Part 15

11.1K 1.2K 103
                                    









Sangat pendek, dan typo







...

Mark sepenuhnya meyakini apa yang ia katakan kepada Haechan; seorang pria tidak berhak menyebut diri mereka laki-laki kalau pernah memukul wanita karena marah. Bagaimanapun, sekarang ia sangat marah. Amarah yang panas dan membutakan.

Berarti ia harus memukul dinding atau sesuatu untuk menyalurkan ketegangannya sebelum menemui Haechan. Atau, ia bisa saja meninju wajah Jeno yang kelewat tampan dan membunuh dua burung dengan satu lemparan—- atau tepatnya satu pukulan.

Tetapi, saat ini Mark harus konsentrasi menyetir ke apartemen Haechan supaya bisa sampai disana dengan selamat.

Hari ini ia sengaja menghindari area resepsionis hotel. Ia menghindari Haechan. Kemarin wanita itu jelas menyatakan tak mau lagi berhubungan dengannya.

Itu akan segera berubah—- entah Haechan suka atau tidak.

Lucas meneleponnya lima belas menis lalu untuk melapor bahwa saat melakukan pengecekan nomor polisi di parkiran sekitar apartemen Haechan, ia menemukan mobil sport Jeno diparkir diseberang jalan dengan rapi—- dan sengaja?—- disela-sela dua SUV.

Mark langsung meninggalkan kamar hotelnya dengan terburu-buru sampai-sampai masih bicara dengan Lucas di telepon saat melangkah ke lift dan menekan tombol menuju parkiran bawah tanah dengan tak sabar.

Kalau Haechan mengundang Jeno masuk ke apartemennya, menentang semua peringatan Mark untuk menjauhi pria itu......

Pikiran itu mendorong Mark menginjak gas sekuat tenaga, ekapresinya suram.



...


"Aku masih menunggu." Haechan menantang saat Jeno duduk membisu tak bergerak diruang tamu apartemennya.

Senyuman mengejek tersungging dibibir pria itu. "Tempat ini sedikit usang untukmu, kan?"

Haechan tak mengalihkan tatapannya. "Aku menyukainya."

Dan memang benar. Apartemen itu mungil dan mudah dibersihkan. Itu juga tempat tinggal pribadi pertamanya. Ia menikmati tinggal bersama ayahnya, tapi ada formalitas saat tinggal disana, ada jadwal makan yang tertib dan sederet staf yang memasak serta membersihkan rumah untuk mereka. Dan oleh sebab itu, tidak ada banyak privasi. Disini, Haechan bisa melakukan apapun, kapanpun ia mau—- termasuk makan apapun dan kapanpun ia inginkan. Tanpa berpakaian kalau ia mau.

"Terserah kau saja," Jeno mencemooh tak percaya.

"Jadi...?" Haechan semakin tidak sabar.

"Kau tidak menawariku kopi atau semacamnya?" Jeno lebih nyaman duduk disofa.

"Tidak."

Pria itu tertawa kecil. "Aku menyukai Haechan baru yang apa adanya ini. Sangat seksi." Tatapan Jeno menggerayangi, dari kepala sampai jari kaki lalu kembali ke atas lagi.

Haechan mengepalkan tangan. "Apa kau tidak akan bercerita apa yang terjadi pada malam kematian ayahku?"

Ekspresi Jeno berubah waspada. "Dia mengundangku mampir. Kami bicara. Dia terkena serangan jantung. Aku pergi."

Amarah mendidih dalam diri Haechan, sangat kuat dan tak terbendung. "Kau sudah mengatakan itu dilorong tadi."

Apakah ayahnya tahu bahwa Jeno bertanggung jawab atas uang perusahaan yang hilang? Apakah ayahnya mengonfrontasi Jeno sehingga mantan tunangannya itu membiarkan ayahnya meninggal begitu saja setelah pingsan?

 The Ruthless Billionaire [Markhyuck] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang