Kalau Haechan mengira mereka akan makan pizza atau masakan cina, wanita itu salah.
"Berpakaianlah," perintah Mark kasar. "Kecuali kau mau Lucas melihatmu hanya memakai handuk."
Haechan merasa hal itu lebih mengganggu Mark daripada dirinya. Ia terpikir untuk tetap berdiri di situ, setidaknya demi membakar amarah Mark semakin menjauh.
Bagaimanapun, Haechan tahu dirinya akan lebih nyaman berpakaian, dan itulah yang mendorongnya berbalik dan berjalan menuju kamar tidurnya. Namun, ia sadar tatapan Mark mengikutinya setiap langkah.
Begitu di kamar, Haechan bersandar dan merosot di balik pintu lalu menarik napas beberapa kali. Apa yang terjadi? Karena yang pasti, sesuatu sedang terjadi.
Mark tidak hanya menepati janjinya dua bulan lalu, bahwa mereka berdua akan bicara lagi, tapi pria itu datang ke apartemennya dan tidak menutupi fakta bahwa dia masih menginginkan Haechan.
Haechan tidak bisa menerima, terlebih lagi menerima dengan akal sehat, tubuhnya mengkhianatinya.
Demi Tuhan, pria itu Mark Lee. Pria yang ikut berperan mengantar ayahnya menuju liang kubur.
Kapan aku mulai berhenti menyalahkannya seratus persen?
Itu tidak benar, bukan? Tidak, tentu saja ia tidak berhenti menyalahkan Mark.
Mark keras, tidak berperasaan, dan luar biasa mengerikan. Dia juga lima tahun lebih tua daripada Haechan, memiliki lebih banyak pengalaman ketimbang dirinya.
Ya Tuhan, ia pasti putus asa mendambakan kehangatan manusia lebih daripada yang ia kira kalau sekarang gairahnya bangkit berkat pria yang seharusnya ia benci.
...
"Enak?"
Jawaban Haechan hanyalah gumaman. "Hmm" serak. Ia kembali mencelupkan asparagus ke mentega cair sebelum memakannya dengan lahap.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ruthless Billionaire [Markhyuck] ✔️
Fanfiction⚠️GS! Jangan salah lapak⚠️ Mark memang tampan, dan digandrungi banyak wanita. Kekayaannya membuatnya berkuasa, termasuk menguasai hidup Haechan. Alih-alih menyukai, Haechan menolak untuk dekat dengan Mark karena sebenarnya ia tak mau jatuh hati deng...