Part 19

16.5K 1.3K 143
                                    














...




Haechan membaringkan kepala di sofa, kelelahan setelah menjawab pertanyaan dari para polisi yang sekarang sudah meninggalkan hotel. Tapi, ia tidak cukup lelah untuk ingat bahwa seharusnya ia bekerja hari ini. "Aku harus menghubungi Taeil Oppa dan memberitahunya aku tidak bisa masuk hari ini."

Mark mengangkat alis mendengar Haechan memanggil manajer hotelnya Taeil oppa; Mark hanya pernah memanggil pria itu dengan nama panggilan formal Moon Taeil. "Aku sudah bicara dengannya."

"Sudah bisa diduga," gumam Haechan.

"Tadi aku tak yakin kapan kau akan bangun," Mark membela diri.

"Cukup adil." Haechan mendesah. "Aku hanya bertanya-tanya hidup siapa yang kau kendalikan sebelum aku?"

"Haechan—-"

"Tidak apa-apa." Haechan mengangkat tangan tanda mengalah. "Aku mengerti."

"Mengerti apa, tepatnya?"

"Bahwa semakin cepat ini semua selesai, semakin cepat aku bisa pergi dari suite hotel dan hidupmu." Ia berdiri. "Kurasa aku akan meminum obat pereda nyeriku, lalu meniru Jisung dan tidur siang beberapa jam."

Haechan meninggalkan ruang tamu.

Mark sangat tercengang mendengar komentar pertama Haechan sampai-sampai nyaris tak mendengar komentar kedua wanita itu.

Haechan merasa Mark ingin membuatnya cepat-cepat pergi—bukan hanya dari kamarnya, tapi dari hidupnya. Apa yang pernah ia katakan atau lakukan yang membuat Haechan berpikir begitu?

Satu-satunya alasan Mark membereskan masalah Lee Jeno ini adalah demi memastikan kejadian seperti semalam tidak terulang kembali. Ia juga ingin membersihkan nama baik ayah Haechan. Lagi-lagi demi kebaikan Haechan, lebih dari apapun.

Pagi ini Haechan sangat defensif. Mencari masalah. Awalnya, Mark mengira itu reaksi terlambat dari serangan Jeno kemarin malam. Tetapi, bagaimana kalau alasannya ternyata bukan itu? Sekarang Mark sadar, semua komentar tajam dan sarkasme Haechan diarahkan padanya. Yang membuat Mark kesal, Haechan beberapa kali bergurau dengan Jisung pagi tadi. Topik mereka adalah Mark. Dan Haechan bersikap tenang dan sopan saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari polisi.

Ia tidak paham. Apa yang ia diskusikan bersama Jisung sebelum Haechan datang ke dapur pagi tadi?

Sialan!

Jisung menggoda Mark tentang reaksinya terhadap Haechan, dan ia merespons defensif ledekan adiknya itu. Ia menyangkal dirinya menganggap Haechan penting dalam hidupnya, disamping hal-hal lain. Salah satu hal lain itu adalah menyatakan ia perlu membereskan masalah ini sesegera mungkin dan setuju bahwa itu agar Haechan bisa kembali pindah ke apartemennya.

Ia tidak bermaksud mengatakan itu—ia hanya ingin menghindari komentar-komentar Jisung yang terlalu personal.

Mungkin seharusnya ia tidak mengatakan itu? Terutama ditempat yang memungkinkan Haechan mendengar komentar itu.

Sial, sial, sialan.




...



Pikiran pertama Haechan ketika terbangun adalah ada sesuatu yang berat diatas tubuhnya. Kemudian ia sadar itu Pasti gips kaku dilengannya.

Namun.... Berat yang ia rasakan berada jauh di bawah lengannya. Lebih hangat. Lebih fleksibel.

Perlahan, ia mengangkat selimut untuk melihatnya.

Sebuah lengan.

Lengan pria yang telanjang dan berotot. Lengan yang dengan cepat ia kenali sebagai lengan Mark.

 The Ruthless Billionaire [Markhyuck] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang